Fajar Baru Indonesia

Fajar Baru Indonesia
info gambar utama

By Akhyari Hananto

Saya pernah membaca sebuah artikel di The Strait Times Singapore beberapa tahun lalu, yang menyatakan bahwa Indonesia saat ini sedang diuntungkan oleh moment-moment yang menentukan, namun banyak orang Indonesia sendiri yang lebih asyik berbicara mengenai politik dan pernak-perniknya ketimbang berbicara mengenai kesempatan besar di berbagai bidang yang kini ada di "meja" Indonesia. Salah satu imbas negatif dari besarnya energi bangsa ini yang terbuang ke ranah politik, adalah terbengkalainya bidang olahraga. Masih menurut harian The Strait Times, Indonesia seakan kehilangan taringnya ketika ajang-ajang olahraga internasional dilangsungkan, padahal Indonesia dulunya adalah "the regional powerhouse" yang (masih menurut harian itu) banyak negara ASEAN yang hanya mengincar posisi ke-2 atau 3 bila Sea Games digelar.


Logo Sea Games 1987 di Jakarta (seagoffice.org)

Sebelum ajang Sea Games 26 di gelar, ada 2 kubu yang sama-sama bersemangat menyambutnya. Kubu yang pertama tak henti berteriak, "AYO INDONESIA BISA!", sementara kubu yang lain tak henti menyuarakan pesimismenya, mulai dari yang venue tak akan selesai tepat waktu hingga Indonesia yang sulit merebut tahta juara umum. Media dengan segala A B C-nya menambah hiruk-pikuk itu dengan leluasa, sampai-sampai banyak masyarakat yang kemudian ikut pesimis. Saya adalah orang mungkin paling optimis di Indonesia, namun jujur saya akui, saya sendiri waktu itu mulai merasa khawatir bahwa Sea Games akan diundur. Sebelum akhirnya pemerintah memastikan bahwa Sea Games akan berjalan tepat waktu.

Ayo Indonesia Bisa

Mungkin banyak orang Indonesia yang tidak menyadari, terutama para anak muda, bahwa "jelek-jelek begini" Indonesia adalah pemegang rekor juara umum terbanyak sejak Sea Games dilangsungkan pada 1977; Indonesia pernah menjuarai sebanyak 9 kali, sementara peringkat 2 adalah Thailand yang menjuarai sebanyak 5 kali. Dari ajang-ajang Sea Games masa lalu lah, rakyat Thailand menaruh hormat pada Indonesia. Saya pernah beberapa kali bertemu dan ngobrol panjang dengan masyarakat Thailand, dan umumnya mereka begitu mengingat betapa jayanya atlit-atlit Indonesia di masa lalu.


Raja renang Sea Games, Richard Sam Bera

Namun sejak 1997, Indonesia tak pernah lagi mengecap manisnya juara umum, dan itu cukup menjadi buah bibir di kalangan olahragawan dan pecinta olahraga di Thailand. Di Asia Tenggara, dulunya Indonesia seperti China di Asia, selalu juara, dan mendominasi. Tenggelamnya Indonesia di ajang Sea Games sejak 1997, cukup mengagetkan, seolah-olah seperti membayangkan China tak pernah lagi juara Asian Games.

Bagi saya, sekali lagi, bukan atletnya yang perlu kita sorot, namun energi dan fokus kita untuk olahraga memang sudah habis terkuras untuk gontok-gontokan ekonomi dan politik di dalam negeri. Hal yang sama tidak terjadi di negara-negara tetangga, yang terus menerus membangun olahraganya. Myanmar, dan Vietnam, dua negara peserta baru, ternyata juga sudah memiliki kekuatan berimbang dengan negara-negara Asia Tenggara yang lain.

Beberapa hari menjelang Sea Games dibuka, saya sibuk berpikir bagaimana kalau Indonesia tidak juara di kandang sendiri? Iklan-iklan 'Ayo Indonesia Bisa' di saluran-saluran TV nasional ternyata cukup membantu menjaga asa dan optimisme saya.

Good Old Days, New Dawn


Pembukaan Sea Games 26 Palembang (Wikipedia Commons)

Saya tweet di Twitter GNFI, betapa berdebar-debarnya saya menanti upacara pembukaan Sea Games di Palembang. Hal terakhir yang teringat dalam benak saya adalah megahnya pembukaan Asian Games di Guangzhou, China. Benar-benar megah, dan tentu saja sedikitpun saya tidak berani berharap pembukaan Sea Games di Palembang akan mendekati kemegahannya.

Namun tak kuasa saya menahan haru ketika gelegar dan gemerlap laser dan kembang api menghiasi langit di atas Jakabaring. Perpaduan manis antara keseriusan, kejeniusan, teknologi tinggi, kekompakan, persiapan matang, dan biaya besar. Banyak media-media luar negeri yang memuji keindahan dan kemegahan pembukaan Sea Games 2011 di Palembang, bahkan salah satu media paling tua di Filipina, menulis panjang artikel untuk itu hanya dengan sebuah kata "SPECTACULAR!". Media-media di Eropa dan Amerika Utara tak ketinggalan memberikan apresiasi.

Dan yang lebih hebat lagi, atlet-atlet Indonesia tanpa henti menyumbang medali tertinggi. Untaian masa-masa indah masa lalu pun kini terajut kembali menjadi fajar kejayaan olah raga Indonesia. New dawn for the powerhouse! Ayo Indonesia Bisa!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini