Mahasiswi UNAIR Ciptakan Lem Untuk Bedah Jantung. Bahan yang Digunakan Mengejutkan

Mahasiswi UNAIR Ciptakan Lem Untuk Bedah Jantung. Bahan yang Digunakan Mengejutkan
info gambar utama

Kreatifitas mahasiswa Indonesia tiada habisnya untuk memberikan ide solusi terhadap permasalahan yang ada di masyarakat. Seperti yang satu ini, berkat Program Kreatifitas Mahasiswa 2016-2017 sebuah ide untuk mewujudkan teknologi lem untuk bedah kebocoran jantung mulai dikenal. Lem tersebut merupakan karya dari mahasiswa Universitas Airlangga yang ternyata dibuat menggunakan bahan dasar lendir siput (Achtina sp.).

Sebagaimana diberitakan Berita UNAIR, karya inovatif tersebut merupakan karya dari mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR. Karya tersebut diikutkan dalam PKMPE (Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian Eksakta) oleh Juliani Nurazizah Setiadiputri, Hana Zahra Aisyah, Putri Nurfriana Ramadhani, Putri Desyntasari dan Diana Fitri.

Dibawah bimbingan dosennya, Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M. Kes., S. Bio.CCD., Juliani dkk. mengajukan proposal penelitian tentang Surgical Glue berbasis Polyglycerol Sebacic Acid dan Mucus Achatina sp. Senyawa ini digunakan sebagai agen adhesif untuk kebocoran jantung pada Bayi. Proposal ini dinyatakan lolos oleh Kemenristekdikti dan berhak menerima dana penelitian.

Penyakit jantung bocor menurut Juliani, sering terjadi pada anak-anak. Wujudnya berupa abnormalitas struktur makroskopis jantung atau pembuluh darah besar intratoraks. Padahal pembuluh ini mempunyai fungsi pasti atau potensial yang penting.

Juliani menjelaskan, penyebab abnormalitas jantung bawaan ini diduga antara lain karena berbagai macam jenis obat yang dikonsumsi ibu saat hamil, penyakit dari sang ibu itu sendiri, paparan sinar rontgen, dan juga penyakit genetik lainnya. Solusi yang kerap digunakan untuk menangani masalah ini adalah dengan tindakan operasi.

Tim PKMPE yang membuat inovasi lem bedah (Foto: news.unair.ac.id)
info gambar

Namun dalam pengamatan Juliani, dalam tindakan operasi abnormalitas jantung ini cara yang umum dilakukan adalah dengan sutures (jahitan) ataupun staples. Sayangnya penggunaan metode ini seringkali menimbulkan berbagai permasalahan lain dikarenakan sutures dan staples biasa dilakukan pada jaringan organ. Sehingga untuk proses penyembuhan membutuhkan waktu yang lama, menyebabkan luka pada jaringan di sekitarnya dan tidak tahan air.

Berangkat dar permasalahan itulah kemudian kelima mahasiswa program studi S1 Teknobiomedik FST UNAIR berusaha menawarkan solusi lain berupa surgical glue berbasis lendir siput. Bahan ini dipandang sebagai bahan yang alami dan mudah ditemukan di Indonesia.

Surgical glue yang mereka kembangkan diklaim memiliki elastisitas yang baik, sehingga dapat beradaptasi dengan pergerakan dinamis pada jaringan organ. Selain itu lem ini memiliki taraf biokompatibilitas yang sangat baik, biodegradabel, memiliki kekuatan adhesi yang tinggi, dan resisten terhadap tekanan terutama yang disebabkan oleh cairan di dalam tubuh. Tidak hanya itu, lendir siput juga dianggap memiliki sifat anti-bacterial.

”Kami berusaha ingin dapat menciptakan suatu inovasi dalam bidang kesehatan, sehingga Indonesia yang saat ini menjadi konsumen, perlahan-lahan dapat menjadi negara produsen di berbagai aspek. Kami berharap surgical glue yang kami buat ini dapat menjadi salah satu bukti bahwa mahasiswa Indonesia mampu menunjukkan inovasi-inovasinya, terutama di bidang kesehatan,” ujar Juliani.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini