Logo FNKLogo FNK

Kain Nusantara Sebagai Identitas Budaya Indonesia

Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar istilah kain tradisional atau kain nusantara? Lazimnya, bayangan yang pertama kali muncul umumnya adalah kain batik.


Pemahaman tersebut tentu tidak salah, namun sangat penting dipahami bahwa pemahaman akan kain nusantara ternyata lebih dari itu. Batik hanya salah satu dari deretan jenis kain yang dimiliki dan telah lama menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia yang berasal dari para leluhur.


Nyatanya, masih ada ragam jenis kain lain yang dimiliki bangsa ini dan tak kalah memiliki filosofi serta makna mendalam akan kebudayaan tanah air. Di antaranya kain ulos, lurik, songket, dan masih banyak lagi.


Sebagai salah salah satu warisan leluhur yang sangat dihormati, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), bahkan menyatakan bahwa kekayaan ragam kain nusantara yang dimiliki Indonesia mampu membawa optimisme bagi banyak sektor, khususnya bagi subsektor fesyen dalam ekonomi kreatif.

infografis kain tenun 0

Eksistensi dan potensi kain nusantara di masa kini

AssetAsset

"Sekarang ini semua orang sudah pakai batik, rasanya tidak ada hari tanpa batik. Ini kan dampaknya sangat tinggi terhadap perekonomian para pengrajin batik, sekarang kita mau dorong hal tersebut ke arah ragam kain lain yang promosinya juga harus dilakukan secara bersama-sama"


Gati Wibawaningsih

Analis Kebijakan Utama Ditjen IKMA Kemenperin

Sepanjang riwayatnya selama beberapa tahun ke belakang, eksistensi kain nusantara sebenarnya tak perlu dipertanyakan lagi, terlebih jika melihat pencapaiannya di taraf internasional.
Tidak lagi identik dengan kesan ‘kuno’, kain nusantara nyatanya menjadi salah satu bentuk warisan leluhur yang hingga saat ini dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, lewat pemanfaatannya dalam bidang gaya hidup dan fesyen, baik bagi masyakarat Indonesia juga masyarakat dunia.
Klaim tersebut tentu tidak berlebihan jika melihat berbagai pembuktian yang dimiliki, salah satunya ketika jenama fesyen kenamaan dunia asal Prancis yaitu Dior, yang secara nyata meneken kontrak dengan kelompok penenun sekaligus pemerintah provinsi Bali, untuk menggunakan kain Endek Bali sebagai salah satu komponen dalam koleksi busana edisi Spring/Summer 2021.
Adapun harapan akan potensi tersebut dijelaskan oleh Gati Wibawaningsih, selaku Analis Kebijakan Utama Ditjen IKMA Kementerian Perindustrian (Kemenperin), dalam diskusi Melestarikan Kain Nusantara, Menjaga Peradaban Budaya Indonesia pada acara Festival Negeri Kolaborasi (FNK) yang diadakan secara daring oleh GNFI, Kamis (16/9/2021).

Pencapaian tersebut tentu hanya satu dari sekian banyak bentuk pengakuan internasional yang diberikan kepada Indonesia, terhadap pesona dari keindahan ragam kain nusantara.
Melihat potensi tersebut, tak heran jika pemerintah melalui berbagai pihak gencar melakukan ragam upaya agar selain batik dan kain Endek Bali, jenis kain lainnya juga bisa mendapat keistimewaan serupa di industri ekonomi kreatif terutama industri fesyen dunia.

Pentingnya menjaga tradisi dan identitas budaya

AssetAsset

"Saya percaya jika kita memupuk tradisi itu dan terus menguatkan kecintaan para penenun kepada budaya, maka mereka akan memiliki kemampuan untuk bertahan di era 21, karena mereka ahli dalam membuat kain dan merespons semua (sumber daya) yang ada di lingkungan."


Chandra Kirana Prijosusilo

Ketua Yayasan Sekar Kawung

Tentu, dengan ragam kekayaan warisan leluhur yang dimiliki dari setiap helai kain yang ada, pengaruh positif yang diharapkan dapat tercapai bukan hanya dari segi ekonomi kreatif saja, melainkan juga pelestarian akan identitas budaya Indonesia itu sendiri.
Beruntung, ragam kain yang dimiliki Indonesia nyatanya selalu memiliki filosofi yang terkandung dan sarat akan makna serta nilai-nilai dari keberagaman budaya yang ada di seluruh penjuru tanah air. Dengan catatan, filosofi dan nilai yang dimaksud sejatinya harus dipahami dengan baik pula oleh berbagai pihak.

Menanggapi hal tersebut, salah satu pegiat kain tenun yang ada di tanah air yaitu Chandra Kirana Prijosusilo, Ketua Yayasan Sekar Kawung, menjelaskan dengan antusias filosofi dari salah satu helai kain yang melengkapi penampilannya dalam kesempatan diskusi bersama FNK.
Sebagai permulaan, Ibu Kirana--sapaannya--mengungkap bahwa warna pada kain yang ia gunakan diperoleh dengan memanfaatkan salah satu keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia.
Ia bahkan menyampaikan kekagumannya akan tradisi dan kebudayaan Indonesia yang secara sangat jenius dapat memanfaatkan berbagai macam tanaman dalam proses pembuatan kain nusantara.
Melestarikan kain nusantara sebagai salah satu identitas budaya Indonesia tentu bukanlah hal yang mudah, ada beragam tantangan dan tugas besar yang harus dihadapi oleh berbagai pihak baik dari pemerintah, masyarakat, pegiat, maupun para seniman tenun itu sendiri.

Kisah para pegiat menjaga pelestarian kain nusantara

Cerita dengan latar belakang berbeda datang dari pegiat kain nusantara lain yang berasal dari wilayah Ambon, yaitu Elfira Hehanussa.
Berangkat dari kegelisahan akan wilayah Maluku--khususnya Ambon--yang belum memiliki ciri khas motif batik tersendiri dibandingkan dengan berbagai wilayah lainnya di nusantara, Elfira akhirnya bergerak untuk membuat desain batik Ambon yang ia mulai sejak tahun 2011.
Menyebut perjuangannya sebagai hal yang terbilang masih baru, Elfira mengaku masih menghadapi sejumlah tantangan dalam memperkenalkan kain batik Ambon agar semakin dikenal secara luas bahkan oleh masyarakat di dalam negeri sendiri.
Hal tersebut tidak menghalangi tekadnya untuk membuat batik Ambon menjadi bagian dari jajaran kain batik yang dimiliki Indonesia.

Asset

"Kendala saya adalah proses pembatikannya bukan berjalan di Ambon melainkan di Pekalongan, karena keterbatasan SDM dan belum adanya tempat untuk melakukan proses pembatikan. Tapi hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi saya dalam melestarikan motif-motif tradisional Maluku yang diangkat dalam bentuk kain batik Ambon. "


Elfira Hehanussa

Pentingnya melestarikan kain nusantara di kalangan anak muda

Sampai kepada tahap yang tak boleh terlewat, yaitu mengenai peran penting yang sesungguhnya dimiliki oleh para generasi muda sebagai penerus yang akan menjaga identitas dan budaya bangsa lewat pelestarian kain nusantara.
Tak dimungkiri, hal tersebut pasalnya menjadi tantangan khusus terutama jika berkaca kepada kondisi nyata yang kerap dijumpai saat ini. Nyatanya, tidak sedikit kalangan anak muda di tanah air yang kurang memiliki minat untuk ikut serta melestarikan kain nusantara sebagai salah satu warisan leluhur dari bangsa Indonesia.
Hal tersebut yang membuat Hiyashinta Klise, sosok yang beruntungnya memiliki kepedulian tinggi terhadap kain nusantara, memutuskan bergerak secara nyata dalam meningkatkan kepedulian yang sama akan kelestarian kain nusantara dari berbagai pihak khususnya para generasi muda di tanah air.

Asset

"Harapannya itu minimal dalam satu rumah masyarakat Tanimbar bisa menghasilkan sendiri kain tenun daerah mereka. Tradisinya tetap turun temurun dan lestari, alat tenun kedepannya akan diwariskan dan menjadi barang pusaka, "


Hiyashinta Klise

Pendiri Yayasan Sosial Lamerenan

Gerakan nyata yang dilakukan Shinta--sapaannya--adalah dengan mendirikan Lamerenan, sebuah yayasan sosial yang memiliki visi besar melestarikan warisan budaya dalam hal ini kain tenun yang berasal dari wilayah Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Shinta menjelaskan, bahwa tujuan utama didirikannya Lamerenan sebenarnya bukan hanya untuk kepentingan bisnis, melainkan sebagai suatu sarana untuk memerkenalkan salah satu warisan budaya yang dimiliki Indonesia.
Dirinya juga menyatakan bahwa dewasa ini, pelestarian budaya khususnya kain nusantara seharusnya tidak hanya melihat dari sisi ekonomi saja, melainkan mendalami juga berbagai aspek lain yang wajib diperhatikan selama proses pelestariannya.

Bagaimana sebenarnya posisi dan peran kain dalam adat dan tradisi masyarakat Tanimbar?

Di tanimbar, kain itu punya peran sangat besar dari setiap bagian kehidupan, salah satunya untuk momen perayaan seperti pernikahan, ataupun saat ada seseorang yang meninggal dunia.
Kalau dalam kaitannya dengan adat dan tradisi, secara garis besar kain di Tanimbar jadi hal yang diutamakan dalam prinsip budaya Duan dan Lolat, terutama sebagai simbol pemberian kain yang dilakukan oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki saat menikah.
Atau di sisi lain, kain juga memegang peran penting dalam tradisi penyelimutan seseorang yang meninggal dunia sebagai pemberian dari anggota keluarganya, dan akan ikut dibawa oleh seseorang yang telah meninggal saat dikuburkan.
Secara mendasar seperti itu, dan hal tersebut menjadi tradisi yang sampai saat ini masih terus berjalan, jadi keberadaan kain tenun Tanimbar sendiri otomatis menjadi hal yang sangat penting dan akan selalu diperlukan.

Asset
Asset
Asset
Asset

Dari 34 daftar kain hasil tenun yang dimaksud, beberapa di antaranya adalah Tenun Siak (Riau), Tenun Ikat Sumba (Nusa Tenggara Timur), Tenun Ikat Dayak/Sintang (Kalimantan Barat), Tenun Sukomandi (Sulawesi Barat), Tenun Ikat Inuh (Lampung), Tenun Donggala (Sulawesi Tengah), dan masih banyak lagi.
Namun dari deretan 34 kain tenun yang ada, baru 15 jenis kain yang sudah bisa dan sedang dalam tahap pendorongan oleh pemerintah untuk masuk ke dalam jajaran warisan budaya dunia asal Indonesia yang kedepannya diharapkan akan diakui oleh UNESCO.

AssetAsset

"Tenun layak diperlakukan seperti kita mengenakan dan memposisikan batik. Kita perlu terus mendukung perkembangan pembinaan perajin tenun Indonesia agar berkembang lebih banyak sekaligus dapat meningkatkan produksi"


Anna Mariana

Pendiri Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia (KTTI)

Upaya berbagai pihak dalam optimalisasi aset kerajinan kain dan tenun

Sebagai bentuk apresiasi serta mengoptimalkan aset yang dimiliki dalam konteks kekayaan budaya melalui kain tenun, upaya ekspansi kain tenun pun nyatanya terus ditingkatkan.
Mengutip dari laman resmi Kemenperin, bahwa target ekspor produk kain tenun dan batik pada tahun 2019 mampu menembus angka 58,6 juta dolar AS, atau naik 10 persen dibanding capaian tahun 2018 sebesar 53,3 juta dolar AS.
Tercatat, ekspor kain tenun dan batik Indonesia mayoritas dikapalkan ke negara maju, seperti Jepang, Belanda dan Amerika Serikat.

Asset

"Tenun dan batik merupakan high fashion yang nilai tambahnya tinggi, bukan sebagai komoditas. Maka itu, ekspor untuk industri ini terus kami dorong. Apalagi, sekarang Wastra Nusantara semakin beragam dan diminati konsumen global. Bahkan, tadi kami melihat ada substitusi sutra dari pabrik yang di Sukoharjo, Jawa Tengah"


Airlangga Hartarto

Menteri Perindustrian

Asset

Selain itu, kain tenun juga kini memiliki hari lahir sendiri (terpisah dari Hari Batik Nasional). Pada 16 Agustus 2021, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Keputusan Presiden (Kepres) tentang penentuannya Hari Tenun Nasional (HTN) yang akan diperingati setiap tanggal 7 September.
Ditetapkannya Hari Tenun Nasional itu berkaitan dengan sejarah diresmikannya Sekolah Tenun pertama di Indonesia yakni pada 7 September tahun 1929 oleh dr. Soetomo di Surabaya.
Penetapan Hari Tenun Nasional, menjadi momentum untuk menggerakkan kegiatan tenun tradisional dan industri tenun juga secara otomatis, sekaligus mengembangkan tenun tradisional di seluruh Indonesia.
Harapannya, jika Hari Tenun Nasional sudah diresmikan pemerintah, kedepannya dapat diikuti dengan gerakan, wajib menggunakan busana tenun di hari kerja, mulai dari instansi pemerintah maupun swasta, seluruh sekolah negeri maupun swasta.
Di masa depan, diharapkan kain tenun dapat sama eksisnya dengan batik sebagai representasi identitas Indonesia di kancah global.

Asset