Tetap Menawan Meski 'Berawan'

Tetap Menawan Meski 'Berawan'
info gambar utama

by Ahmad Cholis Hamzah*

Indonesia sering disebut sebagai negara yang tidak akrab dengan investor karena berbagai kelemahannya, misalkan soal lamanya pengurusan ijin bisnis, korupsi dan kurangnya infrastruktur dsb dsb. Karena itu  dalam survey kemudahan berusaha di Indonesia atau Ease of Doing Business Index yang dilakukan International Finance Corporation, sebuah unit dari Bank Dunia, Indonesian selalu mendekati posisi buncit. Tahun ini, dari 189 negara, Indonesia ada di ranking ke-120.  Sementara itu semua negara tetangga di Asia Tenggara, yang sudah melaju kencang. Singapura, misalnya, selalu berada di nomor satu Malaysia tahun ini masuk nomor 5, dan Thailand mengejar di peringkat ke-18. Bahkan Filipina, yang tahun lalu di belakang kita, kini sudah menyalip dan bertengger di urutan ke-108.

 Tentu kita semua setuju dengan hasil survey semacam itu tentang beberapa kendala bisnis di Indonesia yang belum juga diperbaiki. Namun ada situasi yang kontras dengan hasil survey itu yaitu bahwa banyak Negara mengincar Indonesia sebagai tempat berinvestasi mereka. Sebagai contoh produsen ban kelas dunia asal Perancis, Compagnie Financiere Groupe Michelin bekerja sama dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk akan membangun parbik bahan baku ban senilai R 4 trilliun.

Lalu apa alasan mereka mau berinvestasi di Indonesia; CEO Michelin Jean – Dominique Senard mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan Negara potensial dalam hal investasi; dan dalam puluhan tahun kedepa, Indonesia adalah Negara penting di dunia. Persisnya dia mengatakan: “Kita bukan hanya percaya tapi sangat yakin bahwa Indonesia akan menjadi Negara yang sangat penting di dunia untuk masa depan. Jawa Pos tanggal 8 Nopember 2013 memuat pernyataan dari presiden direktur PT. Sarana Multi Infrastuktur Emma Sri Martini mengatakan bahwa jumlah kelompok menengah di Indonesia sudah menembus angka 100 juta orang. Negeri ini meskipun tingkat investasi dan ekspor melambat karena situasi ekonomi global yang masih suram, tapi tingkat konsumsi nya meningkat terus karena jumlah orang kaya baru dan kelompok menengah itu terus bertambah; dan mereka dengan daya belinya yang tinggi mampu menyelematkan perekonomian nasional.

Memang tidak dapat disangkal, Indonesia ini menjadi market yang besar bagi Negara-nagara lain. Ambil contoh saja, maskapai penerbangan Malaysia Air Asia yang berjaya di Indonesia karena jumlah penumpang potensial terus tumbuh pesat. Bandara Juanda yang dulu diprediksi untuk mengakomodasi 6 juta penumpang, sekarang melonjak menjadi 15 juta penumpang per tahun. Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng yang beberapa tahun lalu jumlah penumpangnya sekitar 15 juta orang, sekarang melonjak menjadi 54 juta penumpang. Sungguh angka2 itu merupakan berkah yang besar bagi Air Asia. Industri perbankan dari Malaysia seperti CIMB dan Maybank atau Singapura juga bisa mengeruk keuntungan besar karena jumlah nasabahnya terus meningkat. Kalau mereka hanya di negerinya sendiri tentu jumlah nasabahnya tidak akan terlalu besar dibandingkan dengan di Indonesia karena jumlah penuduknya yang sedikit. Dan banyak lagi contoh perusahaan2 luar negeri yang berhasil mengeruk keuntungan besar di negeri ini.

Karena itu dengan berbagai kelemahan yang ada di Indonesia (dimana Negara lain juga masih banyak yang memiliki kelemahan); Indonesia masih menjadi sasaran yang potensial (untuk mengganti kata “empuk) bagi mereka yang ingin berinventasi. Sumber daya alam Indonesia yang belum diexploitasi juga masih besar; dan kelompok kaya atau menengah baru juga mulai tumbuh pesat – yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu Negara pengguna twitter, facebbok yang terbanyak. Permintaan kelompok ini dibidang traveling, kesehatan, pendidikan, life style, media dsb sangatlah besar. Dan semua itu menjadikan mereka sebagai konsumen yang sangat besar juga bagi perusahaan2 domestik mapun internasional.

Jadi kalau toh ada berita, pendapat atau hasil survey yang men “downgrade” posisi Indonesia dalam segala hal; janganlah berita seperti itu di terima dengan hati yang ciut, dan menjadikan kita seperti bangsa “Inlander” jaman dulu yang tidak berdaya. Pendapat atau hasil survey seperti harus dijadikan cambuk untuk pembenahan dengan serius agar negeri ini menjai semakin maju dan Berjaya. Ingat China dulu juga sering di cerca dengan pendapat miring sampai2 disebut negeri tirai bamboo, tertutup, tebelakang dsb dsb. Sekarang mata dunia tercengang melihat China menjadi Negara yang ekonominya terbesar ke dua di dunia.

Saya sendiri yakin bahwa Indonesia bisa seperti itu.

__

*Ahmad Cholis Hamzah, Alumnus University of London,

Universitas Airlangga Surabaya dan dosen di STIE PERBANAS Surabaya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini