Diplomat tanpa Gaji

Diplomat tanpa Gaji
info gambar utama

Diplomat tanpa Gaji (Nge-branding Indonesia part II)

Ketika membeli sebuah perangkat iPod, apa yang kita dapatkan? Setuju! Sebuah alat yang berdesign cantik, sleek, bersih, kualitas suara prima, teknologi tinggi, dan terbaik di kelasnya. Dan iPod pun adalah sebuah gambaran dari negara pembuatnya..Amerika Serikat. Mari kita sedikit melihat produk produk lain dari Amerika Serikat. Ada Ford, ada Levi’s, ada Coca-Cola, ada Harley Davidson, dan hmm...sepertinya terlalu banyak. Apapun isu-isu dunia yang berkembang yang terkait dengan Amerika, baik positif atau negatif, kita sedikit tidak bisa lari dari pengakuan bahwa AS adalah negara yang sangat maju dalam banyak bidang, dan itu tak lepas dari ‘diplomasi’ produk2nya yang menyebar ke setiap sudut dunia.

Mari kita melongok produk dari negara yang....tidak sebesar Amerika. Dan kebetulan adalah salah satu negeri favorit saya. Apa yang terlintas ketika kita melihat LG, Samsung, Hyundai, kartun Pororo ?  Kita patut akui kualitas produk produk itu, kita akui, bahwa lambat laut Korea mulai mengejar Jepang dalam banyak hal. Melihat mobil Hyundai, adalah melihat sebuah dinamisnya sebuah bangsa, semangat rakyatnya untuk terus mengejar ketertinggalan dari negara2 lain yang lebih dahulu maju, negeri yang rakyatnya berpakaian rapi, jalan-jalan yang bersih, banyak lagi.

Jerman tentu kita kenal dengan kualitas produk dan teknologinya yang mungkin banyak negara lain belum mampu mengejar. Apapun berlabel “Made in Germany” akan selalu dipandang tinggi. AS, Jepang, Korea, Jerman, adalah negara-negara yang mampu membangun nation branding-nya melalui produk2nya yang berkualitas dan terbukti digemari.

Malaysia, Singapura, dan Thailand, cukup terbantu dengan beberapa produknya yang , to some extent, mampu membangun asumsi positi bagi negerinya. Saya selalu merasa kasihan dengan para diplomat Malaysia di Indonesia, yang tentu sangat bekerja keras (dan belum tentu berhasil) dalam terus mengembalikan citra Malaysia dimata publik Indonesia. Itulah kenapa, daripada susah payah, mending Upin Ipin ditunjuk menjadi duta besar. Karena, sedikit banyak, serial kartun Upin Ipin adalah “wajah Malaysia sebenarnya”, dan mereka sudah membekas positif di benak banyak orang Indonesia.  Singapura dengan berbagai produk apparel komputer jaminan mutu. Thailand dengan Krating Daeng, Charoen Pophan-nya, adalah “diplomat-diplomat tak digaji” Thailand yang sukses membangun reputasi negaranya.

Bagaimana dengan Indonesia..?

Saya persilahkan para pembaca untuk menilai sendiri, karena saya yakin jawabannya pasti beragam. Namun saya punya pertanyaan mendasar..Kira-kira, kalau ada produk berlabel Made In Indonesia, brand asli Indonesia, dijual di negara lain, apakah yang terlintas dalam benak calon pembeli? Apakah dia jadi membeli atau tidak? Apapun jawaban anda, Indonesia mampu, dan s a n g a t  m a m p u   menciptakan diplomat-diplomat itu.

Tetap semangat

 

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini