Kami Menolak Pesimis!

Kami Menolak Pesimis!
info gambar utama

Boleh jadi Anda mulai merasa bosan ketika membolik-balik halaman koran pagi. Atau ketika mendengar berita via radio. Bosan karena berita negatif seakan tak berhenti mengalir dari dari negeri ini. Di sisi lain berita positif seperti tidak ada. Kalaupun ada tak kuasa menandingi kekuatan berita negatif. Akibatnya, negeri ini tak ubahnya negeri 1.000 bencana.

Faktanya, berita negatif memang jadi kegemaran baik bagi media maupun pembaca. Namun tanpa sadar, ia juga jadi pedang bermata dua. Berita negatif pada dasarnya jadi publikasi buruk bagi kita. Maka tak heran bila banyak turis jadi batal mengunjungi negeri kita yang katanya gemah ripah loh jinawi ini.

Ironi itu pula yang dijumpai oleh Akhyari Hananto. Pria 33 tahun yang akrab dipanggil Arry itu kaget dengan alasan warga asing tentang keengganan mereka untuk berkunjung ke Indonesia. Hampir semuanya mengatakan alasan yang sama, yaitu faktor keamanan. Bagi warga mancanegara, Indonesia ternyata terkenal dengan kekerasan dan perusakan.

Seorang penduduk lokal Brisbane, Australia yang ditemui Arry bahkan pernah berkomentar pedas tentang media di Indonesia. Menurut orang yang ditemuinya itu, media di Indonesia suka mengekspos berita negatif secara berlebihan. Ujung-ujungnya, nama Indonesia jadi buruk di mata dunia.

Arry cemas, bilamana pemberitaan tak seimbang itu justru mengikis rasa nasionalisme dan optimisme rakyat terhadap bangsa kita sendiri. Dari situlah timbul keinginan untuk membuat sebuah wadah pemberitaan yang seimbang, sekaligus menjadi “good force” atau duta besar positif bagi Indonesia. Berbekal keinginan itulah Arry membentuk Good News From Indonesia atau yang akrab disebut GNFI.

Terbentuk tahun 2007, GNFI menjadi jalur pemberitaan berita positif dan berita-berita unik tentang Indonesia yang banyak dilewatkan oleh media-media garis besar. Tujuan utamanya adalah mengembalikan optimisme dan membangun kembali kepercayaan diri Indonesia, menjadi bangsa yang besar, bermartabat, dan disegani.

Untuk itu, GNFI dengan aktif mengabarkan berita-berita postif tentang Indonesia kepada masyarakat mancanegara. Pemberitaan ini tentu saja lebih banyak menggunakan bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia, namun belakangan GNFI juga mulai menyebarkan berita berbahasa Indonesia.

Berita-berita positif itu disebarkan melalui berbagai panggung online seperti website, Facebook, Google+, tumblr, Youtube, Mindtalk, Rockto, flickr, dan Devianart. Inilah yang menjadi keunikan sekaligus keuntungan GNFI, mengingat pengguna media sosial online gemar menggunakan berbagai platform media sosial sekaligus dalam berjejaring.

Selain menyebarkan berita positif secara online, GNFI juga berperan aktif melakukan diplomasi positif seperti penentangan terhadap aksi mogok pilot sebuah maskapai nasional atau menyatakan keberatan kepada RIM selaku produsen Blackberry tentang pemilihan Malaysia dan Singapura sebagai tempat berinvestasi ketimbang Indonesia.

GNFI juga secara terang-terangan mengirimkan surat protes kepada Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, terkait kasus penganiayaan petugas patrol Indonesia oleh polisi laut Indonesia. Begitu pula ketika kasus pembantaian orang utan Kalimantan yang disinyalir dilakukan oleh Malaysia.

Saat ini ada 100 orang kontributor yang berasal dari berbagai penjuru dunia dan tidak terbatas pada profesi tertentu. Bagi Arry, asalkan memiliki visi dan misi yang sama, yaitu menyebarkan berita positif tentang Indonesia, maka siapa pun bisa bergabung dengan GNFI. Tak perlu takut bila tak bisa menulis artikel jurnalistik, karena artikel yang dipublikasikan oleh GNFI tidak terbatas pada pernak-pernik jurnalistik saja. GNFI berusaha untuk mengabarkan berita dengan bahasa yang dapat diterima oleh semua umur.

Bagi Anda yang ingin ikut menyebarkan berita positif dan menjadi “good force” bagi Indonesia, silahkan ikuti @GNFI dan sebarkan kabar baik tentang Indonesia!

Intisari.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini