Garam Unik Berbentuk Piramida Asli dari Bali

Garam Unik Berbentuk Piramida Asli dari Bali
info gambar utama

Garam saat ini sudah menjadi kebutuhan sehari-hari yang pasti dapat ditemui disetiap dapur. Selain sangat dibutuhkan oleh tubuh, garam juga menjadi campuran yang hampir pasti terdapat pada masakan. Oleh karena itu, kebutuhan produksi garam dianggap cukup penting. Namun permasalahan muncul ketika ternyata harga garam dipasaran sangat rendah sehingga para petani garam terus menerus merugi. Uniknya, di Bali para petani garam tradisional ternyata bisa bertahan dan mendapatkan keuntungan cukup tinggi. Bagaimana bisa?

Ternyata, garam yang diproduksi oleh para perani garam di Bali, khususnya di Tejakula kabupaten Buleleng memiliki proses yang berbeda dari yang lain. Salah satu prosesnya adalah menggunakan tanah dan bukan pasir sebagai campuran air laut. Teknik yang digunakan di Buleleng dipercaya merupakan cara-cara yang tradisional dan telah dilakukan sejak ratusan tahun. Teknik ini dinamai dengan nama Teknik Palungan. Diberi nama palungan sebab garamnya di panen dari batang kelapa yang dibelah (palungan).

Pengembangan dari teknik palungan tersebut saat ini dikembangkan menjadi pembuatan garam berbentuk menyerupai piramida. Pembentukan garam menjadi piramida ini memanfaatkan teknologi rumah kaca sebagai bangunan pengeringan. Bentuknya yang unik menjadikan garam palungan ini diminati oleh wisatawan maupun konsumen mancanegara. Selain dipercaya mengandung banyak mineral, rasanya juga dianggap tidak masam. Berkat inovasi tersebut nilai garam yang awalnya hanya berharga ribuan rupiah per kilogram menjadi puluhan ribu bahkan ratusan ribu per kilogramnya.

Teknik tradisional tersebut saat ini sedang dalam proses menjadi Agricultural World Heritage atau warisan tak benda dunia yang berbasis pangan di organisasi pangan dunia FAO. Kalangan petani garam dengan teknik palungan tersebut juga sempat mendapatkan penghargaan Adi Bhakti Minabahari dari Kementrian Kelautan dan Pariwisata, Desember tahun 2015 lalu. Penghargaan tersebut diberikan berkat daya upaya para petani dalam memanfaatkan teknologi tepat guna untuk produktivitas kegiatan ekonomi, pengembangan usaha yang terkait dengan kelautan.


Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini