Budidaya Lalat Yang Sedang Ngetren di Kalangan Peternak

Budidaya Lalat Yang Sedang Ngetren di Kalangan Peternak
info gambar utama

Siapa yang tidak kenal lalat, serangga kecil yang sering beterbangan disaat kita makan siang atau di kerumunan sampah. Banyak diantara kita yang tidak menyukai lalat bahkan membencinya. Mengapa? Seperti yang kebanyakan kita raskan, keberadaan lalat cukup menganggu bahkan kita terkadang kesal dan bingung mengapa dan untuk apa lalat ada di dunia.

Tetapi sekali lagi, sebenci-bencinya kita terhadap lalat. Tuhan YME menciptakan setiap makhluk hidup pasti ada manfaatnya. Bahkan terkadang manfaatnya tak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seperti yang terjadi baru-baru ini di Situbondo, Jawa Timur. Lalat Hitam yang biasa menganggu kita kini semakin giat dibudidayakan. Pemerintah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur akan mengembangkan pembudidayaan lalat tersebut untuk nantinya dijadikan makanan bagi ternak di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.

"Inovasi pengembangan bahan organik untuk budi daya lalat hitam sudah mempelajari teknologinya dan kedepan tinggal belajar bagaimana budi daya lalat pada daerah-daerah lain yang telah melakukannya terlebih dahulu," ujar Bupati Situbondo Dadang Wigiarto di Situbondo, Sabtu (5/8/2016).

Sebelumnya, pada tahun 2014 Mantan Deputi Menteri BUMN, Agus Pakpahan sempat pula mengembakbiakan lalat untuk dijadikan pakan ternak.

”Mungkin saya ini termasuk aneh. Sebab, latar belakang pendidikan saya manajemen sumber daya alam, tapi sekarang malah meneliti lalat,” katanya ketika ditemui Jawa Pos Radar Jember di rumahnya di Jakarta pada tahun 2014.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Pemikirannya tentang lalat bermula dari fakta bahwa orang Indonesia ternyata kurang mengonsumsi makanan yang berprotein tinggi. Selain itu pada Ibu hamil juga nyatanya harus mengonsumsi 200 mg yodium

”Lalu saya berpikir, harus ada pakan ayam dan ikan yang tinggi yodium. Mengapa ayam dan ikan? Karena ayam dan ikan sumber protein yang relatif murah,” kata Agus.

Setelah tak lagi menjadi deputi menteri BUMN, Agus beternak bebek di Bogor. Saat itulah dia menambahkan yodium dalam pakan bebeknya. ”Indonesia tidak akan maju kalau tidak punya pabrik pakan ternak yang murah dan tinggi protein,” tandas Agus.

Tidak sembarangan, lalat yang digunakan untuk pakan ternak nantinya adalah lalat tropis dengan nama latin Hermetia illucens atau yang dikenal dengan sebutan black soldier flies, lalat tentara hitam. Lalat jenis ini tidak mengandung penyakit dan tidak menjadi vektor (perantara, Red) penyakit.

Seperti dilansir oleh JPNN, keunggulan Lalat Tentara Hitam ini yaitu ia dikenal tahan banting dan makan banyak, kandungan protein larva dan prepupanya mencapai 45 persen, lemaknya 35 persen, dan asam aminonya lengkap. Selain itu, lalat tersebut mengandung zat kitin yang baik untuk pupuk, kemampuan berkembang biaknya cepat, dan hidup di iklim tropis.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Cara mengembangbiakan lalat ini yaitu dengan menyiapkan ruang berjaring untuk mencegah lalat berkeliaran.

Di dalamnya disiapkan kotak sampah dari rangka kayu yang diberi saringan. Dari tempat itu nanti muncul belatung yang biasa disantap lalat. Sedangkan bagian atas tempat itu diberi potongan-potongan kardus sebagai tempat lalat bertelur. Telur di rongga-rongga kardus tersebut nanti jatuh dan ditampung sampai menjadi larva.

Larva yang menjadi prepupa itulah yang mengandung protein sampai 45 persen, lemak 35 persen, dan asam amino lengkap. Prepupa trsebut akan diolah menjadi pakan ternak.


Sumber: JPNN | ANTARA

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini