Semakin maraknya wacana emansipasi dan gerakan wanita sekarang ini, menunjukkan bahwa peran wanita tak bisa dianggap remeh temeh. Anggapan stereotipe sebagian masyarakat mengenai gender perempuan memang tak ada habisnya. Namun sejumlah deretan kartini Indonesia masa kini membantah hal tersebut melalui torehan prestasinya, mulai dari atlit, pekerja seni, menteri, pelajar, dll.
Ibu kita Kartini menjadi simbol pergerakan wanita di Indonesia. Melalui semangat dan karya beliau, wanita di Indonesia memiliki harapan serta kedudukan yang sejajar dengan pria sebagai sesama manusia. Bernama Raden Ajeng (RA) Kartini, lewat kisah hidupnya ia menginspirasi dan memotivasi berjuta-juta wanita lainnya di seluruh dunia.
Tapi terbesitkah di pikiran kita, mengapa harus sosok Kartini saja yang dirasa bisa mewakili wanita ? Tahukah kamu, selain RA Kartini ternyata Indonesia juga punya seabrek pahlawan-pahlawan wanita lainnya yang berjuang melawan penjajah di medan perang.
Ini dia empat pejuang wanita tangguh tersebut :
- Keumalahayati
Beliau adalah anak dari Laksamana Mahmud Syah, orang menyebutnya Laksamana Malahayati. Mengumpulkan para janda korban perang dan membentuk sebuah armada perang yang dinamai Inong Balee.
Inong Balee sendiri memiliki 100 Kapal perang yang masing-masing diawaki sekitar 400-500 janda.
Olehnya, pemimpin saah satu kapal dagang Belanda yang datang ke Aceh, Cornelis de Houtman, tewas terbunuh di tangan wanita yang telah mengenyam pendidikan di pusat pendidikan militer Aceh Baital Makdis itu.
- Ladrang Mangungkung
Ladrang Mangungkung merupakan nama suatu perkumpulan (korps militer) wanita. Peter Carey, dalam bukunya berjudul Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa 1785-1855, menyebutkan korps tersebut adalah pengawal sultan yang biasa disebut dengan Laskar Estri. Mereka dibekali senjata yaitu sepucuk bedil. Tak hanya piawai menggunakan senjata saja, mereka juga jago dalam berkuda. Bahkan menembak sambil menunggang kuda. WOW !!!
Hal tersebut akibat dari adanya keprihatinan Sultan Mangkunegara I, pada masa pemerintahannya, akan nasib kaum wanita yang sangat termarginalkan.
- Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi (Nyi Ageng Serang)
Dikenal dengan nama Nyi Ageng Serang. Disebutkan bahwa beliau ikut berperang melawan Belanda bersama putranya. Ia menciptakan teknik kamuflase menggunakan daun lumbu dan daun keladi yang harus dibawa oleh seluruh pasukan.
- Cut Nyak Dhien
Merupakan istri dari Teuku Umar. Berdua, menjalankan siasat untuk melawan penjajah. Setelah Teuku Umar ditembak oleh Belanda hingga gugur, beliau memimpin puluhan pasukan gerilya di kawasan Aceh selama enam tahun. Unik, siasat yang digunakan Cut Nyak Dhien. Berpura-pura tunduk kepada Belanda serta membangun relasi dengan tujuan mengumpulkan senjata milik Belanda. Setelah dirasa cukup, Perlawanan secara gerilya pun akhirnya dilaksanakan.
Sumber : planet.merdeka.com
Sumber Gambar Sampul :olarv.com
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News