Rona Mentari, Millenial yang Memopulerkan Kembali Budaya Mendongeng di Jaman Now

Rona Mentari, Millenial yang Memopulerkan Kembali Budaya Mendongeng di Jaman Now
info gambar utama

Bangsa Indonesia, adalah bangsa yang suka mendongeng. Hal ini terbukti dari banyaknya cerita-cerita rakyat Indonesia yang secara tradisional diceritakan dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi. Pun juga tidak lupa warisan berbagai macam jenis pertunjukkan boneka tradisional Indonesia seperti wayang golek, wayang kulit, sampai wayang Bali. Dahulu, kegiatan bercerita populer di kalangan masyarakat sebagai hiburan rakyat dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Bahkan karena kepopulerannya, wayang, dahulu kala, juga dijadikan media untuk menyebarkan agama Islam oleh Wali Songo.

Namun seiring dengan berjalannya waktu dan majunya teknologi, budaya mendongeng semakin hari semakin ditinggalkan. Perkembangan teknologi informasi yang pesat seperti televisi dan telepon genggam mampu menyediakan pilihan jenis hiburan baru yang dianggap lebih menarik sehingga membuat budaya mendongeng semakin kurang diminati.

Di tengah-tengah arus menyurutnya minat dongeng masyarakat, ialah Rona Mentari, pendongeng muda asal Yogyakarta yang kembali memopulerkan budaya mendongeng di Indonesia. Dengan kostum unik dan gitarnya, gadis kelahiran Yogyakarta, 23 September 1992 ini, siap menceritakan kisah Trimbil si petualang kecil kepada siapapun yang siap mendengarkan!

Ketertarikan Rona Mentari terhadap dunia dongeng dimulai ketika ia masih duduk di bangku TK. Ia terinspirasi oleh guru TK nya yang pada waktu itu sangat pandai mendongeng. Saat itu, Rona selalu mendengarkan dengan seksama dongeng-dongeng yang disampaikan oleh gurunya, dan sesampainya ia di rumah, ia menceritakan kembali cerita yang ia dengar kepada ibunya. Dari situlah Rona Mentari kemudian belajar berbicara di depan umum dan mendongeng. Dan dari situ pula, Rona mulai dikenal di berbagai kalangan sebagai pendongeng muda yang kerap tampil di stasiun televisi swasta lokal maupun nasional dan sempat menjadi finalis Pildacil (Pemilihan Da’i Cilik) yang diadakan oleh stasiun televisi swasta di tahun 2006.

Rona Mentari yang sedang berlaga
info gambar

Setelah lepas dari pendidikan sekolah menengah atas, Rona yang juga merupakan satu-satunya perwakilan Indonesia dalam Sydney International Storytelling Festival, 2014, memutuskan untuk lebih fokus dalam dunia dongeng. “Dongeng itu mengubah aku dari anak yang minder menjadi anak yang lebih percaya diri,” ujarnya. Ketika ditanya hal apa yang membuat ia dapat konsisten di dunia dongeng, ia menjawab, “Karena selain senang, aku percaya bahwa dongeng-dongeng baik nan indah yang disampaikan kepada sebuah generasi akan berpengaruh pada masa depan generasi tersebut.”

Rona yang kini sibuk mendongeng di berbagai tempat, mengatakan bahwa mendongeng sangat penting bagi perkembangan anak-anak. Menurutnya, dongeng adalah cara indah untuk mengajari anak-anak tanpa menggurui. Dongeng juga meningkatkan minat baca dan tulis anak, sedangkan kedua hal tersebut adalah salah satu aspek penting untuk mencerdaskan bangsa. Dongeng juga membangun ikatan antara orang tua dan anak, kakak dan adik, guru dan murid. Ikatan ini, bagi Rona, penting agar anak-anak terbuka dengan orang dewasa terdekatnya sehingga ketika mereka memiliki masalah, mereka akan bercerita kepada orang-orang terdekatnya dan bukan ke orang lain yang cenderung akan menjerumuskan mereka ke hal-hal yang buruk. Selain itu, dongeng juga merangsang imajinasi yang dengannya, anak-anak mampu berpikir kreatif dan memiliki cita-cita yang tinggi.

Selain aktif mendongeng, pada tahun 2010 Rona dan kedua kakaknya, mendirikan komunitas Rumah Dongeng Mentari (RDM) yang kegiatannya berfokus untuk memopulerkan kembali budaya mendongeng di masyarakat. Selain menjadi tempat untuk anak-anak berkumpul dan mengasah kreativitas dalam mendongeng, Rumah Dongeng Mentari juga berupaya membudayakan dongeng sejak dini. Rumah Dongen Mentari memfasilitasi anak-anak dalam pengembangan karakternya dan menjadikan dongeng sebagai media aktif dalam membangun karakter anak. Visi Rumah Dongeng Mentari sendiri adalah mewujudkan generasi anak yang berkarakter melalui dongeng. Harapannya, Rumah Dongeng Mentari bisa menjadi pusat belajar mendongeng untuk anak-anak di Indonesia suatu hari nanti.

Fokus kegiatan Rumah Dongeng Mentari antara lain adalah kelas mendongeng, mendongeng dalam kegiatan sosial (mendongeng di rumah sakit, radio, tempat umum, dsb), JOY (Jogja Storytelling) circle, Awicarita Festival. Tidak hanya itu saja, Rumah Dongeng Mentari juga mengadakan kegiatan seperti outbond, workhop, lomba, sampai saluran dongeng digital yang semuanya berbasis sosial. Salah satu kegiatan RDM yang paling ditunggu-tunggu masyarakat adalah Pagelaran Dongeng Jogja yang dilaksanakan setiap tahun di Hutan Pinus Mangunan, Imogiri, Bantul, Yogyakarta yang tahun ini akan diadakan pada tanggal 9 Desember nanti serta Sayembara Pendongeng Cilik. Saat ini, sudah lebih dari 100 relawan yang tergabung di dalam komunitas ini.

Awicarita Festival yang diadakan oleh Rumah Dongeng Mentari pada tahun 2016 di Hutan Pinus Mangunan, Yogyakarta.
info gambar

Selain sibuk dalam kegiatan mendongeng, Rona Mentari saat ini juga telah menerbitkan buku kisah dongeng buatannya yang berjudul "Trimbil Ayo Bangun!" yang diterbitkan oleh Kereta Dongeng di tahun 2012.

Tautan:
www.rumahdongengmentari.com

Sumber:
Wawancara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini