Pasar Bebas..siapkah Indonesia?

Pasar Bebas..siapkah Indonesia?
info gambar utama

Sebenarnya judul di atas bukanlah sesuatu yang tepat. Pasar bebas, sebagai anak kandung globalisasi, sudah semakin dekat ke perbatasan-perbatasan kita, bahkan bisa jadi sudah mulai mengetuk pintu-pintu rumah kita. Indonesia tidak bisa lagi berbesar hati dengan pasar domestiknya yang besar, karena sekarang, pasar "domestik" itu akan menjadi pasarnya Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, China, dan India.

Sering kita dengar nada protes yang keras, bahwa Indonesia belum siap, makanya tidak perlu ikut perjanjian pasar bebas dengan negara luar. Demikian kerasnya protes itu, hingga kadang esensi dari pasar bebas menjadi kabur. Lalu benarkah pasar bebas tidak menguntungkan Indonesia?

Tentu saya memahami betul kekhawatiran bahwa Indonesia akan kalah telak dan hanya menjadi pasar bagi produk2 negara asing yang akan masuk tanpa bea apapun. Namun sekali lagi, hal tersebut tidak bisa dihindari, single market, pasar bebas, liberal trade, atau semacamnya...sudah seperti internet yang tak akan mungkin dibendung. Contohlah India dan Malaysia yang menandatangani Free Trade Agreement. Keduanya membebaskan produk masing masing negara bebas keluar masuk di antara ke dua negara, produk menjadi murah, industri di India yang memerlukan bahan baku dari Malaysia akan mendapatkannya dengan harga lebih murah, produk2 Malaysia (misalnya biskuit) di India menjadi terjangkau, dan sebaliknya. Itu cerita idealnya. Lalu apakah misalnya, India yang tidak punya FTA dengan Indonesia akan membeli bahan baku untuk Industrinya dari Indonesia? Secara sederhana bisa dibilang tidak, karena bahan baku dari RI akan lebih mahal, karena bea masuk di India, dan barang-barang Indonesia yang dijual di India, dan biskuit dari Indonesia akan lebih mahal di India dibanding biskuit made in Malaysia.

Bayangkan ketika Indonesia memilih tidak menjadi bagian dari kerjasama seperti itu. Jaring laba-laba FTA sudah demikian menggurita di dunia, yang tertinggal, dan memilih tinggal, akan benar benar tertinggal di belakang, tanpa teman.

Saya rasa, meski dengan penuh pertimbangan, Indonesia harus memanfaatkan perjanjian pasar bebas dengan negara manapun. Dengan China, yang populasinya bejibun, RI harus mampu merebut hati mereka dengan produk-produk berkualitas, dan terjangkau. Mobil yang tidak bisa melaju kencang, harus dibenahi dan diperbaiki mesin-mesin dan onderdilnya, agar bisa melaju sekencang lawan2nya, bukan masuk ruang parkir.

Dan di sisi lain, produk-produk Indonesia HARUS mampu merebut hati market di Indonesia, dengan kualitas dan harga yang memadai. Dan...tentu saja, kecintaan pada produk Indonesia, harus juga dikembangkan di hati-hati kita semua.

Jadi ..produk Indonesia bisa merajai pasar domestik, dan merebut pasar asing. Pasti kita bisa

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini