Sulapan Kama Batik, Mengubah Limbah Menjadi Karya Seni Bernilai Tinggi

Sulapan Kama Batik, Mengubah Limbah Menjadi Karya Seni Bernilai Tinggi
info gambar utama

Batik selalu menjadi kebanggaan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak? Sejak tahun 2009, karya seni yang unik nan rumit ini dipatenkan oleh UNESCO dan menjadikan batik sebagai satu dari warisan budaya. Namun, di balik keindahannya ternyata proses pembuatan batik meninggalkan jejak pahit, limbah-limbah bekas membatik yang berpotensi juga merusak lingkungan.

Masalah ini pun menggugah hati seorang pemudi lulusan Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah untuk dapat menyelamatkan lingkungan dari serangan limbah batik serta memanfaatkannya menjadi barang yang bernilai guna tinggi.

Novi Anathasia Purba mendapatkan inspirasi tersebut sejak 2012, ketika ia memulai bisnis kecil-kecilan dengan menjadi reseller batik. Ia menemukan bahwa batik di Pekalongan ternyata membawa masalah lingkungan, yakni ribuan meter persegi limbah batik padat terbuang begitu saja. Pun, Novi menemukan masalah lain, yakni masih tingginya tingkat kemiskinan di Pekalongan.

Novi lantas menginisiasi sebuah bisnis sosial yang memberdayakan ibu-ibu di Pekalongan untuk dapat mengolah dan mendaur ulang sampah perusahaan batik menjadi produk keraijinan seperti kalung, gelang, tas, dan hiasan rambut.

Produk-produk kerajinan Kama House (source image: youngsters.id)
info gambar

Bisnis ini sendiri baru berjalan November 2015. Namun, usaha Novi sudah bisa dibilang terbang tinggi karena pada 25 Oktober 2016 lalu Novi dan dua rekannya Ajeng Hilarysa Pramesti dan Dyah Rasyid berhasil memenangi program Young Social Entrepreneurs (YSE) yang diselenggarakan oleh Singapore International Foundation (SIF).

Melalui bisnis ini Novi mengaku ia ingin menciptakan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan ibu-ibu yang telah membantunya memproduksi kerajinan dari limbah batik tersebut.

“Dengan Kama Batik, saya menunjukkan kecintaan saya kepada budaya dan lingkungan. Sekaligus memberdayakan kaum wanita agar dapat mandiri dan kreatif,” ungkap Novi.

Sebelum memulai Kama Batik Novi sempat belajar menjahit sendiri dan membuat kreasi kain perca batik. Kemudian, ia pun menularkan ilmunya dengan melakukan pelatihan dan memberikan motivasi kepada para ibu yang bergabung dengan Kama Batik. Dengan cara menyebarkan ilmu dan keterampilan seperti ini, Novi yakin akan semakin banyak orang yang kreatif dan mampu menciptakan desa yang mandiri.

Novi bersama kedua rekannya berhasil membawa Kama Batik memenangi Young Social Entrepreneur (YSE) Oktober 2016
info gambar

Ada yang spesial dari produk Kama Batik…

Tak hanya memberikan produk kerajinan, di Kama Batik ini para pembeli juga akan mendapatkan hal spesial dari produk yang dibelinya, yakni sebuah catatan khusus dari sang perajin. Menurut Novi, hal ini untuk menunjukkan kepada pembeli bahwa setiap produk yang dibuat adalah benar-benar hasil karya dari para ibu. Adapun catatan yang diberikan kepada pembeli adalah surat catatan terima kasih dan perasaan hati ibu pengrajin saat membuat produk tersebut.

Novi tidak memetik hasil usahanya ini sendirian. Niat awalnya yang mulia, yakni memberdayakan para ibu di Pekalongan agar dapat menjadi mandiri dan kreatif, keuntungan dari Kama Batik juga dibagikan kepada para ibu.

“Saya ini sociocreatifpreneur. Dan jadi sociopreneur itu sulit. Enggak cuma pikir dampak buat kita saja, tapi dampak buat orang lain juga. Bagaimana kita mengukur sejauh mana mereka dapat benefit untuk diri sendiri dan orang lain. Kalau kata mentor saya, otak bisnis, hati sosial supaya sinergi,” ungkapnya.

Lewat membangun usaha ini Novi mengaku banyak belajar. Mulai dari belajar jahit, gambar desain, hingga belajar berbagai jenis dan nama kain. Dia juga belajar bagaimana memberi pelatihan sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas sesuai harapan.


Sumber : youngsters.id | indonesiasekarang.com
Sumber Gambar :youngsters.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini