Desa Pengrajin Keris Terbesar di Asia Tenggara Ternyata Ada di Pulau Madura

Desa Pengrajin Keris Terbesar di Asia Tenggara Ternyata Ada di Pulau Madura
info gambar utama

Banyak orang yang beranggapan bahwa sentra pembuatan keris berada Yogyakarta atau Jawa Tengah, yang mana kedua daerah tersebut sudah umum dikenal sebagai jantung budaya Jawa. Namun hal tersebut salah, sebab pusat pengrajin keris justru berada di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di Sumenep, Madura. Desa Aeng Tongtong, namanya. Dalam bahasa Madura, Aeng berarti air sementara Tongtong berarti bejana yang dibawa dengan cara dijinjing. Desa tersebut diberi nama seperti itu dikarenakan letaknya yang berada di lereng bukit berbatu, sehingga warga harus menggunakan gentong/bejana untuk mengambil air di sumber yang terletak di bagian barat desa.

Keberadaan Aeng Tongotng sebagai sentra pembuatan keris tidak lepas dari perang Pangeran Bukabu, yang merupakan guru dari raja – raja Sumenep. Beliau memberikan pengajaran mengenai berbagai macam hal seperti agama, kerajaan, kesenian yang merujuk pada seni pembuatan keris. Menurut sejarah adat setempat, Raja – Raja keraton Sumenep memercayakan pembuatan keris kepada warga desa Aeng Tongtong, sehingga secara tidak langsung para pembuat keris mendapat gelar Mpu, sebutan khusus untuk para pembuat keris. Keahlian tersebutlah yang akhirnya dipelihara secara turun temurun hingga saat ini.

Caption (Sumber Gambar)

Sejak masa penjajahan Belanda, banyak keris yang dibawa dari desa Aeng Tongtong sebagai oleh – oleh kepada para panglima perang, atau pun sebagai tanda keberanian oleh orang – orang Belanda. Para pengrajin sendiri umumnya belajar membuat keris sejak usia yang masih muda. Dengan jumlah pengrajin keris lebih dari 540 orang menjadikan Desa Aeng Tongtong tidak hanya sebagai sentra keris terbesar di Indonesia, tapi juga juga merupakan yang terbesar di Asia Tenggara!

Kita tentunya patut berbangga akan hal ini, sebab Indonesia dengan Keris, salah satu warisan budaya yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya asli Indonesia ini masih tetap dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya oleh para pengrajin di desa Aeng Tongtong. Keris tidak lagi sebagai simbol dari kekuasaan dan keberanian, namun menjadi identitas budaya dengan nilai seni yang berkelas serta memiliki nilai tinggi sebagai komoditas unggulan yang patut untuk dipertahankan.


Sumber : kompas.com, kabari.co
Sumber Gambar Sampul : kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini