Buruh? Apa yang harus kita lakukan?

Buruh? Apa yang harus kita lakukan?
info gambar utama

Indonesia adalah negara yang besar. Jika dilihat dari populasinya, Indonesia menempati posisi kelima, potensi pasar yang besar. Dalam perspektif geostrategis, negara ini pun memiliki luas pantai yang fenomenal mencapai 99.000 km. Potensi maritim juga tak bisa dipandang remeh dengan kurang lebih 25% dari PDB.

Indonesia dengan sumber daya manusia yang sebegitu banyaknya tidak bisa dianggap remeh. Anggaran negara sebesar 20% untuk pendidikan adalah salah satu bentuk realisasi “mencerdaskan kehidupan berbangsa”. Bangsa besar seperti ini jelas tidak puas dengan hanya melahirkan Soekarno, Natsir atau Syahrir di masa lalu namun juga berusaha mencetak generasi yang tidak kalah strategis untuk menjaga napas kebangsaan.

Tanggal 1 Mei dan 2 Mei di Indonesia selalu gegap gempita dengan aksi jalanan dari berbagai elemen rakyat. Segala tuntutan maupun kritikan mereka sampaikan ke negara dalam rangka pemenuhan hak – hak mereka yang belum terpenuhi. Pun di dunia tidak nyata juga dipenuhi dengan tulisan dan meme bergambar baik sekedar memperingati atau menyindir mengenai isu ketenagakerjaan maupun pendidikan.

May Day

Pada suatu ketika di bulan april 1886, ratusan ribu kelas pekerja Amerika Serikat (AS) bergabung dalam Knights of Labour untuk menghentikan dominasi kelas Borjuis. Mereka bersatu padu dalam menentang penindasan. Hal itu terjadi karena hampir diseluruh perusahaan AS mengeksploitasi tenaga kerja mereka. Kaum proletar dipaksa bekerja penuh dalam 12-15 jam perhari, bahkan upah mereka begitu rendah, tak sebanding dengan pekerjaan.

Kemudian, menjelang bulan Mei, Knights of Labour dan Federasi Buruh AS melakukan propaganda, dengan tuntutan: perubahan jam kerja menjadi delapan jam sehari. Mereka terus bergerak menekan pemilik modal. Hingga pada tanggal 1 mei 1886, Federasi Buruh AS mengordinasikan 350.000 buruh diseluruh negeri untuk melakukan pemogokan kerja. Dampaknya, ketegangan di beberapa kota di AS. Para buruh melakukan mogok sembari berdemo di beberapa kota, dan pusatnya di Lapangan Haymart, Chicago. Di situlah terjadi kerusuhan. Saat itu, secara mendadak sebuah ledakan terjadi di dekat barisan polisi yang mengawal aksi buruh. Alhasil, polisi—dengan menduga bahwa pemboman itu dilakukan oleh para buruh—membalas dengan menembaki kerumunan buruh. Seketika itu juga, ratusan orang terluka dan beberapanya langsung tewas mengenaskan terkena timah panas.

Setelah peristiwa itu, hampir tokoh-tokoh buruh AS ditangkapi. Lalu mereka diadili. Namun sayangnya, pengadilan dirasa lebih berpihak kepada kaum borjuis. Menurut sejarah, delapan orang aktivis buruh divonis hukuman gantung, sementara yang lainnya dibui.

Yang terjadi selanjutnya adalah kemarahan masyarakat. Pengadilan dituding telah berlaku korup dan membela para pengusaha. Demonstrasi menuntut pembebasan aktivis buruh digelar terus-menerus. Sementara itu, pada Kongres Sosialis yang diselenggarakan di Paris pada Juli 1889 menetapkan 1 Mei sebagai hari buruh internasional. Hal itu demi menghormati pejuang buruh yang memperjuangkan nasib buruh.

Pendidikan dan Buruh

Kisah diatas bukanlah sekadar cerita masa lalu buruh di satu belahan dunia. Akan tetapi ada makna yang dapat kita raih. Dunia ini di penuhi dengan orang-orang baik, tetapi kebanyakan dari mereka yang diam. Hasilnya banyak terjadi penindasan, dan dunia selalu diliputi oleh itu. menjadi tugas kitalah untuk turut serta melakukan kebaikan bukan hanya menjadi orang baik, salah satunya dengan memperhatikan kaum miskin dan pekerja rendahan. Membuat satu inovasi yang dapat merubah kondisi sosial masyarakat.

Buruh selalu terkait erat dengan pendidikan. Bisa dibilang, buruh memiliki level pendidikan yang rendah. Logikanya, orang yang berpendidikan tinggi tak akan mau bersusah payah bekerja memeras keringat hanya untuk upah dan gaji yang relatif rendah. Sejak zaman kolonialisme di tanah air, pribumi seakan menjadi budak bagi bangsa penjajah. Faktornya disebabkan oleh keterbelakangan suku-bangsa kita, tidak mengenal teknologi, masih dipimpin oleh sistem feodalisme-kerajaan yang menjunjung tinggi pihak istana, dan banyaknya kepercayaan mistis serta takhayul di kalangan masyarakat pada waktu itu. Hal itu menyebabkan intelektualitas pribumi rendah, sehingga mudah untuk diperbudak. Mereka tak bisa melawan karena tidak tahu bagaimana caranya. Dan hingga kini pun masih begitu-begitu saja. Pendidikan kita masih bermasalah. Orang-orang yang berpendidikan rendah terpaksa berkerja seadanya, ada yang menjadi pemulung, pedagang asongan, buruh, dan sebagainya. Padahal jika seluruh penduduk bangsa ini mau mengubahnya, misalnya dengan menciptakan teknologi pengganti peran buruh, bisa jadi meminimalisir penggunaan manusia dalam produksi barang dan jasa. Tetapi syaratnya, buruh-buruh yang digantikan tersebut dididik dengan pengetahuan dan keterampilan.

Pertanyannya, pendidikan semacam apa yang dibutuhkan buruh? Kuliah S2 hingga jadi Guru Besar?

Mari kita bedah apa itu pendidikan.

Pendidikan yang berakar dari kata didik. Didik menurut KBBI berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Esensinya ada pada (1) proses pemeliharaan dan pelatihan mengenai (2) akhlak dan (3) intelegensia.

Hal inilah yang harus difasilitasi kepada manusia secara umum dan pekerja secara khusus. Proses pemeliharaan dan pengembangan yang kondusif harus disediakan. Jika pekerja hanya disibukkan dengan urusan pekerjaan bak kerbau sawah, maka proses ini jelas tidak akan tersedia. Dari sini saja pendidikan kepada pekerja sudah menemui kegagalan.

Poin selanjutnya adalah akhlak. Karakter baik merupakan salah satu pembeda antara manusia dan lainnya. Hal ini juga, yakni urgensi akhlak, dari kacamata Islam merupakan diantara tujuan diutusnya Rasulullaah ‘alayhi sholatu wa salam yakni menyempurnakan akhlak agung yang sudah ada sebelumnya. Habluminannaas juga merupakan satu dari faktor yang tidak terpisah dari habluminallaah yang menjadi sebab keagungan manusia. Maka akhlak sebagai instrumen menjaga relasi interpersonal manusia menjadi salah satu hal yang memang layak untuk dididik.

Pekerja sebagai pemegang peran strategis dalam industrialisme jelas memerlukan pendidikan akhlak. Hal ini penting disebabkan pekerja tidak hanya berinteraksi dengan machine namun juga man. Sebut saja supervisor atau mandornya hingga ke taraf yang lebih tinggi seperti pemangku kebijakan negara. Maka diperlukan pendidikan akhlak dan etika untuk mencetak pekerja yang beradab.

Poin terakhir dalam pendidikan pekerja adalah intelegensia. Hal ini tidak sekedar dibuktikan dengan ijazah atau pelatihan namun juga pada problem solving dan creativity. Berpikir kritis dan observatif jelas diperlukan agar kerja – kerja buruh menjadi lebih hidup, tidak monoton dan terkesan terpaksa.

Ulasan sederhana mengenai pekerja (buruh) dan pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kita perhatikan. Hal ini disebabkan pada dasarnya kita adalah pekerja bagi diri kita sendiri. Buruh sebagai elemen penting dalam pembangunan harus dimanusiakan dengan pendidikan sebenar – benar pendidikan, bukan sekedar formalitas belaka. Penanaman iklim yang mendukung untuk menempa akhlak dan intelegensia tidak hanya selesai di perusahaan bahkan di setiap lingkungan pekerja, termasuk keluarga.

Maka solusi agar demo-demo tidak sekedar menjadi ritual belaka dan menyita banyak jam kerja yang merugikan usaha? didiklah pekerja anda.


Sumber: bppk.kemenkeu.go.id, KBBI, wikipedia,

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini