Baiknya, Uang Itu Untuk SMK-SMK saja..

Baiknya, Uang Itu Untuk SMK-SMK saja..
info gambar utama

Oleh Ahmad Cholis Hamzah, MSc*

Ada pepatah bahwa perbuatan keji itu menular; kita berharap kebalikannya bahwa perbuatan baik itu menular. Dalam hubungan ini kalau kita melihat memang gaung upaya yang tidak pakai pamrih apapun anak-anak SMK Solo membuat produk buatan sendiri sangat mengagumkan karena telah menular ke sejumlah sekolah-sekolah sejenis di Indonesia ini, misalkan SMK 12 Bandung ternyata sudah/sedang membuat pesawat ringan, SMK Muhammadiyah Magelang juga berusaha membuat mobil, SMK Jakarta, Malang, Surabaya dan di berbagai daerah di seluruh penjuru nusantara juga berlomba-lomba berbuat hal yang sama.

Mengagumkan karena upaya dengan semangat “Banteng Ketaton” itu begitu bergairahnya dan tidak menghiraukan berita – berita tentang politik nasional, tentang pengakuan Rosa dalam kasus Nazarudin, tentang KPI yang menegur sejumlah bintang sinetron karena pakaiannya tidak senonoh, tentang perdebatan para lawyer nasional di layar kaca dsb.

Kita ingat negeri Sakura Jepang, setelah di bom atom Amerika Serikat tahun 1945 di kota Hiroshima dan Nagasaki. Negeri ini luluh lantak, banyak pengemis, banyak orang mati kelaparan, wajah-wajah penduduk mereka tidak menampakkan kegembiraan. “Alon Asal Kelakon” atau Lambat Tapi Pasti, negeri ini bangkit perlahan-lahan, seluruh energi bangsa ini di fokuskan pada satu tujuan: membuat produk dalam negeri agar ekonomi mereka bangkit. Perusahaan-perusahaan UKM Jepang sambil bersinergi satu sama lain membuat produk apapun untuk kepentingan dalam negeri. Pihak pemerintah dan Universitas juga all-out melakukan penelitian-penelitian agar produk mereka bisa diterima rakyatnya.

Ya, Jepang pertama kali tidak melakukan ekspornya keluar negeri, tapi fokus pada kepentingan dalam negeri dulu. Produk-produk buatan dalam negeri lambat laun di terima secara luas oleh rakyatnya dengan kebanggaan sebagai bangsa. Perusahaan-perusahaan mereka tidak menghiraukan cercaan dunia bahwa produk buatan Jepang itu “cepat rusak”. Dalam perkembangannya, dunia terbelalak dengan kenyataan bahwa produk-produk Jepang merajai Eropa dan Amerika dan dunia karena dinilai lebih efisien. Tahun 1970an Amerika Serikat terkejut ketika produk-produk Jepang secara perlahan merambat seperti kemacetan jalan tol – masuk ke pasar Amerika. Produk-produk mereka bervariasi dari teknologi yang super canggih sampai alat cukur kumis memasuki pasar global.

Kekuatan ekonomi Jepang akhirnya di akui bukan dari perusahaan-perusahaan besarnya, tapi dari perusahaan UKM mereka. Jaringan mereka sangat solid dan efektif. Perusahaan –perusahaan besar menjadi besar karena di bantu perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Jaringan distribusi mereka sangat terkenal sehingga bisa mengalahkan perusahaan-perusahaan terkemuka Eropa dan Amerika Serikat.

Salah satu kunci keberhasilan Jepang adalah bahwa semua dana negara yang berasal dari rakyat dan swasta di kerahkan untuk membantu ekonomi rakyat itu, membantu kekuatan UKM menjadi kekuatan global. Uang rakyat dari pajak di kerahkan semua untuk kemaslahatan bangsa. Sekarang kalau kita lihat China yang cepat berkembang sebenarnya juga mirip Jepang, kekuatan ekonomi dalam negeri di kuatkan dulu setelah itu baru ekspor, semua kekuatan dana juga dikerah untuk maksud itu.

Kembali ke negeri kita sendiri, alangkah terkejutnya ketika kita mendengar bahwa uang yang dikumpulkan rakyat itu ternyata tidak untuk hal – hal yang dilakukan Jepang dan China itu, tapi untuk membangun toilet DPR seharga Rp 2 milyar, untuk ruang rapat DPR Rp 20 milyar, dan mungkin ada milyaran atau bahkan triliuan rupiah lainnya untuk keperluan yang tidak terlalu penting untuk rakyat. Kita menjadi menangis dan sedih ketika mencermati menularnya upaya SMK Solo itu ke rekan-rekannya di seluruh nusantara tidak ada (atau belum ada) yang mengulurkan dananya kepada mereka. Padahal yang dilakukan mereka itu adalah untuk keharuman nama bangsa. Seharusnya kita semua sadar akan hal ini bahwa rakyat itu dengan susah payah mengumpulkan uang untuk membayar pajak – dan rakyat itu mengharapkan semua itu untuk kemaslahatan bangsa. Kalau kita tidak sadar, berarti kita mengkhianati harapan rakyat itu.

?Alumni Universitas Airlangga dan University of London, sekarang Dosen di STIE PERBANAS Surabaya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini