Sulam Sisir : Kreasi cantik warisan tempo dulu

Sulam Sisir : Kreasi cantik warisan tempo dulu
info gambar utama

Sulam – Menyulam – Sulaman.
Apa yang teman-teman pikirkan ketika membaca kata-kata tersebut? Mungkin teringat taplak meja di rumah, teringat baju-baju di lemari yang dihiasi sulaman indah. Atau teringat ibu, bibi atau nenek yang tengah menyulam beserta kreasi sulaman mereka? Apakah teman-teman ada yang pernah belajar menyulam, dan menjadikan salah satu keterampilan ini sebagai hobi teman-teman? Atau mungkin sekedar pengagum karya seni dengan benang ini? :)

Sulam termasuk salah satu dari jenis seni dari keahlian menjahit. Sulam adalah hiasan yang dibuat di atas kain atau bahan-bahan lain dengan jarum dan benang. Sulam atau Embroidery tersebar di seluruh dunia. Ada banyak sekali lho jenis sulaman dengan kain,benang,dan teknik yang berbeda-beda menurut tempat dan negaranya. Sejak ribuan tahun yang lalu, kain atau benang dari wol, linen, dan sudah dipakai untuk membuat sulaman. Selain benang wol, linen, dan sutra, sulaman modern menggunakan benang sulam dari katun atau rayon. Jenis-jenis tusukan yang umum dikenal dalam menyulam adalah tusuk jelujur, tusuk tikam jejak, tusuk veston, tusuk bayang, dan tusuk rantai. Tusuk jelujur, tikam jejak, tusuk veston ini nih yang biasanya paling kita kuasai hehe. Tiga tusuk itu termasuk materi dasar yang biasanya diajarkan di pelajaran keterampilan ketika SD bukan? :D

Hasil Akhir sulaman sendiri dapat dibedakan menjadi :
• Sulam Datar: hasil sulaman rata dengan permukaan kain
• Sulam terawang (Kerawang) : hasil sulaman berlubang-lubang, misalnya diaplikasikan di taplak meja atau kebaya
• Sulam timbul : hasil sulaman membentuk gelombang di permukaan kain sesuai lekuk gambar.

Selain dibagi tiga jenis yang berdasarkan hasil akhir, sulam juga dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bahan,alat,dan teknik khusus yang digunakan. Ada sulam benang, sulam pita, dan sulam sisir. Hmm.. mungkin untuk sulam benang dan pita, dua jenis sulam ini sudah banyak yang tau, sudah sering kita dengar,sudah sering kita temukan di berbagai kreasi kain. Bagaimana dengan sulam sisir?
Sepertinya yang terlintas di benak teman-teman ketika membaca ini... “Wah baru tau ada yang namanya sulam sisir”,”Sulam sisir? Itu gimana ya?”,“Sulam sisir emang ada?” atau “Pakai sisir? Diapain? Gimana caranya?”
Jadi, Mari kita kenalan dengan sulam sisir : si cantik warisan tempo dulu :D

Mungkin, teman-teman baru mengetahui keterampilan sulam sisir ini. Dan memang, sulam sisir termasuk pengetahuan menyulam yang langka. Tidak hanya jumlah orang yang bisa menyulam dengan sulam sisir ini saja yang sedikit,mungkin, jumlah yang mengetahui namanya dan yang mana saja atau bagaimana bentuk kreasi sulam sisir saja juga tidak banyak.

Contoh sulam sisir berbentuk bunga dengan kelopak timbul
info gambar


Sulam sisir (Comb Embroidery) merupakan kreasi sulam tangan berbentuk anyaman timbul, memiliki keunikan yang menarik dan tidak tergantikan hasilnya oleh jenis sulaman yang lain. Sulam sisir juga dapat dibentuk melengkung, dilipat, ditekuk, bahkan seolah melayang dan mengambang. Selain itu, sulam sisir dapat dipadukan dengan sulam datar lainnya. Nah, sulam sisir ini sendiri jika berdasarkan hasil akhir termasuk dalam jenis sulam timbul atau stumpwork. Sesuai namanya, sulam ini menggunakan alat bantu yang mudah didapatkan yaitu sisir rambut. Wah ternyata sisir tidak hanya untuk rambut nih.. hehe. Alat lainnya yang digunakan sama seperti sulam-sulam biasanya : kain, ram (Embroidery Hoop atau disebut midangan), jarum sulam, dan lainnya. Sederhananya sulam sisir adalah teknik menganyam benang dengan meletakan benang di alat bantu yaitu sisir. Benang yang digunakan biasanya benang wol dan benang DMC. Jarak kerapatan dan kerenggangan saat mengatur pembuatan rangka (rangka sisir dan letak benang) untuk anyaman bervariasi, tergantung selera dan bentuk yang diinginkan. Sulam sisir dengan berbagai teknik peletakan anyaman bisa dibentuk menjadi bermacam-macam kreasi, seperti menjadi kelopak bunga yang melebar, kelopak memanjang dan melancip di ujung, bahkan kupu-kupu. Menarik bukan?

Contoh teknik sulam sisir : anyaman 'rangka 8 rapat' dalam salah 1 buku panduan sulam sisir
info gambar


Sulam sisir ada di Indonesia diperkirakan pengembangan sulam yang berasal dari Belanda, atau Prancis. Sejauh ini, belum bisa dipastikan kejelasan sejarahnya bagaimana sulam sisir tumbuh dan berkembang di Indonesia. Pada suatu kesempatan saya berbincang dengan Ibu Herry Astuti Imaningsing, pemilik Dian Hand Embroidery di Sleman. Ibu Herry atau lebih dikenal dengan nama Nunuk Trihadi, penulis buku-buku sulaman dari berbagai jenis dan sudah beberapa kali mengadakan workshop sulam ini punya cerita sendiri bagaimana awal beliau mengenal sulam sisir. Semasa kecil, Ibu Nunuk belajar sulam sisir ini dengan tetangga beliau. Ibu Nunuk juga bercerita, beliau tertarik belajar sulam sisir ketika melihat sulam ini 'aneh', unik, karena menggunakan alat bantu sisir dan berbeda seperti sulam benang atau sulam pita yang sudah Ibu Nunuk pelajari dengan Ibu beliau. Tetangga Ibu Nunuk kemungkinan besar mendapat keterampilan sulam sisir ini lewat orang tua atau nenek yang belajar keterampilan pada zaman penjajahan Belanda. Setelah berkeluarga, Ibu Nunuk juga sempat tinggal di Padang. Disana Ibu Nunuk berkawan dengan seorang Ibu yang ahli bordir. Dan pada suatu hari Ibu Nunuk sempat melihat sekilas di taplak meja milik kawannya tersebut ada sulaman sisir. Sayangnya, Ibu Nunuk belum sempat bertanya soal itu,beliau sudah pindah lagi ke Jawa. Jadi, sulam sisir sepertinya tidak hanya berkembang di pulau Jawa saja ya teman-teman.

(Proses) Sulam Sisir berbentuk sayap kupu-kupu
info gambar

Saya sempat dipinjamkan buku sulam sisir oleh Ibu Nunuk. Buku-buku itu adalah karya salah satu kawan Ibu Nunuk,-yang juga menekuni sulam sisir- yang bernama Ibu Ira Dhyani Indira dan Ibundanya yang bernama Ninoek Soenjowati. Ibu dan anak ini telah berkolaborasi menuliskan 2 buku khusus kreasi sulam sisir. Mengutip dari buku, Ibu Ira yang merupakan anak tertua dari Ibu Ninoek belajar sulam sisir dari Ibundanya. Sedangkan Ibu Ninoek mulai belajar bordir ala Belanda dari Ibu mertua dan belajar sulam sisir sejak beliau masih SMA tahun 1952-1953 sewaktu tinggal di Semarang. Melihat latar sekolah Ibu Ninoek, serta belajar bordir ala Belanda dan belajar sulam sisir dengan mertua beliau, keterampilan sulam, yang salah satunya berkembang menjadi sulam sisir dimulai ketika zaman penjajahan Belanda.


Ibu Nunuk juga bercerita, di salah satu toko alat jahit di kota Yogyakarta, pemilik toko tersebut yang sudah berusia lanjut juga mahir sulam sisir. Melihat usia beliau yang sudah melewati setengah abad lebih, dan hidup beberapa lama ketika masih penjajahan Belanda. Semakin menguatkan pengembangan sulam sisir ini dari Belanda ya teman-teman. Saya pribadi dan Ibu Nunuk masih penasaran dengan sejarah pengembangan sulam sisir di Indonesia, masih banyak sekali yang belum jelas. Semoga di lain waktu kami diberi kesempatan untuk berbincang bersama pemilik toko tersebut. Pasti ada banyak pengetahuan yang bisa saya catat dan bagikan sebagai tambahan dokumentasi sulam sisir. Berdasarkan beberapa cerita dan informasi lainnya itulah mengapa ada kemungkinan sulam sisir di Indonesia adalah pengembangan sulam yang berasal dari Belanda.

Sulam sisir dipadukan dengan sulam datar
info gambar

Sulam sisir sekilas mirip dengan French Embroidery (Sulam Prancis). Kalau di Indonesia, French Embroidery mungkin lebih dikenal dengan nama tusuknya yaitu Picot Stitch (tusuk picot) atau Leaf Raised Stitch (tusuk daun terangkat). French embroidery juga termasuk sulam timbul (stumpwork). Saya baru tau jenis sulaman dengan picot stitch disebut French Embroidery ketika melihat postingan salah satu penyulam yang berasal dari Korea Selatan. Di Korea Selatan mereka menyebutnya french embroidery. Jika dilihat sekilas french embroidery mirip dengan sulam sisir yang menggunakan benang jenis DMC. Kalau penggunaan benang DMC pada sulam sisir jika dibandingkan dengan menggunakan benang wol adalah lebih halus, lebih kecil, terlihat lebih rapat dan pasti lebih membutuhkan ekstra telaten juga kesabaran hehe. Sulam sisir dengan french embroidery sama-sama memiliki teknik menganyam, yang berbeda adalah cara meletakkan benang bantunya dan alat bantu yang digunakan. Sulam sisir menggunakan sisir, sementara french embroidery menggunakan jarum pentul (atau needle embroidery). Teman-teman bisa lihat contohnya disini nih ? :

Contoh French Embroidery by Atelier_Hola

Contoh Sulam Sisir (dengan benang DMC) by dianhandembroidery

Jadi, kemungkinan sulam sisir adalah pengembangan yang berasal dari Prancis pun juga ada. Atau mungkin, karena Prancis dan Belanda masih dalam satu benua Eropa, kedua seni sulamnya memiliki keterikatan atau persamaan. Lalu dibawa dari Belanda dan berkembang di Indonesia, mungkin saja bukan?

Sampai saat ini, kemungkinan besar hanya dua buku karya Ibu Ira dan Ibu Ninoek itulah buku panduan dan contoh kreasi karya khusus sulam sisir yang sudah dicetak dan tersebar di Indonesia. Sayang sekali buku-buku inipun sudah tidak cetak ulang lagi. Bukan hanya kurangnya buku kreasi sulam sisir, catatan lain tentang seni sulam sisir ini juga susah ditemukan. Kebanyakan hanya cerita dan penjelasan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi selanjutnya. Selain berdasarkan catatan di buku Ibu Ira dan Ibu Ninoek, beruntung sekali saya mendapat kesempatan bisa belajar tentang sulam sisir dari Ibu Nunuk dan pengalaman beliau.

Sulam sisir kelopak bunga bersusun
info gambar


Sulam sisir adalah warisan tempo dulu yang merupakan sulam langka,memesona,khas Indonesia. Sulam sisir merupakan warisan yang patut dilestarikan oleh anak, cucu, cicit. Pengetahuan sulam sisir yang kian langka haruslah dilestarikan oleh kita semua. Tidak hanya bagi nenek-nenek dan ibu-ibu yang sudah tidak muda lagi, tapi ini tugas kita bersama. Ada banyak sekali usaha pengenalan dan pelestarian sulam sisir. Mengadakan workshop sulam sisir dan membuka kelas keterampilan seperti yang dilakukan oleh Ibu Nunuk salah satu contohnya. Kedepannya diharapkan antusias masyarakat untuk mengikuti workshop atau kelas keterampilan khususnya Ibu-ibu, dan remaja putri semakin meningkat. Penerbitan buku-buku baru atau cetak ulang buku kreasi sulam sisir juga dapat menjadi salah satu usaha. Buku tidak hanya untuk media pembelajaran saja, buku-buku ini juga bisa menambah catatan dan dokumentasi sulam sisir. Selain itu, di era sekarang dengan kecepatan informasi yang kian cepat dan canggih ini tentu sangat bisa kita manfaatkan untuk berbagi banyak hal. Media sosial yang dekat dengan generasi kita seperti Facebook, Blog, Instagram bisa kita gunakan sebagai media edukasi dan pengenalan sulam sisir yang lebih luas. Memanfaatkan youtube untuk memposting tutorial sulam sisir sekaligus sebagai dokumentasi visual juga bisa kita dilakukan. Terutama sangat diharapkan peranan kita sebagai anak muda,salah satunya dalam menjadikan media sosial sebagai wadah yang tepat. Bagaimana sulam sisir tetap bisa eksis di era globalisasi, bagaimana sulam sisir tetap bisa dikenal dari generasi ke generasi. Karena seni, pengetahuan keterampilan bukan hanya milik generasi ibu, nenek, atau buyut-butut kita. Tapi juga merupakan warisan dan pengetahuan keterampilan yang perlu kita apresiasi lewat melestarikan dan mempelajarinya. Tulisan ini pun salah satu usaha kecil saya mengumpulkan, membingkai ‘kisah Si Sulam sisir’, dan berbagi disini. Semoga bermanfaat! ?

Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Menulis Kabar Baik GNFI #2

Sumber :

- www.wikipedia.com
- Buku 'Kreasi Sulam Sisir untuk Pemula', penulis Ira Dhyani Indira, Ninoek Soenjowati. Penerbit Kriya Pustaka
- Buku 'Variasi cantik sulam sisir', penulis Dhyani Indira, Ninoek Soenjowati. Penerbit Kriya Pustaka
- Dokumen pribadi dan dari situs lainnya
- Penjelasan dan dokumentasi dari narasumber : Herry Astuti Imaningsih/Nunuk Trihadi, Sleman, Indonesia (DianHandEmbroidery). Atelier Hola/아뜰리에 올라, Korea Selatan (Atelier_Hola , Naver peacefulxx)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini