Satu lagi Anak Bangsa Ciptakan Alat Penyaring Asap

Satu lagi Anak Bangsa Ciptakan Alat Penyaring Asap
info gambar utama
Keprihatinan terhadap bencana asap yang melanda berbagai tempat di Indonesia tampaknya menarik perhatian banyak pihak untuk melakukan tindakan. Setelah Profesor Ahli membran I Gede Wenten menciptakan FRESH-ON, Dr. Muhammad Nur ahli fisika yang juga dosen dari Universitas Diponegoro Semarang menawarkan teknologinya yang bernama Zetagreen. Zetagreen Alat ciptaan lulusan Joseph Fourier University Grenoble, Prancis ini menggunakan teknologi plasma. Zetagreen adalah pengembangan dari penelitian Dr. Nur yang telah dilakukan sejak tahun 1998 yang pada saat itu hanya digunakan sebatas untuk gas buang kendaraan bermotor. Alat itu diciptakan bersama dengan Center for Plasma Research Team (CPR Team) yang didirikannya di Undip, Nur meneliti pemanfaatan plasma untuk mereduksi gas emisi NOx, SOx, COx, dan HC. Dana penelitian berasal dari mandiri kemudian tahun 2003 didanai dari Hibah Bersaing XI, Dikti. Sejak saat itu penelitian memberikan hasil dan didaftarkan paten tahun 2004. Nur kemudian mengaplikasikan temuannya untuk kebersihan udara ke sumber emisi gas salah satunya knalpot. "Awalnya saya membuat knalpot, kita patenkan tahun 2004. Dengan teknologi plasma itu sangat penting terutama untuk lingkungan," tegas pria kelahiran Batubara, Sumatera Utara tahun 1957 itu. "Jadi polusi udara dari pembakaran hidrokarbon seperti di jakarta dari kedaraan bermotor sudah dibatas ambang," imbuhnya. Namun pengaplikasian secara massal pada knalpot kendaraan ternyata tidak berjalan mulus karena tidak leluasanya kontrol pada perusahaan otomotif. Namun ia tidak berhenti begitu saja, penelitian dikembangkan sehingga terciptalah Zetagreen. Zetagreen kemudian dipesan dan sudah dipasang di sejumlah rumah sakit di berbagai wilayah termasuk Jawa Timur, Medan, Palu dan sebagainya. Sejak tahun 2010 setidaknya sudah 500 unit yang dimanfaatkan. Sejak kabut asap mulai melanda Kalimantan, beberapa bulan terakhir, Nur mulai berpikir kenapa temuannya tidak diaplikasikan untuk warga di sana. Kemudian pihak Kemenristekdikti berkoordinasi dengan Undip untuk berencana menggunakan Zetagreen. "Awal-awal kabut asap itu fokusnya mematikan api di hutan. Tapi kemudian setelah melihat warga bahkan anak-anak tewas akibat asap, saya berpikir kenapa tidak diaplikasikan saja," ujarnya. Sudah banyak hasil penemuan Nur dengan meaplikasikan plasma untuk lingkungan, kesehatan, hingga pangan. Dengan keahlian yang masih jarang dimiliki orang Indonesia itu, Nur juga sudah bergabung sebagai anggota Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) yang berpusat di Amerika. "Plasma itu bisa juga untuk tekstil, kemudian bisa juga untuk kesehatan, pupuk. Bisa juga produksi ozon," terangnya. Kini Nur sedang berusaha Indonesian Center for Plasma Research untuk mempersatukan para ahli fisika terutama di bidang plasma yang saat ini jumlahnya terus betambah. "Saya sedang berusaha membuat Indonesian Center for Plasma Research, sudah tahap proposal. Di Indonesia ini masih sedikit yang mendalami itu," pungkasnya. detik.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini