Mahesa, Mobil Pedesaan Karya Anak Bangsa yang Siap Produksi Massal 2018

Mahesa, Mobil Pedesaan Karya Anak Bangsa yang Siap Produksi Massal 2018
info gambar utama

September 2017 lalu kita diperkenalkan dengan karya bapak Sukiyat yang berhasil merakit mobil pedesaan untuk keperluan angkutan bagi warga desa bernama mobil Mahesa. Mahesa memiliki kepanjangan dari kata Moda Angkutan Hemat Pedesaan.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memperhatikan prototipe kendaraan pedesaan yang diberi nama Moda Angkutan Hemat Pedesaan (Mahesa) Nusantara produksi Bengkel Kiat Motor di Klaten, Jawa Tengah, Jumat. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian) | foto dari antara news
info gambar

Seperti yang diberitakan dari antara, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mendorong kendaraan pedesaan diproduksi oleh industri di dalam negeri, sehingga selain untuk memenuhi kebutuhan alat transportasi multiguna di sektor pertanian dan perkebunan, upaya ini juga guna mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. “Pemerintah menyiapkan regulasi kendaraan pedesaan supaya bisa dikembangkan industri nasional. Artinya, harus dibuat di Indonesia,” kata dia, ketika mengunjungi Bengkel Kiat Motor di Klaten, Jawa Tengah, melalui keterangannya diterima, di Jakarta, Jumat.

Pengembangan kendaraan pedesaan ini didasarkan pada program pemerintah yang tertuang di butir Nawacita, salah satunya adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Airlangga menyebutkan, langkah yang sudah dilakukan Kementerian Perindutrian dalam percepatan pengembangan kendaraan pedesaan, antara lain pembuatan prototipe, pengembangan SDM dan rantai pasok serta penyiapan infrastruktur dan model bisnis.

Adalah bapak Sukiyat, yang pernah ikut mengembangkan purwarupa (prototype) mobil Esemka sekarang tengah serius menggarap kendaraan pedesaan Mahesa. Pada september lalu juga beliau segera mengurus izin legalisasi agar mobil ini siap produksi massal pada 2018. Dari tempo.co, dikabarkan sudah dijadwal produksi mobil Mahesa dimulai pada Agustus 2018.

“Aftersales-nya dan jaringan distribusinya juga tengah dipertimbangkan, termasuk uji pasarnya,” ujarnya Menteri Perindustrian pada antara. Lebih lanjut, kendaraan pedesaan yang dikembangkan oleh Kemenperin adalah prototipe yang siap diproduksi. Prototipe ini membuktikan bahwa anak bangsa Indonesia mampu mendesain dan memahami teknik mesin otomotif. “Prototipe ini menjadi platform kendaraan yang akan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan khususnya di daerah pedesaan. Mungkin awalnya bisa dikembangkan ke arah sinergi Solo Raya (Klaten, Jogja, Solo), setelah itu dibawa ke nasional,” papar Airlangga.

Misalnya, Bengkel Kiat Motor milik Sukiyat di Klaten, telah merampungkan tiga prototipe (mobil double cabin, mobil pick up, dan mobil peralatan pertanian) yang diberi nama Moda Angkutan Hemat Pedesaan (Mahesa). Mobil pedesaan buatannya ini bakal dibandrol dengan harga yang relatif terjangkau untuk para petani, masing-masing Rp50 juta, Rp60 juta, dan Rp70 juta. “Besar-kecilnya harga bergantung dari kapasitas angkut hasil pertanian atau perkebunan. Rencananya pada Agustus 2018 akan mulai diproduksi massal untuk mobil angkutan pertanian," ujarnya.

Menurut Sukiyat, harganya bisa murah, karena semua komponennya didapat secara lokal. "Bahan bakunya mudah dicari," imbuhnya. Pada September 2017, Presiden Joko Widodo sempat meninjau Bengkel Kiat Motor. Menurut dia, pemerintah mendukung kendaraan pedesaan Mahesa bisa diproduksi massal dengan harga kompetitif dan kualitas produksi yang baik. "Pemerintah akan bantu dorong dari regulasinya, uji emisi, sertifikasi, dan mungkin dari pajaknya. Tetapi pengembangannya tergantung pada pelaku industri. Pemerintah ingin industri nasional berkembang," katanya.

Bagian mesin kendaraan angkutan alat pertanian, di belakang (kuning) adalah tipe double cabin (TRIBUN JOGJA/ANGGA PURNAMA)
info gambar

Mobil Mahesa ini memakai mesin diesel 650cc 1 piston, buatan CV Karya Hidup Sejahtera (KHS) Yogyakarta, produsen traktor Quick. Mesin ini diklaim mampu mengeluarkan tenaga puncak sampai 16,8 PS dengan kecepatan maksimal mencapai 55km/jam. Konsumsinya solanya lumayan ngirit, 1 liter untuk 30 Kilometer. Kelebihan lain dari Mahesa adalah, mesinya memakai sistem power take off yang dapat disambungkan ke mesin-mesin pertanian, untuk membantu pak Tani. Adapun interiornya, mobil Mahesa ini cukup minimalis.

Interior Mobil Mahesa yang minimalis. TEMPO/Dinda Leo Listy.
info gambar

Mengenai pengembangan SDM, Kemenperin melakukan melalui program pendidikan dan pelatihan vokasi di Sekolah Menengah Kejuruan sehingga para siswanya memiliki kompetensi di bidang manufaktur dan bidang perawatan kendaraan pedesaan. “Kendaraan yang digunakan di desa, juga akan dimonitor dan dirawat oleh SMK terdekat. Proses pelatihan manufaktur dan perawatan kendaraan pedesaan akan diawasi oleh tenaga ahli yang berasal dari pabrikan atau silver expert-nya,” jelas Airlangga.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan menjelaskan, standarisasi platform kendaraan angkutan multiguna pedesaan yang akan dikembangkan perlu meliputi bodi dan chassis untuk pick up dan passenger car, mesin yang kapasitasnya kurang dari 1000 cc, dan menggunakan power train.

“Kendaraan pedesaan ini juga didesain dengan memaksimalkan kemampuan industri dalam negeri melalui penggunaan komponen yang dibuat oleh industri kecil dan menengah (IKM), sehingga spare part mudah didapat di pasaran dan pemilihan teknologi sesuai dengan kondisi demografi di Indonesia,” tuturnya. Untuk implementasinya, Kemenperin akan menggandeng sentra-sentra IKM komponen otomotif yang ada di Tegal (50 IKM), Klaten (10 IKM), Purbalingga (138 IKM), Sidoarjo (134 IKM), Juwana (30 IKM), Pasuruan (49 IKM), Sukabumi (20 IKM) dan Bandung (15 KM). Selain itu, Kemenperin menggandeng 123 IKM yang tergabung dalam PIKKO. Selanjutnya, 250 IKM karoseri yang ada di Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Utara serta 600 IKM alat dan mesin pertanian di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Ternyata, sejak 2016 sudah dikembangkan prototipe kendaraan untuk pendukung ketahanan pangan dengan membuat contoh produk kendaraan yang dapat berfungsi masing-masing sebagai perontok padi dan penggiling padi, serta kendaraan yang dapat berfungsi sebagai angkutan material (dump truck). Generasi 2A untuk prototipe hasil pengembangan platform Kemenperin dan Generasi 2B untuk prototipe yang dikembangkan oleh IOI. “Prototipe yang dihasilkan saat ini masih harus disempurnakan, baik dari desain bodi maupun performance. Dalam hal ini, Institut Otomotif Indonesia (IOI) bertugas menyempurnakan prototipe tersebut,” ujar Menperin kepada antara. Kemenperin juga telah memfasilitasi pendalaman struktur industri kendaraan pedesaan ini melalui pembinaan terhadap industri komponen, seperti kepada anggota Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif (PIKKO). Semoga progres pengembangan kendaraan ini berjalan lancar dan ada kabar baik menanti di tahun depan.


Sumber: antara news | tribun news | detik news | roda2blog.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini