Pemuda Alumnus UGM Ciptakan Drone Laut

Pemuda Alumnus UGM Ciptakan Drone Laut
info gambar utama
Dunia drone alias wahana nirawak di Indonesia kian ramai dan kini mendapat pengakuan cukup tinggi, (UAV/ Unmmaned Aerial Vehicle) di Indonesia masih berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh, nyatanya turunan teknologi yang serupa juga mulai di implementasi ke platform lain, yakni drone dalam wujud kapal yang melaju di perairan. Seorang pemuda alumnus Universitas Gadjah Mada ternyata sudah mengembangkan modul USV (Unmanned Surface Vessel) ini. Pemuda bernama Malik Khidir bersama tim STECHOQnya mengembangkan drone air yang nantinya dapat digunakan di laut maupun sungai. Wahana yang diberi nama Savinna ini dapat digunakan tanpa adanya kendali langsung dari manusia. USV ini bekerja dalam dua mode, yaitu secara autonomous, dengan memanfaatkan koordinat GPS (Global Positioning System) sebagai titik acuan dari koordinat yang dituju, atau mode kedua dengan remote control, di mana kapal bisa beroperasi sesuai masukan yang diberikan operator dari ground control. Malik Khidir menyebut banyak fungsi yang dapat dikerjakan oleh Savinna. Seperti pengamatan, baik untuk pengamatan kondisi permukaan air, ataupun untuk mengetahui kondisi permukaan di bawah air yang dimungkinkan dengan memanfaatkan sensor echosounder. Alat ini yang merupakan salah satu jenis sonar dengan cara memantulkan gelombang suara berfrekuensi tinggi ke dasar permukaan laut sehingga didapatkan data bentuk permukaan dasar laut. Data tersebut kemudian dapat dimanfaatkan sebagai penentuan jalur kapal besar agar tidak mengalami benturan dengan dasar laut, terutama pada perairan dangkal. Selain itu, drone ini juga dapat digunakan untuk melakukan survei keberadaan kumpulan ikan. Sehingga dapat dilakukan pemetaan wilayah, di mana terdapat banyak ikan.
Savinna saat uji Coba di pantai Samas (Foto: Malik Khidir / Youtube.com) Savinna saat uji Coba di pantai Samas (Foto: Malik Khidir / Youtube.com)

Dalam proyeksi kedepan, Savinna diklaim juga dapat digunakan untuk keperluan militer seperti pertahanan wilayah. Wahana tanpa awak ini dapat berfungsi sebagai pengintai pada titik-titik tertentu di laut. Dalam melakukan fungsinya sebagai pengintai, Savinna akan ditempatkan dalam kondisi statis di tengah laut. Kemampuannya untuk mengoreksi posisi membuatnya tetap dapat mempertahankan posisi meskipun terkena sapuan gelombang. Savinna ibarat pos pemantau untuk mengawasi hal-hal yang terjadi di wilayah tersebut. Data dari Savinna dikirim ke Ground Control Station menggunakan sinyal radio atau memanfaatkan satelit komunikasi. Data yang dikirim sudah di enkripsi terlebih dahulu untuk mencegah kebocoran informasi. Wahana ini mampu dikembangkan lebih lanjut, dimensi diperbesar dan kapasitas serta spesikasi disempurkan. Savinna suatu saat dapat menggantikan peran penggunaan kapal-kapal patroli. Berkat karya ini Malik Khidir memperoleh penghargaan dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrowi sebagai pemuda pelopor tingkat internasional bidang teknologi dan informatika. "Alhamdulillah kami dapat hadiah dari Kemenpora Rp 100 juta. Kemudian ditambah uang pembinaan Rp 30 juta. Saya ucapkan banyak terimakasih," ujar Malik usai menerima penghargaan Menpora, Rabu 28 Oktober 2015. Malik kemudian menceritakan pengalaman dirinya berkarya hingga mampu mengharumkan nama baik Indonesia di kancah dunia. Dia bersama tim pernah menyabet 3 medali emas di ajang kompetisi robot yang digelar di Amerika Serikat. "Kami pernah ke Amerika membawa 8 robot. Pulangnya kami membawa 3 medali emas, 1 perak, dan 1 perunggu. Waktu itu kami membawa robot laba-laba yang bisa mencari api, balancing robot," tutur dia. Sepulang dari Amerika, Malik dan timnya mulai mengembangkan 3 robot yang pernah meraih juara itu. Robot-robot tersebut dikembangkan menjadi kapal tanpa awak yang dapat beroperasi di laut. Terlebih saat ini Indonesia tengah gencar berkampanye soal kemaritiman.
Savinna Versi Prototipe di Ajang Pameran ICE Savinna Versi Prototipe di Ajang Pameran ICE

"Tekno robotikanya saya sisipkan ke kapal tanpa awak itu. Kalau banyak drone di udara, saya bikin drone di laut. Apalagi sekarang ini isu kemaritiman sangat gencar," ucap Malik. Kapal tanpa awak sebenarnya telah dikembangkan sejumlah negara lain. Namun, kata Malik, Indonesia belum memilikinya. Sementara ada potensi besar pada diri generasi pemudanya. "Sebenarnya udah ada yang ngembangin di AS dan Israel. Tapi karena di Indonesia belum ada, dan saya bisa, makanya kami bikin itu sistem tanpa awak, drone laut. Saya juga udah presentasikan ke Pak Jokowi waktu di acara International Convention Exhibition (ICE) di BSD City," pungkas Malik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini