Sosok Inspiratif Pematah Stigma Negatif ODHA: Jatuh dan Bangun Ginan (Bagian 1)

Sosok Inspiratif Pematah Stigma Negatif ODHA: Jatuh dan Bangun Ginan (Bagian 1)
info gambar utama

Beredarnya stigma negatif di kalangan masyarakat mengenai penderita HIV/AIDS atau juga disebut ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) mungkin santer terdengar. Banyak yang secara mendadak menjauhi ODHA dan tak jarang pula, banyak ODHA yang terdiskriminasi, terkucilkan hingga dianggap tidak berguna.

Namun, stigma tersebutlah yang sedang dilawan seorang odha dari Bandung bernama Ginan Koesmayandi. Sosok pemuda bertato ini tidak hanya sebagai penerang bagi mereka yang membutuhkan pertolongan, seperti orang yang terpinggirkan, pengidap ODHA maupun korban narkoba.

Kepada GNFI Ginan berkisah banyak tentang perjuangannya melawan candu narkoba, melawan stigma negatif orang-orang terhadap ODHA dan keberhasilannya mendirikan rumah rehabilitasi bagi para pengguna narkoba dan ODHA. Darinya, kita bisa belajar bahwa siapa saja bisa dan berhak untuk membuat bangsa ini menjadi besar dan bangga.

Awal Mula Terjerat Narkoba

Ginan Koesmayandi merupakan salah satu contoh pengidap virus mematikan ini yang mampu mematahkan stigma negatif. Divonis mengidap HIV/Aids diumur 20 tahun karena menggunakan jarum suntik untuk narkoba, Ginan pun sempat down. Vokalis band Jeruji ini mengaku bahwa dirinya telah menggunakan narkoba sejak usia yang sangat muda, yakni 13 tahun karena merasa kurang percaya diri sehingga narkoba dipercayai dapat menambah kepercayaan diri.

Narkoba itu memang candu yang membuat penggunanya selalu ingin dan ingin lagi. Begitu pula dengan Ginan, dirinya menghabiskan uang setiap harinya untuk membeli narkoba., Ginan yang pada waktu itu masih sekolah mulai menjual barang-barang yang ada dirumahnya. Berkali-kali barang dirumah habis terjual sehingga menyebabkan sang ayah jenuh dan mengusirnya dari rumah.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Hal ini pun ternyata tak membuat Ginan jera. Demi memuaskan nafsunya mengonsumsi obat terlarang ini , dirinya rela untuk melakukan tindakan kriminal seperti mencuri helm dan spion di jalan untuk dijual. Efek narkoba pernah membuatnya mengancam kepala keluarga Ginan dengan keris akibat hubungan yang retak antara keduanya dan Ginan tidak bisa mengekspresikan dirinya kepada bapaknya.

”Saya pendam, saya pendam terus, lalu saya gunakan narkoba dan hilang kesadaran, saya gak sadar bawa keris ke bapak saya,” kisahnya.

Pernah suatu kali kejadian, Ginan hendak membeli narkoba dari seorang bandar, naas baginya, ternyata hari itu polisi mencium transaksi yang dilakukannya dan berakhir dengan penjara. Setelah selama 7 tahun menggunakan narkoba, Ginan sempat hampir tewas kala dia overdosis di sebuah toilet kampus. Beruntung temannya yang bernama Bimbim sempat mendobrak pintu toilet dan menyelamatkan Ginan.

Momen inilah yang kemudian menyadarkan Ginan untuk bertaubat dan sembuh. Pulang kerumah adalah langkah pertamanya, bertemu kembali dengan sang ayah dan mengutarakan keinginannya untuk sembuh.

Namun, jalan Ginan ternyata tak mudah. Ia harus menemui kenyataan pahit setelah itu. Pada usia 20 tahun, setelah melakukan cek ke dokter tempat ayahnya praktik, Ginan divonis mengidap penyakit HIV.

Seketika kesepian pun menjadi teman yang setia menghampiri. Masyarakat sekitar, teman-teman dan saudara-saudara mulai menjauh.

“Istilahnya hancur banget, bahkan temen sesama pemakai aja menjauh juga,” ujarnya. Tak hanya dijauhi, stigma masyarakat tentang ODHA yang tidak bermoral dan hanya menjadi sampah masyarakat pun telah dirasakannya.

Meski begitu, niatnya untuk sembuh tetap kuat walau dirinya merasakan diskriminasi yang hebat dari masyarakat sekitar. Ayah Ginan, Dedi Koesnayadi, pun menyarankan Ginan untuk melakukan ibadah umroh terlebih dahulu sebelum direhabilitasi. Sepulangnya dari ibadah umroh, Ginan kemudian dibawa ke Malaysia untuk menjalani program rehabilitasi dan kembali ke Indonesia setelah program rehabilitasinya selesai.

Mendirikan Rumah Cemara

Pria kelahiran 13 Juli 1980 ini bukan hanya bangkit dari keterpurukan, namun juga membantu para orang-orang terpinggirkan di Bandung untuk menemukan “rumah” bagi mereka, tempat dimana ODHA, korban narkoba, juga orang yang mengalami stigma negatif lain untuk sembuh dan bangkit kembali.

Pada tahun 2003 Ginan mendirikan Rumah Cemara bersama 5 teman lainnya yang juga mantan pengguna narkoba, yakni Patri, Tanto, Burhan dan Ikbal. Sebelum Rumah Cemara terbentuk, ternyata Ginan sebagai CEO pernah bekerja sebagai konselor di suatu tempat rehabilitasi di Jakarta bersama pendiri Rumah Cemara lainnya, namun kemudian memutuskan untuk berhenti karena adanya keraguan dalam keberlanjutan program daripada tempat rehabilitasi tersebut.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

“Kami di situ (rumah rehabilitasi ), kami pingin punya sebuah komunitas yang terbuka, yang aman dan nyaman untuk pengguna narkoba dan penderita HIV/AIDS untuk mereka meningkatkan kualitas hidupnya,katanya. Dari sini, Rumah Cemara akhirnya terbentuk.

Tujuan Rumah Cemara adalah sebagai wadah dan tempat terbuka yang aman, nyaman bagi pengguna narkoba dan penderita HIV/AIDS untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Terhitung dari 2003, Rumah Cemara telah memiliki anggota puluhan ribu orang. Metode yang dipakai oleh Rumah Cemara untuk membimbing anggotanya ke jalan yang benar adalah dengan saling berbagi cerita dan motivasi. Rumah Cemara juga bekerja sama dengan lapas (Lembaga Permasyarakat) Kelas IIA, Banceuy, Bandung untuk melakukan penyuluhan dan pembinaan terhadap pengguna narkoba dan penderita HIV/AIDS. Kegiatan penyuluhan dan pembinaan ini dilakukan oleh Tesa, salah satu anggota rumah cemara yang sebelumnya juga resident di rumah cemara.

Namun menurut penuturannya, tidak semua anggota kembali ke jalan yang benar, ada saja yang menggunakan narkoba lagi. “Tidak semua bersih sih, ada juga yang balik lagi pake narkoba,” aku Ginan.

Tampaknya, kegiatan positif dari LSM mendapat perhatian dari pemerintah kota Bandung dengan mengadakan kerjasama kegiatan beberapa kali. Tak hanya itu, beberapa pihak luar juga membantu Rumah Cemara, seperti Chevrolet yang merenovasi lapangan futsal untuk anak-anak Rumah Cemara.

(Bersambung ke Sosok Inspiratif Pematah Stigma Negatif ODHA: Berprestasi (Bagian 2))

*

GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini