3 Kota Ini Pernah Menjadi Ibukota, yang Pasti Berkaitan Erat dengan Sejarah Kemerdekaan

3 Kota Ini Pernah Menjadi Ibukota, yang Pasti Berkaitan Erat dengan Sejarah Kemerdekaan
info gambar utama

kota Jakarta berkaitan erat dengan sejarah kemerdekaan Indonesia. Dulu bernama"Batavia”, Jan Pieterzoon Coen yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-4 dan ke-6lah yang membangunnya. Batavia dibangun dengan sistem seperti kota-kota di Belanda dan berhasil menjadi kota modern dengan gedung-gedung megahnya.

Namun, Batavia ternyata belum layak menjadi tempat pusat pemerintahan nasional. Lalu Gubernur Jendral J.P Graaf Van Limburg memindahkan pemerintahan ke kota Bandung. Perpindahan itu tak berlangsung lama, nama “Batavia” mulai dihapus dari peta sejarah saat balatentara Jepang datang ke Indonesia. Batavia berganti nama menjadi “Jakarta” sesuai dengan keinginan para tokoh nasionalis.

Pada 17 agustus 1945, Jakarta menjadi kota proklamasi. Sejak merdeka, pemerintahan belum menetapkan Kota jakarta menjadi Ibu Kota Indonesia. Dalam pengesahan Undang-Undang (UUD) 1945 yaitu pada tanggal 18 Agutus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tidak menetapkan Jakarta sebagi ibukota. Di dalam bab II UUD 1945 menyatakan “Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara”, tanpa menyebut “Jakarta” sebagai ibukota.

Baru pada 1960-an Jakarta mendapat status Daerah Khusus Ibukota melalui Penetapan Presiden No. 2 tahun 1961 dan kemudian UU No. 10 tahun 1964.

Sebelum penetapan Jakarta sebagai ibukota, pusat pemerintahan berpindah-pindah ke kota yang dianggap aman dari para penjajah. Beberapa kota di Indonesia ini pernah menjadi ibukota negara dengan tempat-tempat bersejarah tentang kemerdekaan.

  1. Daerah Istimewa Yogjakarta

Yogyakarta adalah kota yang resmi menjadi pusat pemerintahan pada 4 Januari 1946. Namun pusat pemerintahan kembali terancam ketika Belanda menggelar agresi militer II. Belanda menduduki Yogyakarta serta menangkap presiden, wakil presiden, dan sejumlah anggota kabinet. Dalam tempo seminggu, hampir semua kota penting di tanah air juga jatuh ke tangan Belanda.

Dari peristiwa tersebut, di kota Yogyakarta terdapat banyak tempat wisata bersejarah. Salah satunya adalah di area Tugu Nol Kilometer, terdapat peninggalan yang sangat penting bagi negara Indonesia, mulai dari Benteng Vredeburg, Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, hingga gedung BNI 46 yang merupakan gedung bank pertama Indonesia.

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 di Daerah Istimewa Yogyakarta | Yogyakarta. panduanwisata.id
info gambar
  1. Bukittinggi, Sumatera Barat
Jam Gadang adalah landmark kota Bukittinggi dan provinsi Sumatra Barat di Indonesia | tribunnews.com
info gambar

Bukittinggi adalah kota pilihan kedua untuk menjadi ibukota. Kota ini juga menjadi kota perjuangan pada masa perjuagan kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam sejarah tercatat bahwa dari bulan desember 1948 hingga bulan juni 1949 ditunjuk sebagai Ibu Kota Pemerintahan darurat Republik Indonesia ( PDRI ), setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.

Bukittinggi juga merupakan kota kelahiran Bung Hatta. Di sana terdapat Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta, tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta No. 37. Rumah itu adalah rumah milik nenek Bung Hatta dengan interior dan eksterior yang masih terjaga keasliannya.

  1. Banda Aceh, Aceh
Ilustrasi Pendopo Kabupaten Bireuen adalah tempat pengasingan Presiden Soekarno selama seminggu | soalaceh.tumblr.com
info gambar

Pada 18 juni 1948 Aceh juga pernah menjadi ibukota negara, tepatnya di kota Bireuen, terletak di pesisir Utara Provinsi Aceh. Bireuen dikenal semasa agresi Belanda pertama dan kedua (1947-1948) dalam upaya mempertahankan Republik Indonesia (RI) dari penjajah. Hanya selama satu minggu aktivitas pemerintahkan dipusatkan di Beruen.

Presiden Soekarno pernah menyampaikan permintaan agar rakyat Aceh menyumbang dua pesawat terbang untuk Republik. Dengan sumber dana obligasi rakyat Aceh, yakni Pesawat Seulawah I dan Seulawah II. Kedua pesawat terbang sumbangan rakyat Aceh itu adalah sebagai cikal bakal pesawat Garuda Indonesia Airways saat ini.

Selain itu, pada 20 Desember 1948 terdapat peristiwa mengenai Radio Rimba Raya. Radio milik DivisiX Komandemen Sumatera Utara yang berhasil mengudara ke seluruh dunia untuk memblokade siaran radio Hervenzent Belanda di Batavia yang mengatakan Indonesia sudah musnah. Dan Radio Rimba Raya adalah cikal bakal Radio RRI saat ini.

Monumen Pesawat Dakota RI-001 Seulawah ( Airways) di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh | kebudayaan.kemdikbud.go.id
info gambar


Sumber: diambil dari beberapa sumber

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini