Saatnya Orang-orang Muda yang Mendidik Indonesia

Saatnya Orang-orang Muda yang Mendidik Indonesia
info gambar utama

Menjelang Hari Sumpah Pemuda, kita akan diingatkan dengan hal-hal yang berbau perjuangan orang-orang muda di masa sebelum kemerdekaan. Tidak banyak dari generasi muda sekarang yang tertarik lagi dengan sejarah, karena sepertinya, hal-hal yang berbau masa depan dan futuristic lebih menarik untuk dibahas.

Namun demikian, masa depan tidak muncul sendiri dan tidak akan pernah lepas dari kegagalan dan pembelajaran di masa lalu. Ketika bicara perjuangan, kita sepakat bahwa perjuangan orang-orang muda Indonesia tidak berhenti hanya saat kemerdekaan diproklamasikan. Lalu, seperti apa bentuk perjuangan kita di masa sekarang ?

Dari banyaknya bidang yang sedang dikembangkan, yang perlu kita berikan perhatian lebih adalah bagaimana sumber daya manusia saat ini. Mengingat saat ini Indonesia didominasi oleh orang-orang muda dengan usia produktif, maka kita perlu mempertanyakan hal ini : apakah sumber daya manusia saat ini berkualitas dan siap bersaing?

Pertanyaan ini seharusnya tidak menjadi hambatan, tetapi tantangan yang memotivasi. Karena dalam praktiknya, ternyata pemerataan akses pendidikan belum dikecap oleh semua anak-anak usia sekolah di Indonesia. Bicara Indonesia yang luas dan terbentang dari Sabang sampai Merauke, wajar saja akses ini mengalami banyak tantangan. Namun, apakah saat ini kita hanya focus pada kota besar dan daerah yang mudah dijangkau?

Faktanya tidak demikian. Hari-hari ini semakin banyak komunitas yang peduli untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah pelosok. Sebuah gerakan yang patut kita apresiasi karena tujuan dan kegiatan yang mereka lakukan adalah tugas yang mulia.

Guru, sejatinya juga adalah pejuang muda Indonesia. Profesi ini tetap kita butuhkan untuk memacu pertumbuhan kualitas sumber daya manusia di seluruh nusantara. Namun kendalanya adalah, para pengajar dan jumlah sekolah menengah lebih diperhatikan dan dikembangkan di kota besar di Pulau Jawa ketimbang daerah lain. Pernyataan tersebut pernah dilontarkan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Anies Baswedan. Menurutnya, guru merupakan ujung tombak kualitas pendidikan di Indonesia, bila kunci utama masalah ini dapat terselesaikan, beliau yakin dunia pendidikan Indonesia akan lebih baik. Menurutnya juga, ada tiga masalah terkait guru di Indonesia, yaitu : distribusi penempatan guru yang tidak merata, kualitas guru yang juga tidak merata, dan kesejahteraan guru yang tidak memadai. Inilah yang harus diatasi.

Terkait distribusi guru yang tidak merata, Anies menjadi salah satu pelopor yang peduli dan telah menginisiasi Gerakan Indonesia Mengajar pada 2010 dan tengah berjalan sampai saat ini. Program tersebut mengirimkan anak-anak muda terbaik bangsa, yang disebut Pengajar Muda, untuk mengajar di daerah selama satu tahun. Program ini juga bertujuan untuk menciptakan calon pemimpin yang memiliki pemahaman akan akar rumput, serta kompetensi global. Melalui program ini juga Anies ingin mengejar misi bahwa anak-anak Indonesia dalam 15-20 tahun kedepan harus siap bersaing secara individu dengan negara lain, salah satunya dimulai dengan melek huruf, karena melek huruf adalah awal keberhasilan.

sumber foto : gerakan indonesia mengajar
info gambar

Selain itu, Gerakan Indonesia Mengajar juga menginspirasi para anggotanya melahirkan program yang tak kalah pentingnya yakni Kelas Inspirasi. Kelas Inspirasi adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk menginspirasi murid SD dengan cara mengundang profesional untuk berbagi cerita tentang profesi. Kehadiran para profesional membuat anak-anak termotivasi untuk bercita-cita lebih tinggi dan memberikan mereka satu alasan lagi untuk tetap bersekolah.

sumber foto : kelasinspirasijakarta.org
info gambar

Para relawan akan diterjunkan secara berkelompok untuk mengajar di SD yang telah ditentukan dan nantinya bertugas untuk memotivasi siswa dengan cara berbagi cerita mengenai profesi masing-masing di depan kelas. Relawan ini harus sesuai dengan beberapa persyaratan yaitu : memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun, bersedia cuti pada Hari Inspirasi dan bersedia mengikuti briefing dan evaluasi setelah kegiatan. Kegiatan Kelas Inspirasi yang pertama diadakan pada 25 April 2012 di 25 lokasi SD di Jakarta.

sumber foto : surabaya.tribunnews.com
info gambar

Tujuan awal dari KI adalah menjadi gerbang keterlibatan para profesional dengan realita dunia pendidikan dasar di lingkungannya, serta Indonesia pada umumnya. Kalimat penutup dalam surat terbuka Anies kepada para professional di Indonesia adalah : “Tawaran kami sederhana : think big, start small, and act now!” meyakinkan kita bahwa perjuangan mencerdaskan bangsa tidak hanya ditangan guru, namun oleh semua kelompok masyarakat. Kini Kelas Inspirasi diadakan di beberapa SD di 40 kota di Indonesia. Kelas Inspirasi juga menyediakan panduan bagi kota yang ingin menyelenggarakan kegiatan bermanfaat ini.

sumber foto : IDN Times
info gambar

Selain KI, dari Gerakan Indonesia Mengajar juga, para Pengajar Muda tergerak untuk membentuk Indonesia Menyala, sebuah perpustakaan-perpustakaan yang bertempat di wilayah penempatan Pengajar Muda. Bentuk Perpustakaan Indonesia Menyala ada dua, yakni perpustakaan tetap (perpustakaan yang berisikan buku yang hanya digunakan di satu sekolah penempatan) dan perpustakaan berputar (tas berisikan buku yang dibawa keliling Pengajar Muda untuk dibaca oleh masyarakat sekitar). Sehingga, Indonesia Menyala memberi ruang belajar juga tidak hanya anak sekolah, tetapi juga masyarakat pedesaan di Indonesia.

Anies Baswedan yang kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, adalah salah satu contoh pemimpin yang peduli dengan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa mendatang, dengan menciptakan ruang gerak bagi orang-orang muda agar turut andil dalam mencerdaskan bangsa.

Ketika sebagian besar kelompok profesi mementingkan kemajuan teknologi, pembangunan kota dan pertumbuhan ekonomi negara, kita juga seharusnya tidak lupa bahwa semua itu bisa dicapai bila kita sama-sama mengerahkan kekuatan yang sama dan seimbang. Kekuatan yang dimaksud tentu adalah sumber daya manusianya. Indonesia tidak kekurangan orang-orang muda, tetapi kualitasnya masih harus diperjuangkan agar tercipta anak-anak bangsa yang siap berjuang demi kesejahteraan negaranya.

Karena ketika kita bicara Indonesia, seringkali malah tidak bicara manusianya. Yang sering kita bicarakan yang lainnya. Sekarang saatnya menaruh manusia Indonesia sebagai sentral kehidupan republik ini dan menjadikannya layak dan setara ketika kita membicarakan tentang Indonesia.


Sumber: buku biografi Anies Baswedan Mendidik Indonesia karya Yanuardi Syukur

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini