Narasi Warna-Warni Jodipan

Narasi Warna-Warni Jodipan
info gambar utama

Budaya merupakan sebuah elemen kasat mata dari kebiasaan dan keunikan dari sebuah kondisi. Budaya juga membentuk sebuah konsep sejarah bagi manusia yang memiliki sifat alamiah yang berperan dalam pembentukan budaya itu sendiri. Pada perkembangannya, integrasi dan perpaduan budaya lama dengan budaya yang diciptakan oleh masyarakat zaman sekarang mendorong pembentukan ketertarikan baru bagi manusia lainnya. Indonesia salah satu bangsa dengan limpahan keberagaman budaya mendapatkan dampak positif terhadap budaya-budaya baru ciptaan masyarakat millennial.

Deskripsi budaya yang saat ini dipahami masyarakat tidak terbatas dengan kegiatan dan karya seperti tarian, lukisan, dan atau senandung syair lagu. Lebih dari itu, masyarakat Indonesia modern memahami makna budaya adalah suatu kegiatan yang dapat menjadi daya tarik baru dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Salah satu yang saat ini sedang menjadi populer dan telah meresap hingga seluruh lapisan masyarakat adalah budaya aktualisasi diri. Menurut Maslow (1943) manusia membutuhkan ruang dan tempat untuk memenuhi kebutuhan psikis yang berupa aktualisasi diri.

Aktulisasi diri bagi masyarakat Indonesia dapat dilakukan melalui banyak hal dan beberapa aktifitas di antaranya adalah berswafoto dan menceritakan kisah unik di balik gambar yang terbidik. Selain itu, aktualisasi diri masyarakat dapat dibangun dan dibentuk melalui implementasi poin-poin ideologi bangsa seperti gotong-royong dan integritas untuk menciptakan sesuatu hal yang baru. Hal-hal positif akan selalu tercipta dari sebuah kebudayaan yang diciptakan sepanjang usia manusia. Berswafoto dan bercerita yang secara tersirat menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat membutuhkan media fasilitas untuk dapat disalurkan.

Jodipan merupakan sebuah kampung renik yang tersulap dan menjadi saksi bagi masyarakat Malang untuk mencatat sebuah sejarah era-modern. Berawal dari keinginan sekelompok pemuda yang ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan bantaran sungai, kini Jodipan mengambil peran yang lebih luas untuk mencatat diri dalam sejarah dan kebudayaan Malang. Melalui frasa warna-warna dan goresan garis dinding, Jodipan bernarasi bahwa masyarakat merasa aman, damai, dan tentram tinggal bersama dalam sebuah lingkungan renik yang menyenangkan. Sejatinnya gambar dan warna pada lingkungan tinggal saat ini merupakan bagian dari public art yang merepresentasikan bagaimana masyarakat membangun kehidupan sosial. Frasa warna-warna dan mural Jodipan mengelaborasi perubahan sikap dan kebiasaan masyarakat Jodipan untuk dapat berubah dengan lagam menumbuhkan pemahaman dengan media aktualisasi diri manusia itu sendiri melalui seni.

Rajutan warna dan mural Jodipan menumbuhkan inovasi dan gagasan-gagasan baru untuk membuat sejarah baru melalui pengalaman manusia modern. Saat ini, setidaknya terdapat enam kampung warna-warni yang tersebar di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan (Liputan 6, 2017). Terciptanya karya kampung warna-warni ini bukan hanya sekedar sebuah tren semata, namun juga dapat ditelisik dari segi historisnya. Melalui penciptaan kampung warna-warni kebutuhan pemenuhan psikis masyarakat sekitar lingkungan kampung warna dapat terpenuhi sehingga dapat menunmbuhkan masyarakat madani.

Sejatinya Indonesia kaya melalui berbagai rupa kebudayaan tidak hanya budaya yang nampak secara kasat mata, namun juga kebudayaan yang terinterpretasi dari semboyan negara yang salah satunya adalah hidup gotong-royong. Warna-warni Jodipan juga menuturkan bahwa dengan kerjasama dan integrasi yang baik, masyarakat akan tumbuh bersama dan menciptakan budaya yang elok. Penciptaan kampung warna-warni adalah sebuah upaya perubahan pada lingkungan tertentu yang bersifat sukarela. Bekerja secara sukarela juga merupakan krakteristik khas yang dimiliki masyarakat Indonesia. Sukarela tidak terbatas hanya sebagai ciri khas, namun sukarela yang sering disebut volunteer telah menjadi sebuah bagian dari struktur kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Kampung Warna-Warni Jodipan diciptakan bermula dari rasa tanggungjawab mahasiswa yang sering dideskripsikan sebagai makhluk sosial yang berkewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat untuk kemajuan bangsa. Semangat bersukarela dan mengabdi kini membuahkan hasil yang membanggakan, seluruh lapisan masyarakat dapat bersatu dan meningkatkan kualitas hidup melalui usaha dan kerja keras yang terintegrasi. Indonesia akan terus berbangga dengan pribumi yang terus bekerja keras dengan melestarikan budaya semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika yang menyatukan semua perbedaan menjadi satu dan tepadu. Tulisan ini cukup sulit bagi saya untuk diakhiri tanpa rasa bangga menjadi Indonesia dan berbanggalah menjadi Indonesia!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini