Di Bulan Ramadhan Ada Sepak Bola yang Tidak Biasa di Kampung Kenjeran Surabaya

Di Bulan Ramadhan Ada Sepak Bola yang Tidak Biasa di Kampung Kenjeran Surabaya
info gambar utama

Suasana bulan Ramadhan di kampung Kenjeran IV Surabaya tampak berbeda. Malam itu seusai waktu sholat taraweh, para pemuda dan karang taruna berkumpul di pinggir rel kereta. Di sana sudah tampak sebuah petak kira-kira seluas 10 meter persegi bertepi garis putih dengan gawang kecil di ujung garis utara dan selatannya. Tidak jauh dari petak itu tampak beberapa batok kelapa tua terkumpul. Warga yang lain bertanya-tanya, ada apa gerangan?

Ada yang mengira-ngira bahwa mereka sedang berkumpul untuk menyantap makanan bersama-sama, namun mengapa ada gawang? Apakah mereka akan bermain bola? Namun mengapa tidak ada satupun bola yang tampak di sana. Rasa penasaran pun membuncah.

Tidak lama, suara peluit pun memekakkan telinga, anak-anak , para remaja pun memusatkan perhatian ke sumber suara. Memerhatikan instruksi yang diberikan dan tidak lama kemudian mereka mengambil posisi masing-masing. Batok kelapa yang sudah tersedia kemudian diambil dan diletakkan di tengah petak tersebut, tepat di tengah-tengah titik putih. Lalu tiba-tiba, api menyulut batok kelapa itu. Dan prittt, permainan dimulai. Kira-kira begitulah pemandangan kompetisi sepakbola api yang diadakan di kampung Kenjeran IV Sabtu 17/06 malam.

Kompetisi sepakbola api itu rupanya merupakan upaya Karang Taruna setempat untuk meramaikan suasana bulan Ramadhan. Tidak hanya itu, mereka ternyata juga berusaha untuk melestarikan permainan tradisional yang hanya sering dilakukan di pondok-pondok pesantren.

Pembina Karang Taruna RT. 04 / RW.02 Simokerto yang juga salah satu penggagas kompetisi Sepakbola Api Mustofa Syahid Amirul Mukmin, mengungkapkan bahwa permainan ini kerap dimainkan para santi untuk mengisi waktu luang sembari menunggu waktu makan Sahur.

"Sepak bola api sebenarnya tidak berbeda dari sepak bola pada umumnya. Bedanya hanya pada bolanya yang menggunakan bola api," ujar pada GNFI.

Tidak hanya para santri, Mustofa juga menjelaskan bahwa pemain sepak bola terbaik di dunia, Cristiano Ronaldo juga sebenarnya pernah memainkan permainan sepak bola api di Indonesia. "Ronaldo pernah memainkannya di Bali," kata pria yang juga pegiat permainan tradisional tersebut.

Permainan sepak bola api Cristiano Ronaldo yang dimaksud tersebut adalah permainan saat bintang Real Madrid tersebut membintangi sebuah iklan minuman berenergi di Bali untuk piala dunia 2006. Dalam iklan tersebut, Ronaldo diceritakan melihat masyarakat setempat bermain bola api dengan bertelanjang kaki namun tampak ragu untuk ikut bermain. Hingga kemudian berani bermain setelah meminum minuman berenergi.

Mustofa yang malam itu juga mengenakan jersey tim nasional Indonesia menjelaskan bahwa untuk bermain sepak bola dengan cara yang cukup ekstrim tersebut membutuhkan tempurung kelapa yang telah dilapisi minyak. Minyak itulah yang kemudian mampu membuat tempurung kelapa menyala saat disulut api. Dalam kompetisi malam itu, dirinya bersama panitia menyiapkan sepuluh tempurung kelapa.

Kompetisi yang baru pertama kali digelar itu diikuti sekitar 30 pemuda setempat dan dibagi menjadi delapan tim yang terdiri dari 3 orang pemain. Setiap pertandingan berlangsung selama lima menit dengan dua babak.

Pembina Karang Taruna RT. 04 / RW.02 Simokerto, Kenjeran Surabaya, Mustofa (Foto: Bagus DR/GNFI)
info gambar

"Kami pakai kompetisi sistem gugur. Tim yang menang langsung melaju ke babak berikutnya, begitu seterusnya hingga babak final. Semuanya berlangsung dalam satu malam ini saja," jelas pemuda alumnus Politeknik Elektronika Negeri Surabaya itu.

Para pemain pemain tampak serius bermain bola api, seakan-akan mengabaikan betapa panasnya api yang mereka mainkan dengan telanjang kaki itu. Tidak jarang gerakan menggiring, mengoper dan menendang bola api ke arah gawang lawan dilakukan tanpa ragu-ragu. Hasilnya, bola api menggelinding masuk ke dalam gawang kecil dan gol! Penonton yang kebanyakan dari warga setempat bersorak.

Permainan bola api ini ternyata tidak hanya sekadar tentang sebuah kompetisi namun ternyata ada kisah teladan dibaliknya. Mustofa menjelaskan bahwa dibulan Ramadhan, seluruh umat Islam diwajibkan untuk menahan hawa nafsu dan api diibaratkan sebagai hawa nafsu yang harus ditaklukkan.

"Kami juga berusaha meneladani kisah dari Nabi Ibrahim yang diceritakan bahwa saat beliau dihukum oleh raja Namrud dengan dibakar, dengan kuasa Allah bukannya terbakar beliau malah mengalami kedinginan," ungkap Mustofa.

Bola api terbuat dari tempurung kelapa (Foto: Bagus DR/GNFI)
info gambar

Berangkat dari kisah itulah kemudian Mustofa bersama rekan-rekannya di Karang Taruna berusaha untuk menyemarakkan bulan Ramadhan dengan cara yang berbeda. Mustofa berharap permainan ini bisa lestari dan bisa dimainkan setiap tahunnya di Kampung Kenjeran.

"Tahun depan kami ingin mengadakan kompetisi serupa. Agar salah satu jenis permainan tradisional ini tetap lestari," pungkas pemuda yang juga penggagas Komunitas Kampoeng Dolanan di Surabaya itu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini