Potret Kekayaan Agraris dalam Wayang Suket

Potret Kekayaan Agraris dalam Wayang Suket
info gambar utama

Wayang telah menjadi salah satu pesona Indonesia yang diminati warga dunia. Keunikan karakternya yang membudaya dengan nusantara membuat UNESCO menjadikan wayang sebagai warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tahun 2003.

Ada banyak ragam wayang yang dipertunjukkan, mulai dari wayang wong (wayang orang), wayang golek, wayang kulit, wayang beber, wayang topeng, dan satu yang tak kalah eksotis adalah wayang suket.

Suket merupakan Bahasa Jawa dari rumput. Ya, wayang satu ini merupakan hasil kreasi dari rumput. Menurut asalnya, wayang suket berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang tumbuh dan berkembang di daerah mataraman seperti Bojonegoro, Tulungagung, Kediri, dan Blitar. Biasanya wayang suket ini digunakan sebagai mainan anak-anak dan pewayangan bagi anak-anak di pedesaan.

Salah satu bentuk kreasi wayang suket (source imahe: wayangsada.wordpress.com)
info gambar

Bentuk wayangnya sama seperti wayang kulit, hanya saja bahannya memang khusus menggunakan rumput. Bukan tanpa alasan, penggunaan rumput sebagai bahan pembuatan wayang memiliki filosofi tentang kehidupan. Bahwa meski hidup di bawah dan kerap diinjak, namun rumput tetap dapat hidup.

Rumput yang digunakan beragam, mulai dari rumput jerami, rumput jarum, dan rumput teki. RUmput-rumput tersebut kemudian dianyam dan dibentuk menjadi tokoh wayang, seperti Arjuna, Ramayana, hingga Rahwana.

Salah satu desa pengrajin wayang suket ada di Purbalingga. Di sini wayang suker pertama kali dibuat oleh Kasan Wikrama Tunut atau lebih dikenal dengan Mbah Gepuk. Sepeninggal Mbah Gepuk, wayang suket ini dilestarika oleh dua orang pemuda Purbalingga, yakni Ikhsanudin dan Badrianto.

Seorang pengrajin wayang suket sedang menganyam wayang (source image: tempo.co)
info gambar

“Pada dasarnya saya suka karya seni, senang melihat dan ingin belajar membuat suatu karya yang unik dan nyeni. Dan menurut saya wayang suket ini seni, jadi saya berusaha untuk membuat dan melestarikannya,” kata Ikhsanudin.

Nyatanya, eksotisme wayang suket tidak kalah dengan jenis wayang lainnya. Anyaman wayang suket karya Ikhsan, misalnya, dikagumi oleh seorang dosen dari South Carolina University, Geoffrey Cormier yang sempat mengunjungi tempat pembuatan wayang suket Ikhsan ini pada 2013 silam.

Tak hanya itu, pada 2012 lalu, kerajinan wayang suket juga pernah terbang dan nampang di pameran National Day of Puppetry di California, Amerika Serikat.


Sumber : eastjavatraveler | panadesa.or.id
Sumber Gambar :tempo.co

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini