Tingkat literasi di Indonesia sudah tinggi sejak periode 1700 M. Narasi rendahnya minat literasi, hanya propaganda penjajah terhadap intelektualitas pribumi. Ini terbukti secara ilmiah dan empiris dari penemuan kitab-kitab yang berada di Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur.
Di Bojonegoro, literasi sudah mendarah-daging dan mengakar-tunggang. Bojonegoro dan peradaban literasi sesungguhnya tak pernah bisa dipisahkan. Hanya, konsep agitasi-propaganda para penjajah pada zaman dulu, mampu membuat identitas Bojonegoro sebagai Kota Literasi sempat terbegal.
Tingginya tingkat literasi ini, terbukti pasca penemuan puluhan kitab dan ratusan risalah tulisan tangan karya Sayyid Abdurrohman Klotok yang berada di Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur. Karya tulis berusia lebih dari dua ratus tahun itu, baru ditemukan dan kembali dipelajari pada 2022 silam.
Kitab-kitab tulisan tangan (manuskrip/turots) yang berada di Padangan Bojonegoro, jumlahnya cukup banyak. Secara umum, diidentifikasi sebanyak 94 judul kitab, dengan ratusan lembar risalah berbagai fan keilmuan. Ini belum termasuk tarikh dan catatan peradaban. Dan itu belum semuanya.
Sang penulis kitab, adalah Sayyid Abdurrohman ibn Syahiddin atau Syekh Abdurrohman Klotok (1776-1877 M). Kitab-kitab ilmiah dan ratusan lembar catatan manuskrip itu, beliau tulis di rentang periode 1788 – 1875 M. Artinya, ratusan tahun sebelum momen Kebangkitan Nasional (1908) dan Sumpah Pemuda (1928), tingkat literasi masyarakat Bojonegoro sudah sangat tinggi.
Baca Selengkapnya