Dalam satu dekade terakhir, perkembangan karier yang bersinggungan erat dengan dunia teknologi semakin tinggi. Bisa dilihat, terutama sejak pandemi COVID-19, banyak pekerjaan yang bisa dengan gampang diselesaikan dengan bantuan teknologi ini, seperti mengirimkan e-mail, work from home, social media, digital service, dan lainnya. Namun, di balik kemudahan yang ada, serentetan dampak buruk terhadap psikologis dan kesehatan manusia juga hadir, salah satunya adalah hustle culture.
Motivasi untuk bekerja dengan keras dan tidak menyia-nyiakan waktu sedari muda menjadi kalimat yang diajarkan berulang kali pada generasi ke generasi. âBekerja keras, pantang menyerah, jangan menyesal apabila gagal karena tidak berusahaâ adalah tiga kata kunci utama bagaimana kemudian seseorang terbentuk menjadi workaholic. Gila kerja ini kemudian memiliki nama baru, yakni hustle culture itu sendiri.
Secara singkatnya, hustle culture adalah gaya hidup seseorang yang terus bekerja dan mengabaikan keseimbangan waktunya untuk istirahat dan kegiatan pribadi. Mereka terpacu untuk berjuang keras agar mendapatkan kekayaan, kesuksesan, kemakmuran, dan tujuan lainnya. Sebab itulah mereka bersikeras untuk gila kerja dan merasa tidak tenang apabila mengambil jeda waktu untuk bersantai.
Baca Selengkapnya