Satu Pesawat dengan Para patriot

Satu Pesawat dengan Para patriot
info gambar utama

By Akhyari Hananto

Pagi ini saya mendapatkan kabar bahwa Batavia Air akan memulai penerbangan perdana Manado - Guazhou. Sebuah langkah berani, karena bagaimanapun langkah ini tentu saja ingin memanfaatkan market di Guagzhou yang terus meningkat, dan membawanya ke Manado. Sementara Manado sendiri bukanlah sebuah destinasi utama di dunia penerbangan di Indonesia, masih jauh di bawah Makassar sekalipun. Batavia tentu menyadari itu, dan itulah sebabnya, bagi saya ini adalah langkah berani dan patut diapresiasi.

Saya masih ingat ketika FireFly (maskapai Malaysia) terbang ke Banda Aceh dari Kuala Lumpur. Saya sempat bertemu dengan salah satu petinggi FireFly ketika di Banda Aceh, dan saya tanyakan kenapa berani terbang ke Aceh yang belum punya nilai ekonomis tinggi waktu itu. Beliau menjawab, "Kami harus berani memulai. Tanpa keberanian itu, industri penerbangan hanya berjalan di tempat".

Jawaban yang bagus. Keberanian.

Tentu saja itu belum cukup. Maskapai harus membangun reputasi. Saya pernah naik Delta Airlines dari Atlanta, Georgia ke Tokyo. Beberapa penumpang becanda sambil menyampaikan kepada para pramugari bahwa beberapa fasilitas di Delta Airlines kurang begitu bagus kualitasnya. Dengan santai sang pramugari menjawab bahwa memang Delta tidak bisa dibandingkan dengan Singapore Airlines yang punya fasilitas nomor satu di setiap detailnya. Reputasi Singapore Airlines memang sehebat reputasi Singapura. Bersih, excellent, efisien, kelas satu! Reputasinya jauh menembus batas wilayah negaranya yang kecil.

Apakah maskapai-maskapai nasional bisa sehebat Singapore Airlines? Tentu saja bisa. Bahkan, Garuda Indonesia hanya setingkat dibawahnya (maju terus Garuda).

Ada satu hal lagi yang akan make difference.

Satu hari teman saya akan pergi ke Amsterdam. Dia mengetahui bahwa Garuda sudah terbang lagi ke Amsterdam, namun dia lebih memilih memakai Emirates dengan berbagai alasan (terutama prestis). Dia menganggap bahwa Emirates lebih ini dan itu dibanding Garuda Indonesia. Meski harga relatif sama. Tentu sah saja seperti itu, akan tetapi di saat maskapai nasional sedang bersungguh-sungguh membangun image dan reputasi, namun apabila tidak didukung oleh stakeholder utama di dalam negeri (penumpang Indonesia yang bangga menggunakan maskapai nasional), tentu akan sulit bagi mereka.

Fajar era Open Sky sudah mulai menyeruak, dengan menghadirkan maskapai-maskapai dari seluruh Asia Tenggara dengan kualitas yang hampir berimbang. Dan percaya atau tidak, Indonesia adalah pasar industri penerbangan yang paling menggiurkan. Kalau bukan kita yang menggunakan maskapai-maskapai nasional, rasanya berat mengharapkan orang luar bangga menggunakannya.

Dari sini jelas, kita harus bagaimana mulai sekarang, kan?

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini