Ekonomi Jawa Timur yang "Menggila"

Ekonomi Jawa Timur yang "Menggila"
info gambar utama

Oleh Drs Ahmad Cholis Hamzah, MSc Dosen STIE PERBANAS Surabaya

Bank Indonesia Surabaya memprediksi bahwa perekonomian Jawa Timur di tahun 2012 akan melampaui perekonomian nasional dengan angka pertumbuhan sekitar 6,7-7% , sedangkan ekonomi nasional akan berkisar 6,3-6,7%. Di kuartal ketiga tahun ini (2011) pertumbuhan ekonomi propinsi ini sudah mencapai 7,2%, angka ini diatas pertumbuhan ekonomi nasional pada periode yang sama yaitu 6,5%. Kepala Bank Indonesia Surabaya Mohammad Ishak mengatakan bahwa untuk bisa mencapai angka pertumbuhan 7%, Jawa Timur memerlukan tambahan investasi sebesar Rp 175 sampai 190 trillion, dimana Rp 40 trillionnya bisa diperoleh dari industri perbankan nasional; sedangkan sisanya bisa diperoleh dari pihak swasta, investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini bisa dimungkikan karena peringkat kredit Indonesia sudah naik menjadi investment grade, sehingga dana investasi dais umber luar bisa diharapkan. Menurut data BI Surabaya, struktur ekonomi Jawa Timur banyak di dominasi sector konsumsi, dan hal ini membuat Jawa Timur mudah menjadi target pasar bagi produk-produk luar negeri, terutama dari China dan dari negara-negara tetangga ASEAN.

Kekuatan ekonomi Jawa Timur terletak dari historisnya – propinsi ini sejak jaman dulu sudah menjadi basis industri manufaktur dengan ketersediaanya infrastruktur pelabuhan dan jalan yang memadadi. Selain itu propinsi ini juga dikenal sebagai lumbung padi nasional karena menyumbang sekitar 30-35% beras untuk konsumsi beras nasional. Selain itu propinsi ini juga dikenal dengan pusat gula nasional, karena dari sekitar 51-54 pabrik gula di Indonesia, 33 nya berada di Jawa Timur, karena itu Jatim itu juga mensupply sekitar 30% kebutuhan gula nasional. Jawa Timur juga merupakan basis industri rokok nasional karena beberapa pabrik rokok terbesar di negeri ini berada di Jatim. Kekuatan ekonomi lainnya adalah ditemukan banyak sumur gas dan minyak bumi serta tambang lainnya seperti emas. Dan ini telah menarik investor terkenal luar negeri di bidang minyak dan gas melakukan explorasi di Jawa Timur.

Potensi ekonomi ditingkat bawah pun juga besar di propinsi ini, Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur pernah mencatat bahwa ada sekitar lebih dari 4 juta industry menengah dan kecil yang beroperasi di propinsi ini. Mereka ini dikenal sebagai economic players yang tangguh dan bertahan bahkan ketika ekonomi nasional dan dunia mengalami economic downturn. Mereka ini tidak hanya berkiprah di dalam negeri namun sudah banyak yang meng ekspor produknya ke luar negeri. Kalau kita ke Pulau Dewata Bali dan mengunjungi produk-produk souvenir sebagai hasil dari kegiatan ekonomi kreativ; maka kita akan jumpai bahwa para pengusaha maupun produk-produknya banyak berasal dari Jawa Timur.

Namun propinsi ini perlu waspada, karena struktur ekonominya sekarang banyak bertumpu pada sector konsumsi. Kalau tidak diimbangi dengan sector produksi maka dalam jangka panjang perekonomian Jawa Timur akan menjadi masalah. Kalau kita pelajari kolapsnya perekonomian negara maju seperti AS dan beberapa negara Eropa salah satu penyebabnya adalah struktur perekonomian mereka di dominasi oleh sector konsumsi dan di penuhi dari impor. Propinsi ini harus jeli memonitor pelaksanaan beberapa Free Trade Agreement dengan beberapa negara seperti AFTA (diantara negara-negara ASEAN) dan CAFTA (antara China dan ASEAN). Perjanjian-perjanjian itu pada dasarnya menyepakati turunnya import duty secara bertahap yang nantinya sampai menjadi 0%. Negara-negara yang terbukti lebih efesien di perekonomiannya akan mudah menang dalam berkompetisi memasukkan barang-barangnya ke pasar dunia termasuk ke pasar Indonesia/Jawa Timur. Apabila perekonomian Jawa Timur (atau propinsi-propinsi lainnya di Indonesia ini) masih ekonomi biaya tinggi – high cost economy, sulitnya perijinan -meskipun banyak daerah kabupaten kota yang berjanji untuk memperpendek jalur birokorasi, namun masih saja ditemui sulitnya mengurus ijin usaha di berapa daerah.

Propinsi-propinsi lain yang memiliki potensi ekonomi yang bagus seperti Jawa Timur juga harus belajar dari situasi dan kondisi di Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi nya bagus dan potensi ekonominya mengesankan, namun tetap harus waspada terhadap masih maraknya praktek ekonomi biaya tinggi. Kalau tidak di sadari maka perekonomiannya akan semua – atau yang sering disebut dengan terminology growth paradox, artinya ekonominya kelihatan bagus tapi banyak masyarakatnya masih miskin dan pengangguran. Semoga hal ini tidak terjadi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini