Negeri ini Bukan Hanya Jakarta

Negeri ini Bukan Hanya Jakarta
info gambar utama
By : Ahmad Cholis Hamzah* Tulisan Dato’ Sri Mustopa Mohammed, Menteri Perdagangan dan Industri Malaysia di Jawa Pos tanggal 5 Mei 2012 berjudul “Permata di Luar Jakarta” sangat menarik untuk di simak. Dalam tulisan itu secara umum beliau mengungkapkan pengalaman yang mengesankan ketika beliau berkunjung ke Surabaya. Beliau menceritakan kekaguman beliau tentang kota Surabaya itu sendiri, tentang pertumbuhan ekonomi Jawa Timur 7,2% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 6,5%, volume ekonomi Jawa Timur yang mencapai US$ 120 milyar (atau sekitar Rp 1,000 trilliun), tentang pertemuan beliau dengan redaksi Jawa Pos, dengan Kadin Jatim serta dengan sekitar 100 pengusaha terkemuka Surabaya/Jawa Timur. Beliau menjelaskan dalam akhir tulisan beliau bahwa lawatan beliau 36 jam ke Surabaya mengingatkan beliau betapa pentingnya pengusaha Malaysia menggarap potensi perniagaan di seluruh Indonesia. Beliau mengatakan: “Tatkala lobi-lobi hotel di Jakarta di penuhi pelabut bersut (berjas) dan tali leher (berdasi) dari Cina, India dan Amerika Serikat, pelabur Malaysia seharusnya melihat kepersekitaran (sekeliling), karena sememangnya “permata” yang sebenar ada di wilayah-wilayah di luar Jakarta. Tulisan itu mengingatkan kita akan persepsi umum yang salah, bahwa ke majuan ekonomi itu hanya ada di ibu kota. Para investor hanya fokus pada Jakarta dan sekitarnya-karena dianggap bahwa daerah – daerah diluar Jakarta “is not sophisticated yet” atau belum maju, masih tertinggal atau backward. Saya sering menyebut hal ini dengan istilah “Capital Disease”. Semua orang yang berada di Ibu kota suatu negara di dunia ini menganggap bahwa dia “lebih baik” dari orang di luar ibu kota. Tapi sekarang Indonesia sudah berubah dengan cepat. Otonomi daerah yang memberi peluang daerah mengatur urusannya sendiri, mengakibatkan beberapa daerah itu mengalami kemajuan yang cepat seperti contoh Surabaya dan Jawa Timur tadi. Gubernur Jatim Soekarwo sering menjelaskan besaran trade atau perdagangan Surabaya/Jatim dengan propinsi-propinsi di wilayah timur Indonesia bisa mencapai lebih dari Rp 200 trilliun. Propinsi lain juga mempunyai kekayaan yang melimpah, dari pertanian, perikanan, tambang, turisme dsb. Kelompok-kelompok menengah sudah tidak di dominasi Jakarta lagi, karena mereka menyebar di Nusantara ini. Para investor luar negeri akhirnya menyadari bahwa peluang itu sekarang tidak terpusat di ibu kota dan sekitarnya saja. Kalu mereka lambat mengambil manfaat dari kemajuan daerah, maka para pesaingnya dengan cepat mengambilnya. Tidak heran kalau beberapa negara ASEAN dan Eropa ingin membuka secara resmi kantor perwakilannya (Konsulat) di daerah – seperti di Surabaya. Kita juga bisa menyaksikan setiap hari fakta bahwa ribuan orang dari daerah satu pergi ke daerah propinsi lain untuk membuka lapangan usaha baru. Misalkan banyak orang dari Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun Jawa Barat berbondong-bondong ke Palu, Makassar, Manado, Palembang, Riau, Balikpapan dan sebagainya untuk berbisnis dari usaha kecil, menengah sampai besar. Memang ada baiknya para pengusaha dari dalam negeri sendiri terutama di luar negeri, harus mulai melihat potensi ekonomi yang menakjubkan di daerah-daerah. Karena Indonesia bukan hanya Jakarta. *) Alumni University of London, Universitas Airlangga Surabaya, dan Dosen STIE Perbanas Surabaya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini