Perempuan Indonesia Raih Penghargaan Anti Perdagangan Manusia di Amerika

Perempuan Indonesia Raih Penghargaan Anti Perdagangan Manusia di Amerika
info gambar utama

Hediana Utarti, seorang warga negara Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat meraih penghargaan Modern Day Abolitionist Award 2017 for Direct Service to Survivors of Human Trafficking. Penghargaan yang diberikan di San Fransisco ini merupakan salah satu buti pengakuan akan kontribusi Hediana dalam membatu para korban perdagangan manusia di Amerika Serikat. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang dianugerahi penghargaan ini.

Komitmen dan usaha Herdiana dalam membantu korban perdagangan manusia di Amerika Serikat sudah ia lakukan selama kurang lebih 17 tahun, dengan bekerja di organisasi nirlaba Asian Women’s Shelter. Lulusan S3 bidang politik dari University of Hawaii di Manoa ini menjabat sebagai Community Projects Coordinator yang menangai program dan pelayanan di bidang anti perdagangan manusia.

Pekerjaan yang ia lakukan setiap hari adalah membantu para korban kekerasan rumah tangga dan pemerkosaan yang memiliki kertebatasan Bahasa Inggris. Kebanyakan dari mereka adalah imigran baru yang memiliki keterbatasan dalam berbahasa Inggris. Kini, organisasi tersebut memiliki 19 karyawan dengan 50 penerjemah, termasuk beberapa orang Indonesia.

(sfcaht.org)
info gambar

“Tahun ’88 servis kami itu dilakukan dalam dua atau tiga bahasa, ada Mandarin, ada Laotian. Di tahun 2017, kami mempunyai 40 bahasa, termasuk Indonesia, Hindi, Mongolia, sampai Arabic, Spanish, dan juga bahasa Rusia,” jelasnya. Dalam pekerjaannya, Hediana juga bekerja sama dengan Asian Pacific Islander Legal Outreach yang membantu di bidang hukum dan organisasi nirlaba Mujeres Unidas yang juga menyediakan tempat penampungan bagi perempuan di AS.

Ia juga mengakui bahwa terkadang para korban sendiri tidak menyadari bahwa mereka adalah korban perdagangan. Selama ia bekerja di Asian Women’s Shelter, Hediana banyak melihat perempuan Indonesia yang melarikan diri dari kekerasan rumah tangga dan meminta bantuan. Para korban bisa menelpon dan meminta bantuan dengan rahasia, tanpa harus memberitahu mengenai latar belakang,

Di samping itu, Hediana bersama beberapa warga Indonesia lainnya juga membentuk organisasi Indonesian Community Outreach Committee yang khusus membantu para korban perdagangan manusia dari Indonesia. Para anggotanya adalah pastor dan pemimpin kelompok pengajian di San Fransisco. Bantuan yang diberikan oleh Indonesian Community Outreach Community tidak hanya mencarikan tempat penampungan bagi korban, namun juga mencakup bantuan di bidang kesehatan dan lainnya.

Salah stau yang pernah ia lakukan adalah membantu dua orang nelayan pria asal indonesia yang bekerja di perairan Hawaii dan San Fransisco. Kedua nelayan tersebut bekerja dari jam 5 pagi hingga jam 12 malam, tidak diberi pakaian pengaman dan paspornya disimpan. Setelah hampir dua tahun, salah satu dari mereka luka – luka dan akhirnya mereka melarikan diri dari tempat tersebut.

"Mereka itu sebetulnya takut lari dari kapal, karena visanya itu visa untuk bekerja di kapal. Kalau enggak salah malah kadang-kadang tidak usah pakai visa kalau mau kerja di kapal, tapi tidak boleh menginjak ranahnya AS,” ujar Hediana. Bersama rekan – rekannya, Hediana mencari teman – teman asal Indonesia yang bisa menampung mereka, dikarenakan jarang ada tempat penampungan yang menerima korba pria.

Selain itu, ia juga ikut memfasilitasi korban – korban ini dalam berbagai hal, mulai dari komunikasi, menemui dokter, pergi ke tukang potong rambut hingga membantu mencarikan pengacara yang akhirnya melaporkan kasus tersebut ke FBI.

Hediana dan rekan - rekannya seusai acara (sfcahtf.org)
info gambar

Kepada orang Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri Hediana berpesan untuk mencari keberadaan organisasi Indonesia di negara yang dituju dan jangan mau diisolasi.

“Kalau bisa, kita itu harus punya kebebasan untuk bergerak," tegas dia.


Sumber : voaindonesia.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini