Cemilan Serangga dan Rahasia Fantastis di Baliknya

Cemilan Serangga dan Rahasia Fantastis di Baliknya
info gambar utama

Barangkali kawan GNFI tidak asing dengan serangga ini, bahkan keberadaannya dapat dijumpai di sekitar kita. Mungkin bagi sebagian masyarakat di daerah lain, serangga bukanlah hal yang lazim untuk diolah menjadi makanan. Namun, berbeda dengan masyarakat Gunung Kidul, DIY yang justru mengolah serangga ini menjadi cemilan nikmat yang kaya akan protein.

Masyarakat setempat menyebutnya walang alias belalang dan jangkrik, kedua serangga ini ternyata sudah lama menjadi santapan mereka. Pasti kawan GNFI bertanya mengapa serangga dapat dikonsumsi masyarakat dan masih meragukan kandungan yang terdapat di dalamnya.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Dulunya, mengonsumsi serangga oleh masyarakat setempat dilakukan untuk mengatasi kerusakan vegetasi sawah oleh serangga. Oleh karena itu untuk mengatasi jumlah kerusakan tanaman mereka, masyarakat setempat menangkap serangga-serangga tersebut untuk kemudian diolah.

Kawasan tropis merupakan tempat terbesar hidup serangga, sehingga bagi sebagian masyarakat yang tinggal di Gunung Kidul kegiatan mengumpulkan serangga dapat menambah penghasilan tambahan mereka terutama di musim penghujan.

Mudah Diolah

Meskipun terbilang cukup aneh, namun walang dan jangkrik dapat dijadikan cemilan yang bergizi. Selain mudah didapat kedua jenis serangga ini juga gampang diolah, karena Walang dan jangkrik memiliki rasa netral sehingga keduanya sudah pasti cocok dipadu dengan bumbu-bumbu.

Jenis belalang yang diolah adalah belalang kayu, dimana belalang ini banyak hidup di pohon jati dan semak-semak yang banyak tumbuh di kawasan Gunung Kidul. Sedangkan untuk memilih jangkrik, jangkrik jenis kalung yang memiliki tubuh lebih besar dari jangkrik mbering lah yang biasanya sering untuk dijadikan pilihan santapan. Sebelum diolah, walang dan jangkrik harus dipastikan dulu apakah terbebas dari pestisida dan zat kimia lainnya atau tidak.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Kedua jenis serangga ini dapat dibuat aneka jenis makanan, seperti dibuat keripik, goreng, nuget, rempeyek, hingga balado. Misalnya untuk membuat belalang goreng, pertama-tama haluskan bumbu yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, tumbar dan garam. Jika ingin menambahkan rasa pedas cukup ditambahkan cabai.

Sebelumnya belalang harus dibersihkan dari kotoran yang ada di dalam tubuhnya, kemudian belalang digoreng hingga kering dan dimasak bersama bumbu inti yang telah dihaluskan. Tumis hingga matang dan belalang goreng siap disantap.

Sedangkan untuk membuat jangkrik krispi atau rempeyek jangkrik juga cukup mudah. Untuk membuat krispi, jangkrik yang telah dibersihkan dicelupkan pada bumbu yang terdiri dari tepung beras, bawang merah dan garam lalu digoreng. Sedangkan untuk membuat rempeyek jangkrik sama seperti membuat rempeyek pada umumnya, bahan yang terdiri dari tepung beras, bawang merah, garam dan santan dicampur kemudian digoreng.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Kaya Protein dan Bikin Nagih

Olahan belalang dan jangkrik ini dapat dinikmati termasuk kepala dan kakinya. Selain memiliki rasa gurih dan renyah, banyak orang yang sebelumnya belum pernah mencoba cemilan ini kemudian menjadi ketagihan. Ada yang mengatakan rasa belalang dan jangkrik yang digoreng mirip dengan rasa udang.

Ternyata cemilan serangga ini memiliki kandungan nutrisi dan rendah kolesterol. Dikutip dari situs Perhimpunan Entomologi Indonesia, belalang segar mempunyai kandungan protein 26,8 persen dan kandungan protein jangkrik sebanyak 13,7 persen. Jumlah protein ini bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan daging sapi, ayam dan udang, seperti dilansir melalui cnnindonesia.com.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Sebenarnya konsumsi serangga oleh masyarakat Indonesia bukan menjadi hal baru. Di beberapa daerah ada juga yang mengolah ulat dan lebah untuk dijadikan rempeyek atau sekedar digoreng.

Olahan walang dan jangkrik ini banyak dijumpai di beberapa titik di kawasan obyek wisata Gunung Kidul. Dikemas dalam toples atau kemasan plastik, cemilan serangga ini dihargai Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu.

Selain cocok dijadikan cemilan dan oleh-oleh, olahan walang dan jangkrik ini juga nikmat dimakan bersama nasi hangat dan sambal. Namun bagi penderita alergi protein tinggi sebaiknya menghindari mengonsumsi cemilan satu ini karena tidak sedikit orang yang alergi setelah mengonsumsinya.

Jika sedang mengunjungi kawasan Gunung Kidul, jangan lupa untuk mencoba sensasi cemilan serangga ini. Bagaimana kawan GNFI ada yang tertarik mencoba?

Sumber : dirangkum dalam berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini