Masihkah kita Macan Asia?

Masihkah kita Macan Asia?
info gambar utama

Akhyari Hananto

Tahun 90'an awal, Asia mengalami booming dimana ekonomi tumbuh pesat, diiringi dengan transisi negara-negara yang (semula) agraris menjadi negara industry. Negara-negara itu antara lain adalah Filipina, Malaysia, Thailand, dan Filipina, yang mengikuti jejak Taiwan, Korsel, Jepang, dan Singapura yang telah lebih dulu menjadi negara maju. Kemudian munculnya istilah untuk negara-negara yang newly-industrialized tersebut dengan sebutan "The Asian Tigers", Para Macan Asia. Keyakinan dan harapan pun membumbung tinggi waktu itu, dan saya masih ingat ketika SD, guru-guru di sekolah begitu bersemangat menggambarkan kejayaan ekonomi Indonesia di masa depan. Istilah Indonesia Sang Macan Asia beberapa kali saya dengar di kelas dulu.

Hal yang tak terbayangkan kemudian terjadi. Saya baru lulus kuliah ketika krisis moneter meluluhlantakkan sendi-sendi  Indonesia, dan lambat laut istilah Indonesia Macan Asia mulai memudar, seiring tergerusnya harapan dan semangat banyak orang Indonesia saat itu. Saya sempat membayangkan perasaan guru-guru SD saya, apakah mereka juga pudar harapan dan semangatnya terhadap masa depan Indonesia? Saya tidak tahu, sudah lama sekali saya tak berjumpa satupun dari mereka.

Yang saya tahu adalah, banyak orang yang tak lagi menaruh harap tinggi pada masa depan negeri ini. Beberapa waktu lalu saya menghadiri sebuah seminar mengenai Indonesia di Surabaya, dan ketika istilah "Indonesia kembali menjadi Macan Asia" disebut, banyak yang skeptis, bahkan mencibir. Saya masih ingat seorang peserta seminar yang duduk di depan saya menanggapi  dengan sinis. "Indonesia macan asia? Mungkin macan yang tidur dan nggak bangun-bangun" ujarnya sambil tersenyum sinis. Ada juga yang mencoba melucu dengan mengatakan bahwa bisa jadi Indonesia memang sekarang menjadi macan asia, namun sudah sangat terlambat karena negara-negara lain telah menjadi dinosaurus Asia. (Saya benar-benar tersenyum geli waktu itu)

Baiklah, semua orang punya hak untuk pesimis dan skeptis tentang Indonesia, namun ada baiknya kita letakkan dulu awan pekat pesimisme yang menggantung di atas benak kita. Penting mencoba memahami sebuah laporan terbaru yang disusun oleh McKinsey Global Institute (MGI), sebuah lembaga konsultan ekonomi global yang sangat disegani di dunia, yang menulis tentang prediksi ekonomi Indonesia di masa depan. Judulnya gahar! "The Archipelago Economuy: Unleashing Indonesia's Potential". Tentu saya tak berniat sedikitpun mengajak anda semua membaca laporan MGI setebal 101 halaman, dan sayapun tidak berniat membacanya.

Chairman MGI Raoul Oberman mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat spektakuler dalam beberapa tahun terakhir, namun sayangnya kurang terdengar dan terapresiasi. "Indonesia is the best hidden secret" katanya. Raoul juga mengatakan bahwa saat ini Indonesia sudah menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia, dan akan terus tumbuh. Indonesia, masih menurutnya, mengalami pertumbuhan ekonomi paling stabil jika dibandingkan dengan negara-negara yang tergabung dalam OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) dan BRIC (Brazil, Rusia, India dan China). Ditambahkannya, rasio utang Indonesia terhadap PDB yakni sekitar 24% termasuk yang terendah di dunia.

Indonesia juga diuntungkan dengan posisi geografisnya yang berada di jantung pertumbuhan dunia, yakni Asia, dimana jumlah konsumen kelas menengah akan naik drastis. Konsumen kelas menengah ini adalah mereka yang berpenghasilan per tahun di atas US $ 3600, yang mulai ingin memenuhi kebutuhan kebutuhan sekundernya, dan ini bisa menjadi konsumen dari produk-produk buatan indonesia , maupun hasil alam negeri ini.

Di Indonesia sendiri, saat ini ada sekitar 45 juta orang yang berada di jenjang ekonomi kelas menengah, dan diperkirakan pada 2030 akan bertambah menjadi 135 juta jiwa, sebuah jumlah yang sangat besar, lebih besar dari jumlah seluruh penduduk Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand digabung. Menurut MGI, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia lebih tinggi dari negara manapun di luar China dan India.

Pesan terbesar dari laporan McKinsey Global Institute adalah prediksi bahwa Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada 2030, menyusul China, AS, India, Jepang, Brazil dan Rusia. Kita tidak melihat negara-negara besar di Eropa anggota G-8, kemana mereka? Inggris, Prancis, dan bahkan Jerman akan disalip oleh Indonesia. Mungkin akan ada yang geleng-geleng sambil tersenyum sinis mendengar Indonesia akan menyalip mereka, tapi perlu diingat bahwa saat ini, ekonomi Indonesia (yang dihitung dengan Gross Domestic Product (GDP)/ Produk Domestik Bruto (PDB) sudah melewati GDP Belanda, sesuatu yang dulu tak terbayangkan. Artinya, dengan situasi ceteris paribus dimana ekonomi RI akan tetap tumbuh di kisaran 6-7 % per tahun, dan negara-negara Eropa 1-3%, sangat logis kalau suatu saat, Indonesia akan mampu melewati mereka, dan menurut McKinsey itu terjadi sebelum 2030. Wallahua'lam

(bersambung)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini