Beruntung sekali..

Beruntung sekali..
info gambar utama

Munyuuuk! ...eh...(istighfar)

Saya (terpaksa sekali) mengumpat. Pagi itu udara dingin sekali diNew York city, dua hari sebelumnya, kawasan east coast Amerika Serikat dilanda badai salju yang parah. Saya gak tau minus berapa derajat celcius pagi ini, tapi yang jelas sangat dingin, dan mobil-mobil yang diparkir diluar rumah terkubur sepenuhnya oleh salju. Dinginnya luaaaar biasa, saking dinginnya, saya tidak bisa lagi merasakan jari jari saya, dan tangan saya terus menerus masuk dalam saku jaket saya. Pengin mengumpat lagi (tapi takut dosa), bawaan dipunggung saya berat sekali, sudah gitu teman saya nitip oleh-oleh untuk dibawakan ke seorang sahabatnya di Washington DC.

Kampreeeeeeeeeeeeeeet....eh (tobaaaaaaaaaaaat ya Tuhan)..

Gara gara tangan saya yang kelewat "beku",  saya tidak sempat mengambil kamera di saku jaket saya, dan akhirnya...mobil keren Maybach Guard yang sedang berhenti menunggu lampu merah, keburu jalan, dan gak sempat difoto!

Jadilah pagi itu penuh dengan umpatan, dan ujung-ujungnya, semua disebabkan oleh satu hal..hawa dingin yang luar biasa. Saya berhenti di sebuah coffee shop, setelah tidak tahan lagi berada diluar karena tangan terlalu exposed. Saya masuk dan melepas jaket saya, memesan kopi dan donat. Tanpa dinyana, saya bertemu dengan seorang Indonesia yang sudah 17 tahun berada di New York. Ketika saya membuka jaket dan melihat kaos "Damn! I Love Indonesia", dia menyapa halus "Are you from Indonesia?". Spontan saya menjawab dengan bahasa sehari-hari saya (Jawa).."Injiiih". Tidak saya sangka, ternyata mas Widyanto (nama orang tersebut) adalah orang Magelang, tetangga kampung halaman saya, Jogja.

Saya terkesan dengan kemampuan Bahasa Jawa-nya yang halus dan "medok"-nya gak hilang, khas Mataraman. Saya bertanya kok bisa menjaga 'kualitas' kehalusan bahasa Jawa. "Saya pakai di rumah, dan di kalangan teman2 yang kebetulan banyak yang dari Jawa" sahutnya. Mas Widyanto bertanya banyak hal tentang Indonesia, dan menurutnya, karena alasan biasa dll, dia sangat jarang pulang ke Indonesia. "Terakhir pulang tahun 1996" katanya.

"Pasti sudah kerasan ya, mas ..di Amerika? Sudah gak kangen Magelang?" tanya saya. Tanpa saya sangka, airmatanya mengalir tetes demi tetes " Amerika memang negara sangat maju. Namun banyak hal yang tidak saya dapatkan di sini, seperti yang saya dapatkan di tanah air" ujarnya sambil mengusap matanya.

 Dia bercerita betapa dia merindukan suasana pedesaan yang penuh kekeluargaan, para petani yang pergi ke sawah sesudah subuh. Satu hal yang selalu mengingatkannya pada Indonesia (terutama kampung halamannya Magelang) adalah gotong royong dan betapa semua orang tetap bergembira dalam semua keterbatasan. Itu mungkin yang tidak dia dapat di Amerika. Mungkin...

Saya sampai Washington DC pada sore harinya, dan di USA Today ditulis di halaman depan dengan font besar "Here Comes The Sun". Rupanya musim salju sudah akan berakhir. Saya buru-buru sms mas Widyanto "Mas, di Magelang, matahari terbit setiap hari lho hehehe". Dia reply "Iya. Sampeyan beruntung sekali"

 

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini