Logo GNFI
Table of Content

Kucing,
Sahabat Manusia

Bagi Rissa (29), kucing adalah bagian dari hidupnya. Sehari-hari, perempuan asal Bekasi, Jawa Barat itu tinggal serumah dengan kucing-kucingnya yang berjumlah lima ekor.

Mengurus kucing pun sudah jadi rutinitasnya. Di sela-sela pekerjaannya sebagai pengajar dan penerjemah, Rissa tak absen merawat kucingnya setiap hari.

"Tiap pagi bersihin cat litter-nya dia, terus ngasih makan, ngajak main, disayang-sayang. Gitu deh, banyak," ujar Rissa saat berbincang dengan GNFI.

Rissa memang bisa dibilang pecinta kucing. Karena itu pula, ia tak segan mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah perbulannya untuk keperluan kucing-kucingnya seperti makanan dan vaksin. Lebih ekstrem lagi, ia sampai pernah bersitegang dengan ayahnya yang tak senang dengan keberadaan kucing di rumah.

"Gue sampai debat dan marahan sama bokap gue beberapa hari," katanya.

Sementara itu, Brasti (30), perempuan asal Depok, juga biasa menjalani hari-harinya bersama kucing. Di rumahnya, ia memelihara dua ekor kucing plus merawat sejumlah kucing lain yang biasa mampir di halaman rumahnya.

Seperti Rissa, Brasti juga rela menyisihkan waktu dan menggelontorkan uang demi memenuhi kebutuhan kucing-kucingnya. Dari hasil menyisihkan upah bulanan sebagai pegawai apotek, ia biasa menyetok makanan dan membeli aneka kebutuhan untuk kucing yang menurutnya mirip "Tetangga kost".

"Kalau mereka butuh, kadang datang. Kalau nggak butuh, yaudah sendiri aja. Kalau nggak ditemenin selama 24 jam, dia nggak bakal ngambek karena dia punya kehidupan sendiri," kata Brasti.

Rissa dan Brasti hanyalah dua dari sekian banyak pecinta kucing yang ada di Indonesia. Kucing memang dikenal sebagai salah satu hewan yang paling banyak dipelihara, bahkan tak ubahnya seperti "sahabat" bagi manusia.

Data Membuktikan, Orang Indonesia Suka Kucing

Kucing memang adalah salah satu hewan peliharaan yang populer di Indonesia. Hewan yang satu ini pun bisa kita temui di rumah-rumah di berbagai daerah, baik itu di desa maupun di kota. Ini juga bukan sekedar klaim belaka, namun data yang ada membuktikan demikian.

Berbagai survei telah menunjukkan bila kucing adalah salah satu hewan yang paling populer di Indonesia, bahkan merajai peringkat pertama sebagai hewan yang paling banyak dipelihara.

Kucing,Foot LeftFoot Left Hewan Favorit Masyarakat Indonesia
SofaParrotDogCat

Kucing

Anjing

Burung

Animals Group 1Animals Group 2Animals Group Footer

Pertama-tama, mari kita lihat mengenai data dari lingkup Asia terlebih dahulu. Seperti yang diungkapkan dalam survei Rakuten Insight Center dengan responden sebanyak 97.000 dari 12 negara di Asia, kucing dan anjing jadi hewan yang paling umum dipelihara.

Terkhusus untuk kucing, Indonesia menjadi nomor satu yang paling banyak memeliharanya di Asia (47 persen total responden Indonesia), disusul dengan Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Pembahasan lebih lanjut mengenai data pemelihara hewan di Indonesia pernah dibahas oleh GoodStats dalam artikelnya berjudul Ragam Statistik Hewan Peliharaan di Indonesia. Terkait kepemilikan, sebagian besar pemilik hewan peliharaan di Indonesia mendapatkannya dari saudara atau kerabat.Bila melihat dari segi demografi umur, kucing juga jadi hewan yang paling banyak dipelihara dari usia berapa saja. Selanjutnya ada ikan dan burung yang menjadi hewan paling banyak dipelihara.

Soal pengeluaran untuk merawat hewan peliharaan, masih berdasarkan survei Rakuten, 42 responden dari Indonesia menghabiskan lebih dari 100 ribu rupiah per bulan untuk kebutuhan hewan peliharaan mereka.

Sementara itu, terdapat peningkatan dari jumlah pemelihara kucing di Indonesia dari tahun ke tahun. Sebagaimana yang tercatat dari data Euromonitor di tahun 2022, tercatat ada 4,80 juta kucing yang dipelihara masyarakat. Bila melihat peningkatan jumlahnya dari tahun 2017-2021, persentase peningkatannya adalah 129 persen.

Dipelihara sejak Ribuan Tahun Lalu

Ada sejarahnya bagaimana kucing (Felis catus) bisa banyak dipelihara manusia. Jauh sebelum pecinta kucing seperti Rissa dan Brasti serta banyak orang Indonesia Lainnya, manusia sudah memelihara kucing sejak ribuan tahun silam.

Sama halnya dengan hewan peliharaan lainnya, kucing ternyata juga merupakan hasil domestikasi dari miacis yang juga merupakan nenek moyang dari anjing dan beruang. Miacis ini kemudian mengalami evolusi menjadi kucing besar seperti singa dan harimau yang kemudian berevolusi menjadi nenek moyang kucing domestik. Nenek moyang kucing domestik ini pertama kali ditemukan berdasarkan hasil fosil mumi di Mesir.

Penelusuran sejarah mencatat bahwa domestikasi kucing terjadi pada 10.000 tahun lalu di sebuah wilayah Timur Tengah yang mengelilingi Sungai Tigris dan Efrat. Masyarakat mengembangkan ikatan dengan kucing sebagai pengendali hama.

Wilayah yang diyakini tempat domestikasi kucing pertama dikenal sebagai kawasan berbentuk bulan sabit. Setelah 10.000 tahun berlalu, wilayah tersebut kini menjadi sejumlah negara, seperti Irak, Turki, Suriah, Lebanon, Israel, Palestina, dan Mesir.

Di Mesir, kucing dianggap sebagai dewa oleh rakyat. Pada tahun 2004, Jean dari National Museum of Natural History in Paris melaporkan bahwa ditemukan bukti adanya kuburan manusia dan disampingnya terdapat kuburan kucing.

“Fosil tersebut diperkirakan berumur 9.500 tahun. Hal ini mengungkapkan bahwa telah ada kedekatan antara manusia dan kucing sejak 10.000 tahun yang lalu,” tulis Dian Dwi Putri Ulan Sari Patongai dalam dalam Evolusi Kucing: Genetika dan Evolusi.

Dalam tulisan tersebut, diuraikan pula bahwa ahli paleogenetik Claudio Ottoni membagi domestikasi kucing terjadi dalam dua jenis. Dia juga mengatakan kucing domestik memiliki nenek moyang yang sama yaitu berasal dari kucing liar Afrika.

Penelitian yang dilakukan olehnya juga menjelaskan mengapa kucing menyebar ke seluruh dunia. Dirinya menganalisis, DNA purba dari sisa-sisa kucing yang ditemukan di kota pelabuhan, para ilmuwan menyimpulkan kucing ini dibawa menggunakan kapal.

Ribuan Tahun Lalu, kedekatan manusia dengan kucing mulai terjalin

Kucing merupakan hasil domestikasi dari miacis yang juga nenek moyang dari anjing dan beruang

Macis kemudian mengalami evolusi menjadi kucing besar seperti singa dan harimau yang kemudian berevolusi menjadi nenek moyang kucing domestik

Grand CatLionCat
Cat HuntCat Statue

Domestikasi kucing terjadi pada 10.000 tahun lalu di sebuah wilayah Timur Tengah

Saat itu,masyarakat menjalin ikatan dengan kucing yang dianggap berfungsi sebagai pengendali hama

Kucing dibawa berlayar oleh manusia untuk membasmi hama di kapal. Itu yang membuat kucing menyebar ke seluruh dunia

Ada sejarahnya bagaimana kucing (Felis catus) bisa banyak dipelihara manusia. Jauh sebelum pecinta kucing seperti Rissa dan Brasti serta banyak orang Indonesia Lainnya, manusia sudah memelihara kucing sejak ribuan tahun silam.

Sama halnya dengan hewan peliharaan lainnya, kucing ternyata juga merupakan hasil domestikasi dari miacis yang juga merupakan nenek moyang dari anjing dan beruang. Miacis ini kemudian mengalami evolusi menjadi kucing besar seperti singa dan harimau yang kemudian berevolusi menjadi nenek moyang kucing domestik. Nenek moyang kucing domestik ini pertama kali ditemukan berdasarkan hasil fosil mumi di Mesir.

Penelusuran sejarah mencatat bahwa domestikasi kucing terjadi pada 10.000 tahun lalu di sebuah wilayah Timur Tengah yang mengelilingi Sungai Tigris dan Efrat. Masyarakat mengembangkan ikatan dengan kucing sebagai pengendali hama.

Wilayah yang diyakini tempat domestikasi kucing pertama dikenal sebagai kawasan berbentuk bulan sabit. Setelah 10.000 tahun berlalu, wilayah tersebut kini menjadi sejumlah negara, seperti Irak, Turki, Suriah, Lebanon, Israel, Palestina, dan Mesir.

Di Mesir, kucing dianggap sebagai dewa oleh rakyat. Pada tahun 2004, Jean dari National Museum of Natural History in Paris melaporkan bahwa ditemukan bukti adanya kuburan manusia dan disampingnya terdapat kuburan kucing.

“Fosil tersebut diperkirakan berumur 9.500 tahun. Hal ini mengungkapkan bahwa telah ada kedekatan antara manusia dan kucing sejak 10.000 tahun yang lalu,” tulis Dian Dwi Putri Ulan Sari Patongai dalam dalam Evolusi Kucing: Genetika dan Evolusi. Dalam tulisan tersebut, diuraikan pula bahwa ahli paleogenetik Claudio Ottoni membagi domestikasi kucing terjadi dalam dua jenis. Dia juga mengatakan kucing domestik memiliki nenek moyang yang sama yaitu berasal dari kucing liar Afrika. Penelitian yang dilakukan olehnya juga menjelaskan mengapa kucing menyebar ke seluruh dunia. Dirinya menganalisis, DNA purba dari sisa-sisa kucing yang ditemukan di kota pelabuhan, para ilmuwan menyimpulkan kucing ini dibawa menggunakan kapal.

“Kucing ini dijadikan sebagai penjaga gudang makanan dan hewan pengerat dan seringkali dibawa dalam pelayaran. Hal inilah yang menyebabkan kucing dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia,” papar Rosdiana Ngitung dalam artikelnya yang diterbitkan Jurnal Sainsmat.

Profesor Antropologi di Washington University, Fiona Marshall mengungkapkan bukti dimulainya hubungan antara kucing dan manusia mulai terlihat jelas ketika pertanian di China semakin berkembang, sekitar 5.500 sampai 5.280 tahun yang lalu.

Ketika itu pertanian menjadi hal yang paling diminati. Hasil pertanian cukup melimpah dan berlebih. Sehingga banyak penduduk yang menyimpan di dalam keramik. Tetapi saat itu, ada gangguan tikus yang membutuhkan bantuan kucing.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan isotop pada gigi kucing diketahui bahwa, kucing tersebut telah memakan hama petani tersebut. Sejak saat itu diasumsikan hubungan antara manusia dan kucing semakin dekat,” paparnya.

Para ahli percaya varietas kucing rumahan yang ada sekarang berasal dari jenis kucing liar. Tapi hal tersebut masih diragukan. Sehingga, satu tim peneliti yang dipimpin Carlos A. Driscolll mengumpulkan 979 DNA dari kucing liar dan kucing domestik untuk menggali fakta lebih dalam guna menjawab keraguan itu.Dari penelitian yang hasilnya dipublikasikan di Jurnal Nature itu, diketahui bahwa, karena kucing liar adalah tipe hewan yang cenderung punya dan mempertahankan daerah teritorial, diperkirakan bahwa DNA kucing liar cenderung stabil dari waktu ke waktu,.

Diperkirakan pula, semua kucing domestik yang ada merupakan hasil evolusi dari salah satu populasi kucing liar, sehingga bukti domestikasi kucing dapat dibangun. Ternyata berdasarkan hasil analisis genetika menunjukkan bahwa DNA kucing sangat mirip. Berdasarkan penelitian ini terungkaplah lima kelas genetik kucing liar, Felis silvestris silvestris di Eropa, Silvestris bieti di China, Felis silvestris ornate di Asia Tengah, dan Felis silvestris cafra di Asia Tenggara.

Hewan Penuh Mitos

Di balik keberadaannya sebagai hewan yang banyak digemari manusia, kucing menyimpan banyak mitos. Ya, masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia mengenal beragam mitos mengenai kucing.

Kebudayaan Jawa bahkan mengenal sebuah naskah yang membahas mitos-mitos seputar kucing ini, namanyai Serat Ngalamating Kucing. Mirya A dalam penelitiannya yang diterbitkan Jurnal NUSA menjelaskan bahwa naskah tersebut mencatat mitos hubungan antara warna kucing tertentu dengan nasib yang akan menimpa pemiliknya.

Misalnya saja, kucing yang berbulu hitam dan berekor panjang disebut sebagai Kucing Putra Kajetaka. Kucing tersebut dianggap sebagai kucing pembawa sial dan dapat membuat pemiliknya memuntahkan darah. Lalu masih dengan kucing hitam yang dipercaya banyak membawa kesialan, ada pula Durjana Kapethuk dengan ciri-ciri kucing berwarna hitam tetapi mulut dan kepalanya berwarna belang. Kucing ini dipercaya dapat membawa nasib buruk bagi yang memelihara sehingga siapa pun yang memelihara kucing ini akan mendapatkan musibah dan keinginannya tidak akan tercapai.

Tak hanya nasib buruk, ada pula warna kucing yang diyakini membawa nasib baik.Kucing yang badannya berwarna hitam sedangkan kakinya berwarna belang putih dipercaya dapat memberikan kebahagiaan. Apalagi, jika jenis kucing yang dipelihara berekor tumpul. Kucing ini disebut sebagai Leksana Nira. Kucing yang punggungnya berwarna belang dan warna mukanya sama dengan warna bulu di badannya dipercaya membawa hal baik. Kucing yang dinamakan Sangga Buwana ini disebutkan bahwa siapa saja yang memelihara kucing ini akan terkabul doa-doanya. Apalagi, jika yang dipelihara adalah kucing yang berekor tumpul.

Di luar Jawa, mitos tentang kucing juga dikenal, misalnya Masyarakat Sulawesi Selatan punya cerita rakyat Meong Palo Karellae atau kucing belang tiga. Cerita rakyat ini tercatat dalam berjudul kitab Sureq La Galigo.

Kucing belang tiga berjenis kelamin jantan adalah hal yang langka. Kelangkaan kucing itu kerap dikaitkan dengan mitos bahwa hewan tersebut merupakan pengawal setia Sangiang Serri (Dewi Padi).

Konon, Meong Palo Karellae hidup bahagia bersama tuannya di Wage, Namun, ia berpindah tuan dan dibawa ke Lamuru hingga kehidupannya berubah drastis menjadi menderita.

Pada suatu waktu, Meong Palo Karellae pernah dipukul oleh tuannya, lalu lari ke tempat bersemayamnya Sangiang Serri hingga kemudian mereka pergi ke khayangan karena tidak kuat hidup di dunia dan akhirnya kembali lagi ke bumi atas perintah Batara Guru.

Masyarakat di berbagai daerah mengenal mitos mengenai kucing

Di Jawa, ada naskah bernama Serat Ngalamating Kucing. Isinya adalah catatan mengenai hubungan antara warna kucing tertentu dengan nasib yang akan menimpa pemiliknya.

Di luar Jawa, salah satu mitos tentang kucing yang dikenal, adalah punya cerita Sulawesi Selatan Meong Palo Karellae atau kucing belang tiga. Cerita rakyat ini tercatat dalam berjudul kitab Sureq La Galigo

Ada pula kepercayaan bahwa kucing memiliki sembilan nyawa

Penjelasan logisnya, kucing memiliki tubuh yang lentur. Kucing terdiri dari susunan tulang dan otot yang lentur sehingga cukup fleksibel. Kondisi tersebut yang menyebabkan sebagian besar kucing selamat meskipun jatuh dari ketinggian.

Singkat cerita, Meong Palo Karellae dan Sangiang Serri perke ke Barru dan disambut masyarakat di sana. Lalu, Sangiang Serri meminta masyarakat agar jangan bertengkar, nyalakan lampu pelita pada malam hari, jaga agar periuk dan tempat air minum tetap terisi, dan jangan pernah melakukan perbuatan curang. Setelahnya Kehidupan manusia pun menjadi damai dan penuh rasa saling menghargai.

Tak hanya di Indonesia, di belahan dunia lain pun ada mitos tentang kucing. Misalnya dalam mitologi Mesir kuno, kucing dianggap sebagai Bastet—dewi rumah tangga. Dia bertugas melindungi rumah dari roh jahat serta penyakit yang berhubungan dengan wanita dan anak-anak, termasuk persalinan. Di samping itu, kucing juga disebut sebagai hewan ilahi.

Bastet terlahir sebagai putri Dewa Matahari, Ra. Sama seperti banyak dewa dalam agama Mesir, dia pun memainkan peran di akhirat, yakni pemandu dan penolong orang mati.

Britannica menggambarkan Bastet sebagai wanita berkepala kucing, membawa sistrum (perkusi kuno) di tangan kanannya, lalu aegis atau pelindung dada di tangan kirinya, dan tas kecil di lengan kiri. Dia mengenakan gaun berornamen rumit. Kultusnya dibawa ke Italia oleh orang Romawi, sedangkan jejaknya telah ditemukan di Roma, Ostia, Nemi, dan Pompeii.

Di samping mitos kucing dari berbagai wilayah dan negara, ada kepercayaan paling populer di tengah masyarakat yang mengatakan kucing memiliki sembilan nyawa. Penjelasan logisnya, kucing memiliki tubuh yang lentur. Kucing terdiri dari susunan tulang dan otot yang lentur sehingga cukup fleksibel. Kondisi tersebut yang menyebabkan sebagian besar kucing selamat meskipun jatuh dari ketinggian.

Kucing dan Agama Islam

Hadist
Caption Hadits
Kucing Abu
Kucing Coklat

Nabi Muhammad ﷺ diketahui memiliki kucing bernama Muezza, dan pernah berpesan kepada sahabatnya agar menyayangi kucing peliharaan layaknya keluarga sendiri

Kepercayaan mengenai kucing tidak hanya tertuang dalam mitos-mitos di berbagai daerah, namun agama pun demikian. Agama Islam sebagai agama mayoritas yang dianut masyarakat Indonesia pun punya ajaran tentang kucing.

Dalam ajaran Islam, kucing disebut sebagai hewan kesayangan Nabi Muhammad ﷺ. “Kucing tidak najis. Ia binatang yang ada di sekitar kalian,” demikian bunyi Hadis Riwayat (HR) Abu Dawud dan Tirmidzi. Untuk itu, hukum memelihara kucing untuk umat Islam ialah boleh. 

Nabi Muhammad ﷺ juga pernah berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan layaknya keluarga sendiri. Ia dapat memberikan kebahagiaan bagi manusia, meredakan amarah, dan stres manusia. Nabi pun memiliki kucing peliharaan bernama Muezza.

Dahulu kala, ada seorang penyair dan penulis wisata dari Amerika Serikat, Bayard Taylor (1825-1878), terkejut saat melihat sebuah rumah sakit di Suriah dihuni banyak kucing. Kucing domestik di sana dilindungi dan dipelihara oleh sebuah lembaga yang didanai dari wakaf, termasuk upah pengasuh, perawatan, dan makanan kucing.

Salah satu hadis riwayat al-Bukhari No. 3482 versi Fathul Bari Kitab hadis tentang para Nabi yang artinya: telah bercerita kepadaku 'Abdullah bin Muhammad bin Asma' telah bercerita kepada kami Juwairiyah bin Asmai dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radhiallahu'anhuma bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, "Ada seorang wanita disiksa disebabkan seekor kucing yang dikurungnya hingga mati kelaparan, lalu wanita itu pun masuk neraka karena dia tidak memberinya makan dan minum ketika mengurungnya, dan tidak melepaskannya, sehingga dia dapat menyantap serangga tanah

Lantas, apakah agama menjadi alasan masyarakat Indonesia untuk memelihara kucing? Sebagian ya, dan sebagian lainnya tidak. Rissa dan Brasti mengaku bahwa agama bukanlah alasan mereka memilih kucing sebagai peliharaan. Namun sebagaimana disinggung Baindro Wisnuyana dan Eka Yuniati dalam penelitiannya di jurnal Solidarity mengenai dampak memelihara kucing saat pandemi Covid-19, ada yang memelihara kucing karena hewan tersebut tidak dianggap najis dalam agama Islam.

Ada pula sabda Nabi Muhammad ﷺ sebagai berikut:

Quote Symbol

Ada seorang wanita disiksa disebabkan seekor kucing yang dikurungnya hingga mati kelaparan, lalu wanita itu pun masuk neraka karena dia tidak memberinya makan dan minum ketika mengurungnya, dan tidak melepaskannya, sehingga dia dapat menyantap serangga tanah.

Reverse Quote Symbol

Ragam Jenis Kucing Asli Indonesia

Ada banyak jenis kucing yang ada di dunia, termasuk yang dipelihara manusia. Rissa misalnya, memelihara kucing berjenis himalaya, sementara Brasti memelihara kucing domestik atau kampung serta campuran.

Kucing-kucing menggemaskan tidak hanya berasal dari jenis asal luar negeri. Sebagai negara yang kaya, Indonesia juga memiliki jenis-jenis kucing yang tak kalah menarik. Namun perlu diingat, kucing asli Indonesia ini kebanyakan merupakan jenis liar yang dilindungi sehingga tidak sembarangan untuk memeliharanya.

Berikut ini beberapa jenis kucing lucu asli Indonesia:

Busok Cat

Siapa sangka Kabupaten Sumenep, Jawa Timur ternyata punya hidden gem kucing menggemaskan yang diberi nama kucing Busok. Kucing bertubuh gagah ini hampir mirip dengan ras kucing Russian blue atau British shorthair karena bulunya yang pendek namun lebih tebal dari kucing kampung.

Kucing Busok konon merupakan peliharaan keluarga ningrat Madura di masa lampau. kucing lucu ini juga pernah menjadi cinderamata bagi para tamu istimewa yang berkunjung ke Pulau Garam di tahun 1990-an. Untuk menjaga kemurnian ras, kucing Busok harus disteril sebelum dibawa keluar oleh pendatang.

Tertarik Memelihara Kucing? Perhatikan Hal Ini!

Cat Sleep

Kawan GNFI tertarik memelihara kucing juga? Tentu saja bisa, yang penting perlu diperhatikan bahwa jenis kucing yang dipelihara statusnya tidak dilindungi atau terancam punah, juga kesehatan kucingnya harus selalu diperhatikan?

Lantas, apa saja yang perlu dilakukan untuk memastikan kucing senantiasa sehat?

Pada dasarnya, hal yang harus diperhatikan dalam memelihara kucing tak banyak berbeda dengan hewan lain.

Pertama

Pemilik harus selalu memberi makanan berkualitas baik yang mana saat ini sudah banyak makanan kucing dengan berbagai merek yang tersedia di pasaran. Setiap merek memiliki komposisi dan kandungan yang berbeda-beda, sehingga pemilik perlu tahu betul kebutuhan nutrisi kucingnya agar bisa memilih makanan yang cocok.

Kedua

Pemilik harus memperhatikan kebersihan kucingnya. Apabila dibutuhkan, kucing dapat dimandikan secara berkala. Jika kucing menggunakan bak pasir untuk membuang kotoran, itu pun wajib dibersihkan beberapa kali dalam sehari.

Ketiga

adalah vaksin dan steril. Vaksinnya terdiri dari vaksin core (inti) dan vaksin non-core (noninti). Sederhananya, vaksin core adalah vaksin dasar yang wajib diberikan kepada semua kucing, sedangkan vaksin non-core diberikan apabila kucing mengidap penyakit tertentu. Sementara itu, steril dibutuhkan untuk mengontrol populasi serta meminimalisir perilaku kucing yang menganggu, seperti berkelahi dengan kucing lain atau spraying (buang air untuk menandai wilayah kekuasaan).

Vaksin ini penting karena penyakit tidak hanya bisa membahayakan kucing, melainkan juga pemiliknya. Salah satu penyakit tersebut adalah rabies. Kendati rabies lebih banyak menjangkiti anjing, namun kucing pun bisa menularkannya kepada manusia.

Dibuat oleh Good News From Indonesia
Logo GNFI