Pengusaha Sate Asal Indonesia di Swiss

Pengusaha Sate Asal Indonesia di Swiss
info gambar utama

Sebagai negara yang memiliki banyak ragam kuliner, Indonesia memiliki tempat khusus di hati para pecinta kuliner baik dalam negeri maupun mancanegara. Banyak makanan Indonesia yang menjadi primadona di luar negeri dengan harga yang jauh lebih mahal ketimbang di Indonesia. Meski begitu, makanan Indonesia pun tetap diburu oleh penikmat kuliner manca negara. Sebagaimana yang kita ketahui ragam makanan seperti rendang, pernah menjadi salah satu makanan terenak di dunia, makanan lain seperti tempe dan tahu kini terkenal di Jerman, Inggris tepatnya di London dan di Jepang.

Bagaimana dengan sate ? sebelumnya pun Sate pernah terkenal di Amerika Serikat dan kini popularitas sate pun sedang digaungkan oleh warga Indonesia asal Sumatera Barat di Swiss setelah ia jenuh menjadi bankir di negara tersebut.

Adalah Rio Vamory, laki-laki berumur 34 tahun asal Padang Panjang yang sedang berjualan sate di Swiss. Dengan gerobak bersihnya, ia mendemonstrasikan sate di Zurich, Swiss atau juga disebut dengan ‘Little Big City of Switzerland’. Menjadi penjual sate adalah hal yang ia lakukan atas dasar kebosanannya bekerja di bank. “Saya tidak bahagia bekerja di bank,” ungkapnya kepada media.

Rio dan sate dagangannya (sumber : Kompas Internasional)
info gambar

Banyak orang yang mengatakan bahwa yang ia lakukan adalah hal nekad, karena banting setir dari bankir menjadi pengusaha. Namun menurut pria yang dulunya sering lompat kelas ini, ia telah merencanakan bertahun-tahun sebelum melakukan eksekusi menjadi penjual sate. Pada awalnya, ia melakukan crowd funding dengan mengunggah video dengan mengunggah video di internet, menjelaskan akan proyek menjual sate ini untuk menarik pemberi modal. Harap-harap cemas dari Rio ini pun terjawab dengan terkumpulnya modal sebesar 12.000 frank Swiss atau 150 juta Rupiah. “saya gunakan untuk beli gerobak dan keperluan lainnya,” ujarnya.

Mengingat mahalnya modal untuk membuka restaurant di Swiss, saat ini ia meminjam beranda restoran Asia Tisch untuk melakukan demonstrasi akan sate ini, ia berharap nantinya ia akan berjualan sendiri di sebuah taman di Zurich dengan gerobaknya itu. Sebelumnya, ia juga telah menjual sate dengan dari pintu ke pintu. Kisah Rio ini ternyata menarik salah satu surat kabar terkenal di Swiss yaitu Neuer Zurcher Zeitung (NZZ) yang memuat satu halaman penuh untuk membahas aksi Rio ini. Meskipun Rio sukses di negeri orang, ternyata ia tak melupakan tanah kelahirannya. Setiap penjualan satenya, ia selalu menyisihkan satu frank Swiss yang digunakan untuk membantu pelestarian alam Sumatera.

Mendemonstrasikan sate di Zurich (sumber : Kompas Internasional)
info gambar

Pada perjalanan hidupnya, Rio merupakan anak yang terbilang cerdas karena beberapa kali loncat kelas. Meskipun setelah kelahirannya, ia ditinggalkan oleh sang ayah. Rosmidar, ibu kandung Rio selalu mendukung apa yang Rio lakukan. Selain itu, Rosmidar yang menikah dengan warga Swiss keturunan Tibet memboyong Rio ke Swiss setelah 2 tahun Rosmidar tinggal di Swiss. Rio sendiri juga pernah dititipkan di Bogor untuk menekuni agama di sebuah pesantren. Ia juga memiliki saudara tiri dari bapak kandungnya yang pernah Rio temui. Ia bertemu dengan saudara tiri nya di Sumatera dan bertemu dengan ayah kandungnya di Jakarta setelah pencariannya. Meski begitu, kini ia jarang melakukan kontak dengan ayah kandungnya. “Dengan bapak saya tidak lagi dengan saudara tiri iya, masih komunikasi,” ungkapnya kepada media.

*disadur dari berbagai sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini