2 0 1 4

2 0 1 4
info gambar utama

Dalam sebuah pertemuan informal dengan beberapa teman dari negara barat di Surabaya beberapa hari lalu, saya ditanya mengenai calon presiden Indonesia 2014 yang paling tepat menurut saya. Well, saya punya calon yang bagus, tapi biarlah menjadi rahasia :) . Intinya, dia harus tegas, mengerti kebutuhan bangsa dan solusinya, mampu berdiplomasi, tegas pada pendirian, dan tentu saja, mengerti ekonomi dan bagaimana menumbuhkannya dengan baik dan merata.

Teman-teman bule tidak mendebat pilihan saya, tapi bercerita tentang Thailand dan perdana menterinya yang berganti tiap musim durian hehe. Ekonomi Thailand sebenarnya tidak terpengaruh dengan gonta-gantinya PM mereka, karena sistemnya sudah developed dan siapapun yang memimpin, sistem tetap berjalan. Ekonomi akan terganggu bila salah satu elemen dari sistem tersebut terganggu/atau diganggu. Kita masih ingat ketika Bandara Suvarnabhumi diduduki kelompok kuning, dan mengentikan aktivitas penerbangan selama beberapa lama. Lalu kelompok merah "membalas" dengan memblokir jalan-jalan utama di beberapa kota di Bangkok. Nah..itu baru sistemnya terganggu. Dan ekonomi bisa terganggu.

Hal yang hampir sama, dengan tingkat kompleksitas yang lebih serius, terjadi di Belgia. Mungkin kebanyakan orang Indonesia tidak well-informed bahwa Belgia sebenarnya adalah negara yang rawan pecah menjadi dua. Bagian utara "dikuasai" oleh orang-orang yang berbahasa Belanda yang disebut Flanders Area, sementara bagian selatan adalah Walloonia area yang berisi orang-orang berbahasa Prancis, dan akhir-akhir makin banyak saya para petinggi-2 Belgia, para pemimpin masyarakat, politisi, dan analis memperingatkan bahwa pemecahan itu (bukan perpecahan) makin dekat.

Dan tidak disangka, euforia-nya juga terjadi mana-mana di Belgia; paman saya bulan lalu berkunjung ke Belgia, dan mendapati orang-orang yang tengah merayakan Euforia tersebut bersama teman-teman mereka. Namun di sisi lain, sistem negara tersebut hampir-hampir tidak terpengaruh. Pak pos tetap mengirimkan surat2 tepat waktu, tukang sampah masih mengurus sampah-sampah, pegawai-pegawai pemerintah yang lain juga tidak mengubah jadwal kerja maupun etos kerjanya. Menurut paman saya yang sempat bertanya ke salah seorang tukang pos, dia mengatakan bahwa PNS di Belgia sadar, silakan negara terpecah, tapi pelayanan kepada masyarakat tidak boleh terganggu. Dan mungkin itulah sebenarnya tulang punggung kemajuan negara-negara di Eropa Barat.

Lain lagi dengan Jepang. Sehari setelah pemboman di Hiroshima dan Nagasaki, kereta api di kota2 di Jepang, termasuk di kedua kota yang hancur, tetap berjalan dan para petugas KA dan stasiun tetap berseragam lengkap dan rapi.

Apakah Indonesia sudah seperti itu? Saya rasa..belum. Sistem masih bisa diubah-ubah, tergantung pemimpinnya.

Lalu bagaimana? Kalau sudah seperti ini, mungkin kita bisa cari pemimpin yang disukai semua kalangan..

Ada solusi dari teman bule saya. Pilih saja seorang wanita yang cantik, yang senyumnya bisa menyelesaikan masalah. Seperti Yingluck Shinawatra...

Dian Sastro? :)

image : ?thomaswhite.com

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini