Mengenal Si Unyil dan Kawan-Kawan

Mengenal Si Unyil dan Kawan-Kawan
info gambar utama

Meninggalnya seorang Drs. Suyadi seniman dan budayawan senior Indonesia pada Jumat 30 Oktober yang lalu meninggalkan banyak rasa kesedihan bagi banyak generasi muda Indonesia. Tidak lama setelah momen sumpah pemuda, para pemuda Indonesia seakan harus diingatkan bahwa dimasa kecil mereka di tahun 80-90an mereka pernah terhibur dan terinspirasi oleh sebuah karakter boneka ciptaan pria kelahiran Jember 28 November 1932 silam ini. Suyadi atau lebih terkenal dengan panggilan Pak Raden adalah pencipta dari karakter inspiratif bernama Si Unyil itu. Si Unyil merupakan tokoh anak laki-laki yang selalu memakai peci dan sarung. Nama Unyil sendiri diambil dari kata mungil yang berarti kecil. Sosok Si Unyil digambarkan dengan kulit sawo matang, hidung pesek dengan peci dan sarung yang dikenakannya.

Karakter-karakter dalam kisah Si Unyil
info gambar

Terkait karakter Si Unyil ini Suyadi pernah menulis sebuah artikel yang dimuat di laman UNICEF. Artikel tersebut berbahasa Inggris dan tertanggal 17 Februari 2007. Berikut kira-kira terjemahannya.

Pada April 1982, sebuah film boneka Indonesia berjudul Si Unyil muncul pertama kali di televisi. Hanya dalam waktu singkat, Unyil, si pahlawan, menjadi teman akrab untuk anak-anak Indonesia yang selalu tayang di hari Minggu pagi. Menghibur jutaan penonton kala itu. In April 1981, an Indonesian puppet film called Si Unyil appeared for the first time on television screen. Within a very short time, Unyil, the hero, became a close friend to Indonesian children, appearing regularly on Sunday mornings to entertain millions of viewers. Sebenarnya, Si Unyil bukanlah sekedar hiburan. Program ini, selain menghibur, berbicara juga tentang partriotisme, nasionalisme, kesehatan, alam lingkungan, pasukan bersenjata, keluarga berencana, seni dan budaya, dan banyak lainnya yang anak-anak Indonesia harus ketahui. Tentu saja masih ada tema-tema tentang fantasi. Beberapa cerita Unyil memang maksudkan hanya untuk menghibur anak-anak. Sehingga masih tetap ada cerita tentang dongeng, legenda, dan cerita rakyat. unyil
Dalam pembuatan cerita Si Unyil, kami tetap memperhatikan ide-ide yang sama seperti kebanyakan penulis pertunjukan anak-anak lakukan: Anak-anak menyenangi tindakan, humor, dan ketegangan, meskipun beberapa adegan sedikit direkayasa. Dalam hal film boneka, perhatian utamanya adalah kepada tindakan. Pesannya dilakukan, bukan hanya dibicarakan.
Pemilihan karakternya juga penting, beberapa baik dan beberapa jahat. Sebuah cerita yang hanya memiliki karakter baik akan terasa membosankan. Dalam Si Unyil kami memasukkan karakter antagonis, yang digambarkan dengan Pak Raden yang suka marah-marah dan Pak Ogah yang pemalas, untuk mengembangkan dan mengesankan para penonton. Bahkan para karakter antagonis itu menjadi yang paling populer. Sehingga memberikan tantangan untuk desainer bonekanya. Meskipun para boneka bisa menyuarakan dan melakukan sesuatu melebihi yang orang bisa lakukan tanpa takut menyinggung, sang desainer harus mampu membuat setiap karakter menjadi berbeda.
Misalnya, seorang guru sekolah dan seorang penjahat harus terlihat berbeda satu sama lain. Entah apakah karakter itu baik atau jahat, mereka harus memiliki daya tarik. Kami telah menemukan bahwa boneka-boneka yang biasa saja, sangat cepat dilupakan. Sedangkan karikaturnya diingat terus menerus. Meski begitu perlu diingat bahwa figur tersebut hanya cocok untuk memnggambarkan orang jahat, penyihir, raksasa, iblis dan makhluk-makhluk mengerikan lainnya. Indonesia memiliki sejarah yang panjang tentang boneka, dan kebanyakan boneka telah ditampilkan dalam berbagai cara dan bentuk.
Si Unyil adalah berbeda. Unyil didesain untuk berkomunikasi dengan anak-anak Indonesia, dan sebagai konsekuensinya dia harus tampil agak sedikit modern. Sentuhan tradisonalnya ada pada cerita yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga saat penampilan even-even seni dan budaya.

Penayangan Si Unyil saat itu hanya eksklusif di satu-satunya stasiun televisi milik Republik Indonesia, TVRI. Sehingga dalam waktu singkat Si Unyil dan kawan-kawan menjadi sangat terkenal. Terlebih karakter Pak Raden yang terkenal dengan kumis tebalnya itu dan Pak Ogah dengan kepala botaknya. Berbagai cerita tentang keIndonesiaan tersajikan saat itu disertai dengan beberapa karakter pendukung diantaranya:

  1. Ucrit, dan Usro Dua sahabat dekat Unyil yang juga menjadi pemeran utama.
  2. Pak Raden Karakter dengan gaya jawa yang kental. Kain beskap berwarna hitam lengkap dengan blangkon dan tongkat dengan pegangan mirip gagang payung dan disertai dengan kumis tebal.
  3. Pak Ogah Dikenal sebagai seorang tunakarya yang kepalanya gundul dan kerjanya sehari-hari adalah duduk di pos ronda. Dua kalimat Pak Ogah yang paling terkenal adalah, "Ogah, aah" dan "Cepek dulu dong.
  4. Bu Bariah Bu Bariah adalah penjual rujak dari Madura yagn selalu mengatakan kata 'bo abo' dengan logat madura yang kental. Bonekanya berbadan bongsor, Bu Bariah suka memanggul rujaknya di atas kepala.
  5. Meilani Diantara semua teman-teman Unyil, Meilani bisa dibilang paling diingat. Karena Meilani melambangkan salah satu tokoh keturunan Tionghoa. Penampilan Meilani juga unik dengan rambut berkepang dua.
  6. Bun Bun Adik dari Meilani
  7. Endut Teman bermain Unyil dan kawan-kawannya. Endut pada kesehariannya lebih dekat dan bermain dengan Cuplis akan tetapi selalu berseteru dengan Unyil dan kawan-kawan
  8. dan banyak lagi lainnya.

Cerita Si Unyil dan kawan-kawan selalu menyisipkan pelajaran penting bagi anak-anak seperti toleransi antar umat beragama, tanggung jawab dan menyelesaikan masalah, gotong royong dan sebagainya. Selain itu karya Pak Raden juga menjadi inspirasi bagi banyak orang di negeri ini. Salah satunya adalah tokoh Si Komo yang juga sempat populer di tahun 90an karya dari Kak Seto.

"Si Komo itu terinspirasi dari Unyil. Melihat tokoh Unyil, saya jadi bertanya dengan diri sendiri, kenapa saya tidak buat juga tokoh yang berkaitan dengan Indonesia," kata Kak Seto.

"Akhirnya keluarlah Si Komo ini, di mana komodo yang menjadi bonekanya. Karena komodo hanya ada di Indonesia," imbuhnya.

Pak Raden bersama boneka si Unyil buatannya
info gambar

Diantara generasi muda saat ini yang sibuk dengan gawai, berpulangnya Pak Raden menjadi sebuah duka. Namun sebagai pemuda, ini bukan saatnya untuk tenggelam. Karya hasil dedikasi dan dibuat sepenuh hati sungguh akan diingat dan dikenang lintas generasi. Sebuah prinsip yang mungkin akan selalu mendorong anak-anak bangsa untuk terus berkarya melanjutkan semangat para pendahulu. Masih ada momentum bonus demografi yang menunggu di depan mata. Terima kasih Pak Raden, selamat jalan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini