5 Dokter Hebat Indonesia Pada Era Kolonial Belanda

5 Dokter Hebat Indonesia Pada Era Kolonial Belanda
info gambar utama

Hidup pada zaman penjajahan Belanda tidak membuat semangat lima orang hebat ini surut untuk terus belajar tentang dunia kesehatan. Beberapa diantaranya bahkan ada yang belajar hingga ke negara Belanda untuk pelatihan ilmu kedokteran lanjutan. Dilansir dari theconversation.com (20/11) berikut adalah lima dokter pada era kolonial yang paling terkenal.

1. Sardjito

Sardjito merupakan salah satu lulusan STOVIA (School ter Opleideing van Inladsche Artsen). Beliau kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Leiden dan menyelesaikan skripsi tentang disentri basiler. Magister di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat beliau dapatkan dari Universitas John Hopkins, Amerika Serikat. Saat perang kemerdakaan (1945-1949) terjadi, beliau memindahkan sebagian besar peralatan medis Pasteur Institute, sebuah pabrik vaksin Hindia Belanda di Bandung Jawa Barat ke Klaten Jawa Tengah. Sardjito dikenal sebagai anggota aktif Ikatan Dokter Indonesia dan tahun 1949, beliau menjadi rektor pertama Universitas Gadjah Mada.

2. Sarwono Prawirohardjo

Sarwono adalah lulusan dari STOVIA dan Batavia Medica School. Sarwono merupakan dokter spesialis ginekologi dan pendiri Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Beliau juga merupakan ketua pertama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tahun 1950, beliau ditetapkan sebagai profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

3. Sutomo Tjokronegoro

Sutomo merupakan dokter lulusan Batavia Medical School. Beliau adalah dokter spesialis patologi, itulah sebabnya beliau juga dikenal sebagai Bapak Patologi di Indonesia dan menjadi profesor patologi pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1950. Beliau juga spesialis di bidang penyakit dalam dan kedokteran forensik.

4. Raden Djenal Asikin Widjaja Koesoema

Asikin meraih gelar kedokteran pada tahun 1925 di Universitas Amsterdam, beliau juga merupakan lulusan STOVIA pada tahun 1914. Beliau menulis tentang metode analisis sampel darah dan kegunaannya untuk hasil diagnosa. Asikin juga menjadi asisten pengajar di Batavia Media School dan wakil kepala divisi penyakit dalam di rumah sakit yang letaknya berseberangan dengan Batavia Medica School, yang sekarang adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Beliau juga merupakan salah satu profesor di FKUI pada tahun 1950.

5. Achmad Mochtar

Mochtar adalah lulusan STOVIA TAHUN 1916 dan selanjutnya mendapatkan gelar dokter di Universitas Amsterdam pada tahun 1927. Beliau banyak meneliti tentang malaria dan kusta sekembalinya ke Hindia Belanda. Dua puluh lima makalah hasil karyanya terdapat di Jurnal Kedokteran Hindia Belanda dan jurnal internasional. Jepang pernah memberikan tuduhan yang salah kepada Mochtar, beliau dituduh telah menyiapkan sejumlah vaksin tetanus yang sudah terkontaminasi. Akhirnya pada bulan Mei 1945, beliau mendapatkan hukuman mati.

Dokter-dokter hebat ini telah memberikan banyak kontribusi untuk dunia kesehatan dan kedokteran Indonesia. Mereka juga menjadi arsitek terpenting fakultas kedokteran, rumah sakit, dan lembaga pelayanan kesehatan di Indonesia. Mereka juga berharap penelitian-penelitian yang mereka lakukan dapat membuat rakyat Indonesia lebih sehat dan cerdas.

Sumber: theconversation.com | Unsplash.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini