Pala Oh Pala, Warisan untuk Indonesia

Pala Oh Pala, Warisan untuk Indonesia
info gambar utama

Indonesia dikaruniai sumber daya alam yang begitu melimpah, termasuk rempah-rempah yang berguna menambah cita rasa dan aroma pada masakan. Sementara di belahan dunia lain, ia berguna menghangatkan badan di tengah musim salju yang membekukan raga. Tak heran, di masa lalu, para penjelajah dan pedagang dari Eropa berdatangan ke Nusantara dan menjadikan wilayah "zamrud khatulistiwa" sebagai koloninya: Portugis, Spanyol, dan Belanda -- yang melabeli wilayah Tanah Air sebagai "Hindia Belanda".

Benteng Fort Belgica, Banda Naira, kota terbesar di kepulauan Banda. | bbc indonesia
info gambar

Bersama Portugis, Inggris, dan Spanyol, Belanda terlibat persaingan menemukan pulau rempah guna menguasai perdagangan rempah. Kala itu, cengkeh dan pala teramat mahal dan semua orang ingin memangkas keuntungan para pedagang Arab dan Asia yang merahasiakan lokasi Banda. Ketika Belanda akhirnya menemukan Banda, mereka berupaya melindungi rempah-rempah dengan membentuk perusahaan VOC. Dengan taktik brutal, termasuk membantai semua penduduk asli Banda, mereka menguasai perkebunan pala—rempah yang berguna tidak hanya untuk bumbu masakan tapi juga diyakini sebagai obat berbagai penyakit seperti wabah pes.

Demi monopoli pala pula, Belanda rela menukar wilayah koloninya di Nieuw Amsterdam (kini New York) dengan Pulau Run yang dikuasai Inggris (untuk menghindari perang yang tertuang dalam Perjanjian Breda). Ironisnya, dalam Kepulauan Banda, Kolonialisme dan akibatnya di Kepulauan Pala (1983), Willard A Hanna menyebutkan, VOC pula yang kemudian membakar puluhan ribu pohon pala di Pulau Lonthoir, Ai, dan Run supaya pulau-pulau itu tidak diminati bangsa Eropa lain.

buah pala yang memecah | wikipedia
info gambar

Saat itu, pala hanya tumbuh di Kepulauan Banda. Kombinasi keterpencilan lokasi dan iklim yang spesifik membuat harga pala luar biasa mahal. Sekadar informasi, pala hanya tumbuh dalam kondisi spesifik: tanah subur dan lumayan kering di tengah iklim tropis yang kerap diguyur hujan. Kalaupun cuaca dan tanahnya bagus, buah pala baru muncul setelah tujuh hingga sembilan tahun.

biji terselubung (merah) disebut fuli | wikipedia
info gambar

Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan Karibia (Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.

Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.

Pala dipanen biji, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis). Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.

Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala. Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.

bubuk pala | merdeka.com
info gambar

Hampir seluruh bagian buah pala (Myristica fragrans) dapat menghasilkan uang. Daging buah bisa dibuat manisan dan sirup. Fuli untuk bumbu masak atau diekstrak sarinya menjadi bahan baku kosmetik dan parfum. Harga fuli lebih tinggi dibandingkan harga biji pala. Bagian biji adalah yang paling banyak dimanfaatkan. Biji pala dihaluskan menjadi beragam bumbu masak, parfum, kosmetik, minyak atsiri yang harganya mencapai Rp 1 juta per kg, hingga bahan pengawet.

minyak atsiri
info gambar

Kegunaan pala yang beragam itu membuat pala menjadi incaran pedagang Eropa sejak abad ke-15. Dalam buku Mutiara dari Timur (1996) yang ditulis Burhan Bungin disebutkan, rempah-rempah, termasuk pala dari pulau yang dijuluki ”Surga dari Timur” itu, merupakan primadona ekonomi di negara-negara Atlantik Utara. Hingga kini, Indonesia masih menjadi negara ekspor pala didunia disamping Jerman, Belgia, Italia dan Perancis.

Pada 20 September - 4 Oktober 2017 lalu, diadakan pameran "Banda, Warisan untuk Indonesia" di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Tema lahirnya pameran ini tidak lain adalah sebagai peringatan 350 tahun Perjanjian Breda. Salah satu karya yang cukup mencolok dan disimpan pada bagian paling akhir dari gedung pameran (dengan tujuan sebagai penutup dari perjalanan pengunjung) adalah karya dari Titarubi. Seniman nasional tersebut menyuguhkan karya seni yang diberi nama Hallucinogenic.

Karya seni yang bernama Hallucinogenic dihadirkan dalam pameran bertema Banda, Warisan untuk Indonesia di Galeri Nasional, Jakarta, Sabtu (23/9/2017). Pameran ini dalam rangka memperingati 350 tahun Perjanjian Breda dan dilaksanakan pada 20 September - 4 Oktober 2017.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)
info gambar

Karya ini berbentuk menyerupai seseorang dengan ukuran badan jauh lebih tinggi dari manusia pada umumnya. Ia mengenakan jubah, dengan sebatang kayu di tangan kirinya dan buku di tangan kanannya. Untuk menemukan konsep hingga mengeksekusinya, Titarubi terlebih dahulu mempelajari informasi tentang Kepulauan Banda secara mendalam sejak 2011.

foto dari dekat | travel.kompas.com
info gambar

Dengan mempekerjakan 40 orang, proses pengerjaan karya seni ini memakan waktu selama kurang lebih empat bulan dengan jam kerja nonstop 24 jam. Gagasan kemuliaan pengetahuan digambarkan sebagai buku yang kemilau keemasan (dilapisi prada) dan diangkat oleh tangan yang terbuat dari kayu yang dibakar hingga hitam (begitu juga tongkat). Sementara jubah berasal dari pakaian luar sebagai pelindung, baik dari cuaca maupun penglihatan, yang dibuat dari 8.000 butir pala berlapiskan emas.

Makna dari karya seni tersebut adalah, ukuran rongga dalam jubah kosong yang mengisyaratkan bahwa belajar dari sejarah siapa pun bisa di dalamnya. Jubah kebesaran dan kemilau kemanusiaan serta arogansi dari kekuatan pengetahuan. Hal ini digambarkan menjadi perangkap dan menjadikan diri yang terperangkap sebagai kekosongan. Buah pala adalah kekayaan alam Indonesia, yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Tantangan selanjutnya adalah menjaga keberadaannya dan mengembangkan berbagai produk yang dapat dihasilkan dan diperdagangkan hingga seluruh penjuru dunia.


Sumber: wikipedia | travel.kompas.com | bbc indonesia | liputan6.com | indonesiakaya.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini