Penghormatan Afrika Selatan Bagi Dua Anak Bangsa Indonesia

Penghormatan Afrika Selatan Bagi Dua Anak Bangsa Indonesia
info gambar utama

Kalau membincangkan Afrika Selatan, sebagian dari kita tentu ingat bahwa di negara paling selatan benua Afrika itu terdapat satu daerah bernama Macassar. Ya, pelafalannya persis dengan nama kota terbesar di Indonesia, Makassar, yang menjadi ibukota Sulawesi Selatan. Kalau meniti kisahnya, dua daerah ini memang punya hubungan yang cukup dekat. Dulu pada abad ke-17 ada seorang ulama Indonesia yang berjasa besar dalam penyebaran agama Islam di sana. Namanya adalah Syekh Yusuf.

Warga Afrika Selatan amat hormat dengan Syekh Yusuf dan memberikan gelar pahlawan kepadanya. Hal ini disampaikan oleh Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma ketika bersua dengan Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri di Jakarta usai menghadiri KTT Indian Ocean Rim Association (IORA), Rabu (8/3) kemarin.

Menurut Zuma, gelar pahlawan ini diberikan kepada Syekh Yusuf karena ia ikut berjuang bersama masyarakat Afrika Selatan dan hal ini menginspirasi Nelson Mandela untuk berjuang melawan praktik apartheid. Mandela bahkan menyebut Syekh Yusuf sebagai "Salah satu putra Afrika terbaik".

Bagaimana Syekh Yusuf bisa menjadi pahlawan bagi Afrika Selatan?

Syekh Yusuf memiliki nama lengkap Syekh Yusuf Tajul Khalwati yang kemudian sering dikenal pula dengan sebutan Syekh Yusuf Almaqassari Al-Bantani. Ia lahir di Gowa, Sulawesi Selatan pada 3 Juli 1626. Ia sudah mendalami ilmu agama Islam sejak usia 15 tahun di Cikoang kepada Daeng Ri Tassamang. Ia pun terus belajar, merantau ke Banten dan Aceh, bersahabat dengan Sultan Ageng Tirtayasa, hingga pergi ke Yaman.

Ia pertama kali dibuang oleh pemerintah Belanda pada 1684. Kala itu Syekh Yusuf tengah menjadi mufti di Kesultanan Banten dan memiliki murid dari berbagai daerah. Ketika pasukan Sultan Ageng Tirtayasa kalah terhadap Belanda pada 1682, Syekh Yusuf pun diasingkan ke Sri Lanka.

Patung Syekh Yusuf di Makassar (foto: khittah.co)
info gambar

Di tempat pengasingannya itu Syekh Yusuf terus aktif menyebarkan agama Islam hingga memiliki murid yang berasal dari India. Meski jauh dari tanah air, Syekh Yusuf masih bisa berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara melalui jamaah haji yang singgah ke Sri Lanka. Mengetahui hal ini Belanda geram dan memindahkan Syekh Yusuf ke lokasi pengasingan yang lebih jauh, yakni Afrika Selatan.

Dan di negeri inilah Syekh Yusuf menghabiskan masa hidupnya. Di Afrika Selatan Syekh Yusuf membangun sebuah komunitas muslim dan budaya Melayu serta terus aktif mengajarkan agama Islam. Tak hanya itu, ia bahkan ikut berjuang bersama masyarakat Afrika Selatan melawan imperialisme bangsa Eropa di Afrika.

Sang Proklamator Soekarno juga jadi pahlawan Afrika Selatan

Selain Syekh Yusuf, Zuma menyampaikan bahwa Presiden pertama RI, Soekarno juga dianugerahi sebagai pahlawan Afrika Selatan. Pemberian gelar pahlawan ini erat kaitannya dengan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang digelar pada 18-25 April 1955 di Bandung. Nyatanya konferensi tersebut memberi dampak yang cukup besar bagi Afrika Selatan yang ketika itu belum menjadi negara republik.

"Peristiwa yang sangat penting dan menjadi bagian dari sejarah kemerdekaan Afrika Selatan, ketika pada tahun 1955, para pemimpin Afrika mengikuti Konferensi Asia Afrika di Bandung," ujar Ketua Umum PDIP, Hasto Kristiyanto, yang turut mendampingi Megawati bertemu dengan Presiden Zuma.

Soekarno juga menjadi idola dan inspirator Nelson Mandela. Menurut penuturan Megawati, pada tahun 1960 berdasarkan catatan sejarah Mandela menggunakan pidato-pidato Bung Karno sebagai alat perjuanannya.

“Mandela mengakui bahwa Indonesia mendapatkan tempat khusus di hatinya, karena figur Bung Karno. Dari Indonesialah Mandela membangun sebuah imajinasi politik bahwa bangsa yang bebas, pertama-tama harus berdaulat,” ujar Megawati, dikutip dari sukarno.org.


Sumber : liputan6.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini