“Sophie Rickmers” di Pulau Weh, Incaran Penyelam Dunia

“Sophie Rickmers” di Pulau Weh, Incaran Penyelam Dunia
info gambar utama
Pulau Weh, Aceh. Sumber: far-horizon.com
info gambar

Tak salah jika ada ungkapan Indonesia surganya para penyelam. Saya teringat pengalaman saya berkunjung ke Pulau Weh pada tahun 2014. Saya dan beberapa teman memutuskan berlibur ke pulau yang terletak diujung Barat Pulau Sumatera ini. Kami menghabiskan waktu dengan berenang, snorkeling, dan bermain di pantai. Air laut yang tenang ditambah cuaca yang cerah membuat saya dapat dengan jelas melihat terumbu karang serta ikan warna-warni yang berenang diantaranya. Selang setahun kemudian, saya membaca berita tentang ditemukannya sebuah kapal kargo buatan Jerman di perairan Pulau Weh. Berita ini langsung menarik perhatian dunia, tidak sedikit media internasional yang menyoroti penemuan ini. Kapal dengan nama Sophie Rickmers ini selama puluhan tahun telah menjadi penghuni teluk Pria Laot, Pulau Weh, Aceh. Nama Sophie kembali menjadi pembicaraan karena adanya rencana Pemerintah Kota Sabang untuk mengangkat Sophie. Beruntung rencana ini dibatalkan karena Sophie adalah daya tarik bagi para penyelam untuk berkunjung ke Pulau Weh.

Kapal Sophie Rickmers, Sumber: Pulau Weh Resort & Pipat Kosumlaksamee
Kapal Sophie Rickmers, Sumber: Pulau Weh Resort & Pipat Kosumlaksamee

Kapal Sophie Reickmers merupakan kapal yang diproduksi oleh perusahaan The Rickmers Werft di Bremerhaven, kota bagian barat Hamburg pada tahun 1917-1920. Kapal yang memiliki panjang sekitar 134 meter, lebar 17,5 meter, dan tinggi 8 meter dibuat dengan menggunakan bahan material terbaik pada masa itu. Sophie kemudian digunakan untuk mengangkut barang-barang berharga seperti timah, piring keramik besar, dan lainnya. Sayangnya, Kapal kargo ini terpaksa ditenggelamkan oleh awaknya pada 10 Mei 1940.

Perang dunia yang melibatkan Jerman dan Belanda berbuntut pada nasib Sophie. Catatan pelaut Jerman bernama Herald Wentzel menggambarkan tentang nasib Sophie. Dalam catatan yang dimulai pada 7 September 1927 tersebut, Wentzel menulis kalau Sophie berlabuh di Sabang sejak 29 Agustus 1939 dalam kondisi rusak parah. Kapal yang dinahkodai oleh Kapten Helms ini sempat dikejar-kejar oleh kapal Inggris yang menguasai Malaysia. Sementara Pulau Weh pada saat itu berada dalam jajahan Belanda. Sikap jerman yang menginvansi Polandia membuatnya dimusuhi oleh Belanda dan Inggris. Akibatnya, kapal Sophie yang sedang di perbaiki di Pulau Weh menjadi incaran Inggris dan Belanda. Para awak kapal kemudian memilih menenggelamkan kapal Sophie daripada menyerahkannya ke Hindia Belanda.

Kapal Sophie Rickmers di Pulau Weh, Aceh. Sumber: kustvaartforum.com
info gambar

Meskipun lebih dari setengah abad Kapal Sophie terpendam di dasar lautan yang dikelilingi oleh air laut berwarna biru pekat, kapal Sophie masih mengandung kemegahan yang menjadi magnet bagi para penyelam. Sayangnya, tidak semua penyelam berhasil bertatap muka dengan Sophie. Letaknya yang berada di kedalaman 50 meter di dalam laut menjadi tantangan tersendiri bagi penyelam.

Ada beberapa syarat yang harus dipatuhi oleh penyelam, misalnya jam selam harus lebih dari 50 kali, mampu mengatur pernafasan dengan baik, membawa dua tabung, serta mengenal sistem dive computer dengan baik. Selain persiapan fisik, persiapan mental juga tak kalah penting. Bertemu dengan kapal kebangsaan Jerman ini tidaklah mudah. Penyelam tidak akan melihat terumbu karang dengan ikan yang menari-nari seperti ketika menyelam biasanya. Sejauh mata memandang, penyelam hanya dapat melihat dinding biru dan samarnya lautan. Tapi jangan buru-buru berhenti, karena memang dibutuhkan kesabaran untuk bertemu Sophie. Pada kedalaman 40 meter penyelam mulai menemukan sosok megah ini. Kapal terlihat dengan jelas pada kedalaman 40-50 meter dan sudah diselimuti dengan terumbu karang yang tumbuh secara alami. Tak hanya terumbu karang, berbagai jenis ikan hias juga dapat ditemukan berenang disekitar kapal.

Selain menjadi spot menyelam, tempat tenggelamnya kapal Sophie juga membawa berkah bagi warga sekitar. Dengan berdatangannya para penyelam dari seluruh dunia, masyarakat banyak yang mendapat penghasilan dengan menjadi pemandu (guide). Tempat kapal Sophie tenggelam juga menjadi arena memancing karena banyaknya ikan-ikan yang berkumpul di area ini.


Sumber :

nationalgeographic.co.id

atjehpost.co

republika.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini