Lifia Teguh : Cinta Indonesia Dalam Balutan Musik Piano

Lifia Teguh : Cinta Indonesia Dalam Balutan Musik Piano
info gambar utama

Lifia Teguh, mahasiswi jurusan Piano Performance di Portland State University, di Portland, Oregon, bercita-cita menjadi musisi yang dapat memberdaya-gunakan mantan pekerja seks dan anak-anak terlantar. Lifia juga serius memperkenalkan Indonesia melalui medium piano kepada publik Amerika.

Lifia datang ke Amerika Serikat untuk melanjutkan Bachelor of Music di PSU pada tahun 2014. Dia saat ini
seorang pemimpin di PERMIAS PDX (Organisasi Mahasiswa Indonesia). Dengan bergabung dengan ICSP dia berharap memperluas cakrawala budaya lainnya dan mendapatkan lebih banyak pengalaman. Melalui ICSP dia juga ingin mengenalkan budaya Indonesia yang unik dan beragam ke seluruh dunia. Oleh karena itu, dia bisa berbagi pengetahuan dan antusiasme untuk musik, budaya, dan seni pertunjukan, dengan orang-orang yang juga bersemangat untuk mempelajarinya.

Mimpinya adalah mengarahkan dan menghasilkan pertunjukkan yang mengkolaborasikan budayanya dengan budaya populer / barat. Tarian Jawa (aksara Jawa), komposisinya yang mengubah suara piano menjadi gamelan diakui secara luas oleh TV, majalah, dan surat kabar nasional dan secara internasional ditayangkan perdana di Italia. Dia bersyukur atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya dan percaya bahwa rencana Tuhan untuknya sempurna. Belum lama ini, Lifia menampilkan sebuah pertunjukkan piano dengan teknik unik seperti wawancaranya dengan voa indonesia :

"Tarian Jawa (musik ciptaan Lifia) itu memakai teknik yang namanya prepared piano. Jadi pianonya diberi alat gitu jadi supaya bisa jadi suara alat lain. Lifia dari Indonesia jadi pikirnya kalo ga bisa bawa gamelan 1 set saya bisanya main piano kan, jadi saya ubah piano jadi gamelan", ujar Lifia.

Dengan lincah, jari-jarinya memainkan lagu tarian jawa ciptaannya. Mahasiswi PSU jurusan piano performance ini bereksperimen dengan menggunakan benda seperti sendok, kipas dan gelang untuk menciptakan efek suara gamelan seperti gong dan bonang. Pianis muda ini mencoba memperkenalkan Indonesia dengan mengedepankan karakter musik Jawa melalui medium musik piano. Lifia yang berasal dari kota Surabaya ini sudah belajar piano sejak usia 3 tahun.

"Saya benar-benar cinta musik, karena dalam musik saya mendaptkan kebebasan terhadap apa yang saya suka dan dapat memberikan hiburan bagi orang-orang", pungkasnya.

Lagu 'gundul-gundul pacu'l ia arasemen ulang dan diberi judul 'dendang gado-gado' yang dipadukan dengan musik klasik dan musik blues. Arasemennya diciptakan saat akan tampil dalam konser Indspire (Inspiration for Indonesia) Musical Concert, yang digagasnya bersama beberapa teman mahasiswa musik. Konser yang diadakan 2016 lalu di Surabaya ini ditujukan untuk mengumpulkan dana pendidikan musik bagi perempuan mantan pekerja seks komersial dan anak-anak kurang mampu.

"Dan juga mendirikan sekolah dan yayasan sekaligus company yang mempekerjakan eks PSK dan juga anak-anak yang kurang mampu seperti pengamen jalanan atau pengemis yang sebenarnya secara seni sangat berbakat dan bertalenta tapi mereka tidak punya kesempatan untuk memiliki pendidikan yang baik dibidang tersebut," jelas Lifia.

Lifia yang bercita-cita menjadi pianis, composer, arranger ingin mengemas pertunjukkan seni yang memadukan music, seni tari dan teater dengan memasukkan unsur-unsur Indonesia. Baru-baru ini Lifia juga diundang mewakili Indonesia pada Piano Workshop di Polandia. Ia bahkan terpilih dari sekitar 80 peserta pelatihan untuk tampil dikonsernya. Apakah membuat Lifia begitu konsisten mendalami musik piano ?

"Just follow your passion and your heart, kalau memang anda karirnya dibidang musik, pasti ga bisa hidup tanpa music. Jadi pasti ada dorongan yang kuat, yang membuat kalian bisa mengalahkan segala rintangan untuk berkarya dibidang itu dan pasti Tuhan buka jalan", tegas Lifia

Sementara itu, "Tarian Jawa" adalah hasil sebuah komposisi yang ada suara gamelannya, dengan tujuan ingin menonjolkan budaya Indonesia. Lifia bercerita bahwa saat konser di beberapa kota di Italia pada 2009, Lifia saat itu berpikir tidak mungkin bawa alat gamelan. Kemudian muncul idenya untuk menciptakan suara di pianonya. Akhirnya Lifia mencoba meletakan beberapa benda di atas string piano.

"Untuk mendapatkan suara krincing-krincing dari piano. Saya menaruh kunci, tapi, kok, suaranya aneh? Lagi pula kunci, kan, berat. Takut string pianonya putus. Lalu saya coba pakai lonceng. Asumsinya, lonceng bisa mengeluarkan suara krincing-krincing. Nyatanya, string piano malah tidak bisa bunyi. Lalu saya letakkan gelang tangan untuk tari remo. Untuk memperoleh suara bonang, awalnya saya taruh kertas dan kaleng. Lagi-lagi suaranya aneh. Malah tidak merdu sama sekali. Lalu saya iseng menaruh kipas lipat yang terbuat dari kayu cendana. Saya juga menaruh sendok, bola pingpong, dan kotak permen untuk mendapatkan suara alat-alat gamelan lainnya. Dari penampilan saya di 4 kota di Italia: Villa Crisicione, Piazza Pola Ragusa, Cessena, dan Rimini, setelah ditotal saya berhasil jadi juara umum", cerita Lifia saat wawancaranya pada majalah Nova.



Sumber: voa indonesia | nova.grid.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini