Udara yang sejuk, cuaca yang teduh, dan keramahtamahan Bogor kemarin (21/11) seperti menyambut secara khusus kunjungan delegasi dari sebuah negeri di Asia Tengah yang sedang berusaha keras mencari cara keluar dari konflik berkepanjangan, Afghanistan.
Delegasi tersebut adalah Majelis Tinggi Perdamaian, sebuah badan yang dibentuk pada 2010 dan beranggotakan berbagai elemen di Afghanistan. Majelis Tinggi ini memiliki misi mengupayakan berbagai solusi perdamaian di negera yang terkoyak oleh perang dan konflik di dalam negeri sejak tahun 2001 lalu ini.
Rombongan yang terdiri dari 39 orang tersebut akan berada di Indonesia selama beberapa hari, menemui beberapa kalangan untuk “belajar hidup rukun” dari Indonesia. Dan kemarin, secara khusus mereka disambut hangat oleh Presiden dan Wakil Presiden RI di Istana Bogor.
Ketua Majelis Tinggi Perdamaian Afghanistan, Mohammad Karim Khalili menyampaikan sangat bahagia dapat berada di Indonesia. Secara khusus ia juga mengatakan sangat mengharapkan Indonesia dapat turut berperan menyelesaikan konflik di Afghanistan. Karena dirinya menganggap Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat.
“Kami menyadari pentingnya peranan ulama Indonesia. Kami sangat berharap Indonesia dapat membantu kami mencapai perdamaian dan stabilitas di Afghanistan. Dan kami sangat senang permintaan kami diterima serta menantikan peran Indonesia untuk mempercepat proses perdamaian di Afghanistan,” tutur Khalili.
Selain membantu proses perdamaian di Afghanistan, Khalili mengakui bahwa pengalaman Indonesia dalam mewujudkan toleransi antar suku, budaya dan agama sangat penting.
“Pengalaman Indonesia ini sangat penting bagi negara kami dan kami akan menerapkannya,” ucap Khalili.
Selain bertemu Presiden, Majelis Tinggi Perdamaian Afghanistan dijadwakan juga akan berdialog dengan Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, dan berkunjung ke Masjid Istiqlal, pondok pesantren dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Kunjungan Majelis Tinggi Perdamaian Afghanistan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang berlangsung April 2017. Dalam kunjungan dua hari April lalu itu, dibahas beberapa rencana kerja sama pembangunan perdamaian, pembangunan kapsitas, dan peningkatan kerja sama di bidang perdagangan.
Presiden Afghanistan pada waktu itu juga mengusulkan diadakan sebuah program pertukaran ulama antara Indonesia dan Afghanistan.
“Kita dianggap netral di tengah, tidak memiliki kepentingan. Kita akan segera mengundang ulama-ulama Afghanistan, Pakistan, dan negara lainnya sebagai langkah awal proses perdamaian. Kemudian juga bersama-sama dengan ulama di Indonesia untuk bersama-sama mencarikan solusi bagi saudara-saudara kita yang ada di Afghanistan,” terang Presiden.
Menurut Kepala Negara, dalam pertemuan tersebut Khalili menyampaikan bahwa Indonesia adalah sebuah contoh penerapan Islam yang damai. “Mereka ingin sharing dan belajar banyak mengenai Islam moderat yang ada di Indonesia, untuk melihat kenapa di Indonesia bisa rukun,” sambung Presiden.
Hidup rukun, damai berdampingan satu sama lain, inilah kerinduan yang sekian lama diimpi-impikan oleh negeri berpenduduk 32 juta jiwa ini. Dan asa itu, saat ini sebagiannya dititipkan ke kita, bangsa Indonesia.
Foto Sampul: @seair21
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News