Bermodal Keris, Mahasiswa Indonesia Terbang ke San Diego

Bermodal Keris, Mahasiswa Indonesia Terbang ke San Diego
info gambar utama

Bulan Februari tahun 2017 ini sepertinya merupakan bulan yang spesial bagi Indonesia. Hal itu terbukti dengan salah satu kabar gembira yang datangnya dari kampus perjuangan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Bermodalkan video dan karya berjudul Keris: The Mighty Sword from Indonesia, sekelompok mahasiswa dari Departemen Teknik Material berkesempatan untuk memamerkan hasil karyanya ke San Diego, USA.

"Saya nemu inspirasi untuk ikut lomba ini berawal dari sebuah tempat sakral bernama warkop (baca: warung kopi)," kata Abrar. Tak heran dengan jawaban demikian, karena memang arek ITS itu tak bisa jauh dari ngopi, dan mungkin juga itu yang jadi salah satu ciri khas Indonesia. Tim ini tidak bekerja sendirian, yang menjadi pemberi wejangan utama dalam pembuatan karya ini adalah seorang dosen muda Departemen Teknik Material ITS, beliau adalah bapak Alvian Toto Wibisono. Seorang alumni yang memutuskan mengabdi bagi almamaternya ini jelas tak bisa dianggap remeh, buktinya beliau berhasil membawa mahasiswanya mengharumkan nama baik Indonesia untuk bersaing di kancah Internasional.

Alasan utama memilih keris dibandingkan dengan senjata lainnya dalam karya ini tak lain adalah karena keris adalah salah satu warisan budaya yang sudah sangat familiar, tak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia. "Untuk aspek material-metalurginya, bagian dari keris yang disebut pola pamor merupakan bagian yang menarik untuk diekplorasi dari proses pembuatannya," ujar Abrar dan Fauzan saat diwawancara. Proses pembuatan keris sepenuhnya dengan memanfaatkan bidang keilmuan material dan metalurgi. Dan dari mulai proses heat treatment, forging, hingga etching dilakukan di laboratorium Metalurgi, Departemen Teknik Material ITS.

Menariknya, keberhasilan ini juga tak berjalan mulus-mulus saja. Pasalnya tim ini juga harus melakukan studi lapangan dalam pembuatan Keris. "Kami juga belajar dan meminta masukan dari pandai besi di Lenteng Timur, Madura, lho mas!" ujar salah satu dari mereka. Tampak sekali karya ini adalah sebuah kolaborasi antara teori yang didapatkan di bangku perkuliahan, dengan paduan ilmu praktik yang diperoleh dari orang lapangan yang telah terbiasa bergelut di bidangnya. Apalagi jadwal pengerjaan yang berbenturan dengan kegiatan perkuliahan serta praktikum mereka yang padat, membuat tim ini harus pandai-pandai mengatur waktu dan memanajemen sumberdaya manusia yang dimiliki.

Saat ditanya tentang kebenaran bahwa tim ini menjadi satu-satunya perwakilan dari Asia, dengan semangat mereka menunjukkan link yang membawa penulis menuju ke sebuah halaman situs daftar peserta 2017 TMS Bladesmithing Competition (tautan tercantum di sumber). Dan memang benar, tak ada satupun saingan lain dari Perguruan Tinggi di belahan Asia lainnya. Kompetisi TMS Bladesmithing adalah agenda tahunan dari The Minerals, Metals, and Materials Society yang menantang para peneliti dan juga mahasiswa dari berbagai belahan dunia untuk menunjukkan kemampuan dan keunikan di bidang Bladesmithing (baca: persenjataan, khususnya pedang dan senjata tajam yang terbuat dari logam).

"Mohon doa restunya, besok (23/02) kami berangkat menuju San Diego pada pukul 06.45 WIB." ujar Fauzan, yang akrab disapa Ojan.

Membanggakan, bukan? Kapan lagi bisa membawa nama Indonesia (dan bahkan Asia) di kancah Internasional bermodalkan sebuah produk budaya yang berpadu dengan balutan teknologi. Semoga sukses kawan, buat Indonesia bangga!!!

#KotakAjaib

Sumber :

  1. Abrar Ridhollah dan Fauzan Kurniawan (mahasiswa Departemen Teknik Material ITS angkatan 2014)
  2. 2017 TMS Bladesmithing Competition Teams list (https://www.tms.org/meetings/annual-17/AM17Bladesmithing.aspx)
  3. Channel Youtube TMS (https://www.youtube.com/user/ChannelTMS)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini