Penyihir minyak jelantah itu bernama Andi Hilmi

Penyihir minyak jelantah itu bernama Andi Hilmi
info gambar utama

Apa yang terlintas di pikiran kita jika kita ditugaskan untuk menggambarkan sesuatu dengan menggunakan tiga kata kunci : penjual gorengan, ikan, dan preman ? Coba kita pikirkan dalam tiga puluh detik, sudah menyerah ? Jawabannya adalah Andi Hilmi Mutawakkil.

Di suatu hari yang panas di pasar Pannampu, Makassar. Saaat di pasar, Hilmi menemukan tiga hal yang menarik perhatiannya. Ikan yang langka di saat itu, penjual gorengan dan juga para preman. Hilmi melihat para penjual gorengan yang sibuk menggoreng bahan gorengan dengan menggunakan minyak yang menghitam, yang akrab disebut dengan minyak jelantah. kemudian, dia sadar bahwa saat itu ikan sedang langka dikarenakan bahan bakar minyak sedang naik harganya menyebabkan para nelayan tak melaut. Terakhir, dia melihat para preman yang sebenarnya terpaksa bekerja seperti itu dikarenakan tidak adanya lapangan kerja untuk mereka.

Maka sejak saat itu, Hilmi yang sejak SMA memang sudah aktif di kegiatan karya ilmiah, utamanya bidang energi ini mulai memutar otak, dan akhirnya sadar bahwa minyak jelantah bisa dijadikan sebagai bahan bakar alternatif pengganti solar. Dengan serangkaian riset dan penelitian di kampusnya, akhirnya dia berhasil merampungkan temuannya. Selanjutnya, dia terbentur saat ingin meluaskan temuannya ini. DIa mengajukan proposal ke pihak pemerintah, namun ditolak. Dia mengajukan ke bank, ditolak lagi. Hingga akhirnya dia bersama empat orang temannya yang lain memutuskan untuk menggadaikan motor, mobil, hingga sertifikat tanah. Akhirnya, dana berjumlah sekitar 360 juta rupiah berhasil mereka kumpulkan.

Bersama lima rekannya, Achmad Fauzy Ashari, Rian Hadyan Hakim, Jonathan Akbar, Fauzy Ihza Mahendra, Ahmad Sahmawi, Hilmi membawa usahanya menjuarai event Ideas for Indonesia 2016, di Jakarta, 23-24 September 2016. Akhirnya, usaha mereka diganjar gelar juara pertama sekaligus hadiah 100 juta dan tiket ke Inggris.

Dalam menjalankan usahanya, kini Genoil mampu meraup omzet hingga 170 juta/bulan. Namun, menurutnya masih ada banyak mafia minyak yang mendistribusikan 17 ribu liter lebih minyak jelantah dari industri dan hotel yang tentu sangat berpotensi untuk menimbulkan penyakit degeneratif bagi masyarakat yang mengonsumsinya.

Kini, mahasiswa alumnus jurusan antropologi universitas negeri Makassar ini berharap agar ke depannya Genoil bisa meningkatkan produksinya untuk bisa menanggulangi kebutuhan solar para nelayan, serta mampu memutus mata rantai mafia minyak jelantah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini