Keajaiban itu Bernama Ubud

Keajaiban itu Bernama Ubud
info gambar utama

Hijau di mana-mana. Hanya itu yang tampak teramat jelas dalam pandangan mata. Bagi yang membutuhkan ketenangan, daerah ini amat cocok memenuhi kebutuhan batin tersebut. Ubud, merupakan satu keajaiban indah yang dimiliki negeri ini. Tak heran jika daerah yang berada di kawasan Gianyar, Bali ini menjadi destinasi terbaik dunia tahun 2016 versi TripAdvisor.

Mengapa ajaib?

Riuh, hiruk pikuk memang ada di sini. Namun, meninggalkan kawasan Jalan Raya Ubud, dalam sekejap keriuhan itu lenyap. Ubud ajaib juga karena berhasil menjelma menjadi desa yang berkelas dunia. Dan keajaiban lainnya adalah turis-turis asing yang membanjiri setiap sudut Ubud. Mereka yang amat kagum dengan eksotisme Ubud. Mereka yang takjub dengan suasana hijau di kanan dan kiri Ubud.

Ya, bila Ubud tidak ajaib, dari sini tidak akan tercipta pula karya-karya seni bernilai tinggi dari para seniman Bali. Di sinilah seniman-seniman itu lahir, terutama di kancah seni lukis. Adalah Raja Ubud Tjokorda Gde Agung Sukawati (1910-1978) yang punya peran besar dalam mengonsep tatanan Ubud dan menjadikan Ubud sebagai desa wisata.

Tjokorda memberikan ruang bagi pelukis-pelukis besar seperti Walter Spiece, Bonnet, Arie Smit, dan Blanco di Ubud. Ia juga membuat perkumpulan Pita Maha yang telah melahirkan seniman-seniman besar di Bali.

Salah satu bagian pintu di Ubud Palace, tempat Kerajaan Ubud yang kini masih pada bentuk aslinya
info gambar

Pada masa kekuasaannya sebagai Raja Ubud, impian Tjokorda menjadikan Ubud sebagai desa wisata khususnya desa seni merupakan terobosan yang amat visioner. Ia pun telah memiliki pandangan bahwa nantinya Ubud akan sangat ramai dikunjungi para turis. Oleh karenanya, ia mempersiapkan segalanya, termasuk mempersiapkan masyarakat untuk bersiap menerima ratusan bahkan ribuan tamu ke tempat mereka tinggal.

Maka jangan kaget bila Anda berkunjung ke Pasar Ubud, sebuah pusat perbelanjaan barang-barang seni nan cantik, menemukan banyak penjaja barang seni yang cukup fasih berbahasa asing. Berbahasa Inggris bagi para pedagang itu sudah biasa, namun bagaimana bila mereka berdialog dengan para turis menggunakan Bahasa Korea, Bahasa Spanyol, Bahasa Perancis, bahkan Jepang? Ya, para pedagang di Pasar Ubud nyatanya memiliki kemampuan berbahasa asing yang cukup baik. Ini juga menjadi titik keajaiban yang dimiliki Ubud.

Seorang pedagang menjajakan dagangannya dengan cara unik. Ia mempersilakan para pengunjung dengan menyanyikan kata-kata ajakan dari berbagai bahasa sembari memainkan ukulele
info gambar

Menjadi tetap original

Bali masih menjadi destinasi wisata favorit wisatawan mancanegara. Pada pertengahan tahun bulan Juli 2016 tercatat kunjungan wisman yang datang ke Bali sebanyak 484.231 orang. Jumlah ini naik sebesar 26,54 persen dibandingkan tahun 2015. Maka, Ubud yang menjadi tujuan wisata favorit di Bali punya jumlah kunjungan wisman yang cukup tinggi.

Menyusuri Jalan Raya Ubud, kita akan banyak sekali menemukan turis-turis mancanegara. Tak terpusat di sana, menuju ke utara kita juga masih menemukan banyak wisman. Artinya, Ubud memang amat dibanjiri oleh wisman. Namun, sungguh ajaib. Ubud masih tetap lestari dan eksotis dengan pepohonan rimbun, hamparan sawah, dan tampilan karya-karya seni Bali-nya.

Sudah menjadi komitmen warga setempat dan pemangku kekuasaan di Ubud bahwa mereka akan tetap dan terus menjaga kelestarian serta orisinalitas kebudayaan yang ada di Ubud. Bersejajar dengan modernisasi tetap dilakukan, namun tidak melupakan nilai-nilai kebudayaan yang tertanam pada masyarakat Ubud.

Ragam karya seni masyarakat Gianyar dijajakan di sini, Pasar Ubud
info gambar

Upacara adat akan sangat sering kita saksikan di sini. Begitu pula berbagai festival kebudayaan juga menjadikan Ubud sebagai tuan rumah. Sebut saja Ubud Food Festival dan Ubud Writers and Readers Festival di mana festival tersebut mengundang semua orang dari seluruh pelosok negeri untuk menyaksikan sendiri keindahan dari kebudayaan Indonesia dalam potret Ubud dan merasakan pula keajaiban yang tercipta dari sini.

Bagaimana pun, Ubud sudah menjadi milik dunia internasional. Namun, bukan berarti identitas juga tergerus. Ubud terus berupaya menjaga diri dari desakan modernisasi kehidupan. Ubud bukan kota. Ubud hanyalah desa yang tetap pada kesederhanaannya. Maka, bila Ubud saja bisa menyulap diri menjadi desa berkelas dunia, desa-desa di seluruh Indonesia juga tentu bisa.


Sumber Gambar :

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini