Bersatunya Pemuda Islam dan Katolik dalam Asian Youth Day

Bersatunya Pemuda Islam dan Katolik dalam Asian Youth Day
info gambar utama

Pemuda Islam hadir dalam perayaan ekaristi pemuda Katolik. Itu mungkin pemandangan yang langka di Indonesia. Meskipun langka bukan berarti tidak mungkin, kan? Kenyataannya memang itulah yang terjadi dalam kegiatan Asian Youth Day (AYD) Agustus lalu di Yogyakarta. Sekedar informasi, Asian Youth Day merupakan kegiatan 3 tahunan yang mempertemukan orang muda Katolik dari negara-negara di Asia, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Timor Leste, Taiwan, Mongolia, Korea Selatan, dan masih banyak lagi, termasuk Indonesia. Ini adalah kali ketujuh AYD diselenggarakan dan Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah.

Adalah hal yang luar biasa ketika melihat rombongan pemuda Islam memasuki hall tempat penyelenggaraan ekaristi dan lantas bergabung dengan pemuda Katolik. Luar biasa karena di tengah “peperangan” antara umat Islam dan umat Nasrani yang semakin memanas karena kasus yang menimpa salah seorang mantan gubernur, masih ada sekelompok pemuda Islam yang dengan terbuka mau bergabung dalam kegiatan umat Katolik. Dengan tertib para pemuda Islam itu mengikuti seluruh prosesi perayaan ekaristi dari awal hingga akhir. Ketika pemuda Katolik duduk, mereka ikut duduk dan ketika pemuda Katolik berdiri, mereka pun ikut berdiri. Mereka memang tidak mengerti maksud semua itu, namun mereka tetap menghormati.

Seusai mengikuti perayaan ekaristi pemuda Islam dan Katolik menuju bus untuk melakukan visitasi ke tempat-tempat tertentu, seperti seminari, museum misi, sekolah Katolik, dan gereja. Di dalam perjalanan para pemuda Islam melakukan sharing. Salah seorang pemuda Katolik yang berada satu bus dengan saya bertanya kepada mereka hal yang sepertinya juga menjadi pertanyaan sejuta umat, yakni mengapa banyak sekali teroris di dunia ini yang membenarkan tindakan mereka atas nama Islam. Dengan tegas sepasang pemuda-pemudi Islam mengatakan bahwa ajaran Islam tidak mengenal terorisme. Jika para teroris mengatasnamakan Islam, maka mereka bukanlah pengikut Islam yang benar. Sebaliknya para teroris itu tidaklah beragama. Ya, memang benar bahwa agama apapun tidak pernah mengajarkan tindak kekerasan atau terorisme. Untuk menunjukkan kesetiaan kita terhadap agama yang kita anut, tentu bukan dengan melakukan suatu tindakan yang merugikan orang lain, melainkan dengan berbuat kebaikan bagi orang lain.

Kecerian seorang pemuda Islam di tengah para pemuda Katolik
info gambar

Sharing tersebut terus berlanjut hingga tak terasa bus sudah tiba di tempat tujuan. Setibanya di tempat kunjungan pemuda Islam dan Katolik lantas mengeksplorasi tempat itu bersama-sama dan selanjutnya kembali ke main venue. Melalui kegiatan pada hari itu telah terjalin suatu keakraban yang indah antara pemuda Islam dan pemudaKatolik. Salut dengan para pemuda Islam tersebut yang tidak terbawa arus “peperangan”, melainkan mau membuka diri untuk terlibat bersama para pemuda Katolik. Mereka tidak menganggap umat Katolik sebagai musuh, melainkan sebagai teman bahkan saudara. Semoga saja sikap seperti ini bisa menular ke pemuda-pemudi yang lain, yakni sikap yang mau bersatu di tengah perbedaan. Terima kasih AYD 2017 yang tidak hanya menyatukan pemuda-pemudi Katolik yang berasal dari negara yang berbeda, namun juga menyatukan pemuda-pemudi Katolik dengan pemuda-pemudi Islam. SALAM JOYFUL! JOSSS!


Sumber: dokumentasi pribadi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini