Monjali Menyimpan Saksi Bisu Perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman

Monjali Menyimpan Saksi Bisu Perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman
info gambar utama

Dalam keadaan sakit parah, tetap memaksakan diri bergerilya melawan Belanda. Bukan materi yang beliau kejar, bukan gaji besar maupun fasilitas. Perjuangannya semata-mata untuk Indonesia. Saksi bisu perjuangannya kini terpajang rapi di Monumen Jogja Kembali (Monjali) di sisi utara Yogyakarta. Menyaksikan jejak-jejak perjuangan yang tersimpan di monumen berbentuk seperti tumpeng tersebut. Memiliki luas total 5 hektare dengan tinggi bangunan monumen 32 meter. Di dalamnya tersimpan ribuan koleksi benda-benda atau dokumentasi perjuangan masa lalu. Sebagian koleksi merupakan benda keramat dan jadi simbol era perjuangan.

Bertandang ke Monjali, kita akan menemukan salah satu peninggalan penting dari pahlawan bangsa, adalah tandu milik Jenderal Soedirman. Tandu ini berada di ruang Museum II Monjali, diletakkan bersama dengan sebuah dokar beserta alat makan. Ketiga benda ini pernah digunakan Jenderal Soedirman semasa perang bergerilya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar
Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar


Kepala Bidang Humas dan Pemandu Monjali, Abdul Rouf menuturkan tandu yang saat ini menjadi bagian dari koleksi itu didapatkan dari warga Wonosari yang menyimpan dan sudah dirawat selama 68 tahun oleh pihak museum. Menempuh jarak 1.009 kilometer dengan waktu tempuh 7 bulan. Selama bergerilya, Jenderal Soedirman total menghabiskan 11 buah tandu. Dari tandu itu, ribuan kisah dapat diceritakan kepada generasi muda. Salah satunya peristiwa Serangan Umum 1 Maret.

Jenderal Soedirman melakukan perang gerilya dengan ditandu. Semasa perang kemerdekaan, meski dalam kondisi sakit paru, Panglima Besar pertama Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu tetap bersama pasukannya. Seperti yang dilansir dalam tribunnews.com, bahwa Abdul Rauf mengatakan tandu yang menjadi koleksi Monumen Jogja Kembali ini asli bukan replika, dan merupakan tandu pertama yang digunakan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman saat bergerilya dari Bedoyo, Wonosari hingga Eromoko, Wonogiri.

Selama perjalanan bergerilya, Jenderal Soedirman tidak selamanya menggunakan tandu, pernah juga jalan kaki, naik dokar hingga mobil, tergantung situasi medan yang dilewati. Salah satu dokar yang pernah dinaiki Panglima Besar Jenderal Soedirman bersama ajudannya Kapten Suparjo Rustam dengan jarak tempuhnya sekitar 17 km dari Wonosari sampai Semanu. Dan yang mengagumkan bahwa dokumentasi kata-kata pembakar semangat yang pernah diucapkan ataupun ditulis Jenderal Soedirman, termasuk foto-foto selama bergerliya juga terpajang di Monumen Jogja Kembali.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Konstruksi tandu yang digunakan Jenderal Soedirman terbilang sangat sederhana, yakni terbuat dari kursi dan kayu yang diikat tali. Bagian atas kursi dibuat atap dari kain. Di bawah sisi depan diberi pijakan kaki dan kedua sisi disambung dengan kayu panjang sebagai tempat untuk pemikul.

Museum sangat merawat peninggalan bersejarah ini, salah satunya dengan teknik fumigasi yang menggunakan zat kimia. Teknik bertujuan menjaga agar kain tandu tersebut tidak sobek. Menjaga peninggalan perjuangan pahlawan sama dengan ikut menjaga peninggalan leluhur serta mengabadikan agar tetap terkenang untuk diwariskan kepada generasi mendatang, sebagai bentuk apresiasi atas perjuangan yang tak pernah bisa terbayarkan.


Sumber: merdeka.com | tribunnews.com | regional.kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini