Desainer Indonesia ini Merajai Retail Fashion Internasional

Desainer Indonesia ini Merajai Retail Fashion Internasional
info gambar utama

Fenwick Department Store adalah salah satu fashion retail tertua di Inggris yang telah berdiri sejak 1882 di Bond Street, London. Sebelum melangkahkan kaki kedalam toko ini, saya yakin bahwa merogoh kocek sedalam apapun, saya tidak akan sanggup membeli barang-barang yang dijual di toko busana ini.

Ketika berada di lantai teratas Fenwick, ada sebuah ruang paling besar untuk memamerkan sebuah koleksi busana wanita yang terlihat sederhana namun berkelas yang mencuri perhatian saya. Nama desainer Wilsen Willim terpampang dengan jelas, ditambah beberapa tag label koleksi terbaru.

Ruang untuk memamerkan karya Wilsen Willim ini, terletak satu lantai dengan karya desainer internasional terkenal lainnya seperti Calvin Klein, Kate Spade, Hugo Boss, dan Paul Smith.

Jika tidak mengenal Wilsen beberapa bulan yang lalu, saya pasti akan sangat terkejut dan bangga jika mengetahui desainer yang memiliki ruangan paling besar dibandingkan desainer kaliber dunia lainnya ini adalah seseorang yang memiliki kewarganegaraan Indonesia.

"Prestasi ini didapatkan Wilsen setelah menjadi salah satu desainer yang koleksinya paling cepat terjual di Fenwick," ujar Kendall Robbins, Fashion Programme Manager, British Council United Kingdom, sebagai pakar fesyen yang sering menyelenggarakan program fesyen internasional ketika ditemui beberapa waktu lalu.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Selain di Fenwick Department Store, London, Inggris, koleksi Wilsen juga tersedia di Boutique 51, Kairo, Mesir, dan Ganash Boutique, Kuwait City, Kuwait.

Ternyata ini adalah sebagian kecil dari prestasi Wilsen Willim. Pada Maret 2016 lalu, ia berhasil keluar menjadi juara pertama Harper’s BAZAAR Asia Newgen Fashion Award 2016 di Jakarta. Berkat prestasinya ini, ia berhak membawa koleksinya ke Singapore Fashion Week 2016 Bulan Mei kemarin.

Tidak sampai disitu saja, di tahun yang sama Wilsen juga dua kali dapat memamerkan dan menjual koleksinya pada Showroom Paris Fashion Week.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Sejalan dengan rentetan prestasinya, Wilsen Willim juga terus berusaha untuk menegakkan etika dalam menghasilkan karya sebagai desainer.

Ia berusaha yang terbaik untuk memberikan kesejahteraan pada para komunitas penjahit yang membantu Wilsen dalam mengerjakan setiap rancangannya. Serta, mengurangi berbagai dampak buruk yang diberikan kepada lingkungan hidup di sekitarnya sebagai imbas dari kegiatan produksi pakaian yang ia jalankan. Saat ini topik tersebut lebih dikenal dengan sebutan fashion sustainability.

Saya masih teringat jelas kejadian tiga bulan yang lalu ketika pertama kali bertemu Wilsen.

Ia mengambil sebuah pena dan mencari kertas kosong, lalu mulai menggambar sambil menunjukkannya kepada saya, “Bayangkan jika aku mau menggambar pola di sini, nantinya akan ada bahan sisa yang bentuknya aneh dan tidak bisa digunakan.”

“Namun, kalau aku menggambar polanya di sini, aku bisa mendapatkan bagian yang lebih panjang. Jadinya, sisa bahan itu bisa aku gunakan untuk membuat hal yang lain. Contohnya, origami dari sisa bahan yang sekarang sering aku buat.”

Meskipun telah menorehkan beragam prestasi, Wilsen masih tetap teguh menjunjung etika-etika untuk menjamin keberlangsungan kehidupan disekelilingnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini